Interpretasi dan Diskusi Hasil

partisipan 3 “alhamdulillah banyak keluarga yang ngunjungi siap bersalin. Seneng rasanya disemangatin gitu. Bikin kita jadi semangat mau ngurus anak. Apalagi kan ini anak pertama, masih belum pengalaman ganti popok, mandiinnya. Tapi ya gitu, keluarga semuanya baik-baik” partisipan 4 “keluarga semua seneng waktu kelahiran si adek ini. Ganti-gantian mereka nengokin kakak. Hari pertama pun da rame, orang tua kakak, mertua, pokoknya banyak. Cuma ya karena kakak lemes jadi gak banyak cakap. Kalau suami ya, itu da pasti deket kakak selalu. Ngeluh kakak sedikit langsung di tanya. Tapi ya memang harus gitu lah, biar kita pun senang” partisipan 5

C. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan literatur yang berhubungan dengan pengalaman ibu primipara yang didampingi suami saat menghadapi proses persalinan yang meliputi respon psikologi ibu dalam persalinan, perasaan ibu saat didampingi suami, hal- hal yang dapat dilakukan suami ketika berada diruang bersalin, peran pendamping, dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan, peran suami saat mobilisasi pasca persalinan, dan orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas selama masa nifas.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Respon psikologi ibu dalam persalinan Dari hasil penelitian partisipan menyebutkan bahwa mereka mengalami perasaan takut, deg-degan, dan was-was saat menghadapi proses persalinan. Universitas Sumatera Utara Rukiyah 2009 dalam bukunya yang berjudul Asuhan Kebidanan Persalinan II menyebutkan bahwa ibu-ibu yang menghadapi persalinan akan mengalami perubahan psikologi. Perubahan psikologi tersebut tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ibu terima selama persalinan, dukungan yang di terima wanita dari pasangan nya, orang terdekat lainnya, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada, sistem pendukung dan faktor lainnya. Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu sangat mempengaruhi jalannya persalinan. Jika proses kelahiran ini disertai banyak ketegangan batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan atau disertai kecenderungan-kecenderungan yang sangat kuat untuk lebih aktif dan mau mengatur sendiri proses kelahiran bayinya maka proses kelahiran bayi bisa menyimpang dari normal dan spontan, proses nya akan sangat terganggu dan merupakan kelahiran yang abnormal Rukiyah, 2009 b. Perasaan ibu saat didampingi suami Pada penelitian ini diperoleh bahwa semua partisipan yang didampingi oleh suami saat menghadapi proses persalinan merasa senang. Meskipun dalam menjalani proses persalinan mereka disertai rasa takut, deg-degan dan was-was, namun mereka merasa lebih tenang dan beban sakit yang dirasakan dapat berkurang karena adanya kehadiran suami yang selalu memberikan semangat dan dukungan. Musbikin 2012 dalam bukunya yang berjudul persiapan menghadapi persalinan mengungkapkan bahwa dukungan suami membuat ibu menjadi senang dan bahagia. Ibu bersalin akan merasa lebih nyaman apabila pasangan selalu didekatnya dari kehamilan hingga persalinan. c. Hal-hal yang dapat dilakukan suami ketika berada diruang bersalin Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian diperoleh bahwa suami atau pendamping persalinan telah memberikan semangat kepada ibu baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan- tindakan yang dilakukan suami saat berada disamping ibu. Dalam proses persalinan sangat dibutuhkan pendamping persalinan, yang mana pendamping persalinan dibutuhkan ibu memberikan dukungan dan bantuan kepada ibu saat persalinan serta dapat memberi perhatian, rasa aman, nyaman, semangat, menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangan ibu atau status emosional menjadi lebih baik sehingga dapat mempersingkat proses persalinan Danuatmaja, 2004 Adapun hal-hal yang dapat dilakukan suami ketika berada diruang bersalin adalah membantu istri untuk menghitung waktu kontraksi, memberikan ketenangan kepada istri yang sedang merasa takut dan cemas, melontarkan cerita-cerita lucu yang membuat terhibur atau mengajak istri bercanda, dan membantu istri melatih pernafasan. Kemudian suami juga dapat memberikan dukungan dan dorongan dalam bentuk kata-kata yang menyenangkan perasaan, tidak boleh merasa tersinggung apabila istri menyalahkan suami terhadap semua rasa sakit yang sedang dirasakan, sebab pada umumnya apa yang dikatakan oleh istri tidak bermakna sebenarnya dan hanya merupakan luapan emosi dari kesakitan yang dirasakan, lalu mengusap bagian belakang tubuh istri dengan lemah lembut untuk mengurangi perasaan tidak nyamannya, serta memberikan pujian atas semua usaha yang telah dilakukan istri untuk melahirkan bayinya seta berikan ucapan terima kasih Musbikin, 2012 d. Peran pendamping Dalam proses persalinan, ada beberapa orang yang dapat dijadikan ibu sebagai pendamping persalinan, tetapi akan lebih baik apabila pendamping persalinan bagi Universitas Sumatera Utara ibu bersalin adalah suami atau keluarga terdekat. Banyak hal yang dapat dilakukan suami seperti hal nya memijat, menenangkan, dan menolong segala sesuatu yang ibu inginkan sampai proses kelahiran Musbikin, 2006 Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peran pendamping sangat penting dalam membantu istri menghadapi proses persalinan. Peran pendamping pada setiap kala persalinan sangat membantu dalam kelancaran proses bersalin. Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan takut, khawatir ataupun cemas terutama pada ibu primipara Vitrya, 2013. Penelitian membuktikan bahwa kecemasan berhubungan dengan peningkatan nyeri persalinan. Pengaruh persiapan terhadap persalinan, keyakinan dan nilai-nilai serta dukungan dari suami atau pendamping persalinan termasuk dalam penyebab nyeri persalinan. Yang perlu diingat bahwa kecemasan yang sangat dapat meningkatkan produksi rangsangan reseptor pada tingkat korteks serebral, dimana akan meningkatkan rangsangan reseptor pada daerah panggul karna penurunan aliran darah dan peningkatan tekanan otot terlebih kehamilan pertama. Tetapi bagi ibu yang pernah mengalami persalinan, ia sudah tahu apa yang bakal dihadapinya sehingga kecemasan itu tak begitu besar. Berarti dengan kata lain, jika tidak adanya peranan suami, tentulah kebutuhan itu tidak akan tercapai sepenuhnya Sartika, 2011 dalam Vitrya, 2013. e. Dampak positif ibu didampingi saat proses persalinan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa seluruh ibu primipara yang bersalin didampingi suami mengungkapkan bahwa proses kelahiran nya lancar dan tidak ada kendala. Universitas Sumatera Utara Suami adalah calon terkuat untuk mendampingi istrinya selama persalinan. Kebanyakan suami yang mau melakukan ini masih bersifat sukarela dan mungkin hanya sebagian kecil suami yang bersedia untuk melakukan hal itu. Kehadiran dan dukungan dari suami dapat mempengaruhi proses persalinan Sartika, 2011. Seseorang yang mendampingi atau terlibat langsung sebagai pemandu persalinan, dimana yang terpenting adalah dukungan yang diberikan pendamping persalinan selama kehamilan, persalinan, dan nifas agar proses persalinan yang dilaluinya berjalan lancar dan memberi kenyamanan bagi ibu bersalin Curtis, 1999 f. Peran suami saat mobilisasi pasca persalinan Mobilisasi sedini mungkin early ambulation dapat membantu ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal usus dan kandung kencing lebih baik dan early ambulation I memungkinkan bidan mengajar ibu memelihara anaknya, mengganti pakaian, dan melakukan aktifitas sehari-hari lainnya. Early ambulation dilakukan sesuai dengan kondisi ibu. Jika terdapat komplikasi, ibu akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan mobilisasi secara dini Rohmah, 2010 Dari lima partisipan diperoleh bahwa mereka sudah berjalan sejak hari pertama setelah persalinan. Dan empat dari lima partisipan mengatakan bahwa suami telah membantu ibu dalam proses mobilisasi pasca persalinan. g. Orang-orang yang memberi dukungan dalam beraktifitas selama masa nifas Dukungan dari orang-orang yang berada di sekitar ibu sangat mempengaruhi psikologis ibu pada masa nifas Maryunani, 2009. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa seluruh partisipan merasa senang dengan adanya dukungan seperti dari suami, mertua, adik, dan pemberi dukungan lainnya. Pemberi dukungan pada Universitas Sumatera Utara praktiknya juga harus dilakukan oleh bidan dalam setiap kunjungannya dengan menerapkan komunikasi terapeutik untuk menciptakan hubungan baik antara bidan dan pasien dalam rangka kesembuhan ibu pada masa nifas Dahro, 2012

2. Keterbatasan Penelitian