Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1997 hingga kini tahun 2008, negara kita Indonesia telah mengalami krisis selama 10 tahun lebih. Krisis multidimensi dan termasuk di dalamnya krisis moneter yang menjadi pelajaran amat berharga untuk kita petik. Krisis panjang ini menjadi pukulan telak bagi masyarakat Indonesia untuk menjalani perekonomiannya agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari. Kondisi ekonomi Indonesia memang telah terpuruk dan sulit untuk bangkit kembali. Kondisi ini diperparah saat puncak krisis moneter pertengahan tahun 1997 dengan terganggunya semua sektor perekonomian, mulai dari sektor riil, industri, perdagangan, usaha kecil dan menengah sampai kalangan atas pun terkena imbasnya, bahkan perbankan pun ikut mengalami guncangan dengan banyaknya bank yang dilikuidasi. Dampak krisis berkepanjangan ini yang tidak boleh dipandang sebelah mata adalah kemiskinan. Ditambah lagi tingkat laju inflasi yang sangat tinggi dibandingan dengan tingkat suku bunga pada bank. Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan yang dilakukan oleh BI sampai akhir April 2008 ini inflasi sampai pada tingkat 8.96 sementara tingkat suku bunga bank masih berkisaran 7 . Dengan ini lengkap sudah penderitaan rakyat Indonesia, mereka makin pusing memikirkan untuk menghasilkan uang supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Namun pusing memikirkan uang tidak hanya didominasi oleh mereka yang tidak mempunyai uang, tetapi mereka yang mempunyai uang juga tak kalah pusing. Mereka tidak tahu ke mana akan mengembangkan uang mereka mengingat tingkat inflasi di Indonesia yang sangat tinggi. Bila mereka menanamkan uang dalam bentuk aset seperti rumah apa daya ternyata untuk kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti sekarang tidak akan cukup, hendak disimpan di bank dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat tetapi ternyata tingkat suku bunga yang dijanjikan lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi. Akhirnya mereka malah jadi serba salah. Untuk itu diperlukan sarana untuk pengelolaan uang, di mana tingkat keuntungannya lebih tinggi atau sama dengan laju inflasi. Dalam pengembangan atau pengelolaan uang ini biasa juga disebut berinvestasi. Investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset baik berupa harta atau dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang. Sedangkan investasi keuangan adalah menanamkan dana dalam suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkatkan nilainya di masa mendatang. 1 Investasi bisa berupa barang seperti 1 Iwan P. Pontjowinoto, Prinsip Syariah di Pasar Modal Pandangan Praktisi, 2003, Modal Publication, Jakarta, h. 45 dalam bentuk pembelian kepemilikan atas tanah, emas, rumah dan lain-lain. Atau investasi juga bisa dilakukan dengan cara lain yaitu melalui lembaga keuangan non bank seperti reksadana. Reksadana atau istilah asingnya mutual fund sebenarnya bukanlah produk baru dalam investasi. Di Amerika jenis investasi ini sudah berusia seabad. Tidak heran kalau di sana investasi reksadana menjadi primadona tak ubah seperti tabungan saja. Prinsipnya reksadana adalah wadah yang mengumpulkan dana dari masyarakat untuk dikelola oleh manajer investasi dan diinvestasikan kembali ke pasar modal, seperti efek ekuitas saham, efek pendapatan tetap obligasi dengan tujuan memperoleh keuntungan lebih baik. Dana yang terkumpul tidak dipegang oleh manajer investasi, tetapi disimpan dan diasuransikan oleh bank yang memperoleh izin dari Bapepam sebagai bank penjamin custodian. Namun dewasa ini perusahaan asuransi tak mau ketinggalan mereka mulai mengembangkan diri. Beberapa perusahaan asuransi jiwa tidak hanya sekedar memberikan pertanggungan kepada nasabahnya tetapi juga mengelola premi nasabah layaknya seperti perusahaan-perusahaan investasi lainnya dengan meluncurkan produk unit link. Produk asuransi yang ditawarkan bisa berbentuk asuransi kesehatan atau asuransi jiwa, tetapi biasanya dipasarkan dalam kemasan yang lebih menarik bagi masyarakat: misalnya tabungan masa depan atau asuransi pendidikan. Menjadi nasabah investasi unit link dan reksadana sebenarnya tidak jauh berbeda. Dalam keduanya, nasabah diminta untuk memilih ke mana dana yang disetorkan akan diinvestasikan. Pilihan yang disediakan adalah ekuitas, fixed income , pasar uang atau kombinasi diantaranya. Keduanya sama-sama memiliki resiko yang kurang lebih sama, tergantung dari jenis investasi yang dipilih. Pada produk unit link ini biasa juga disebut two in one. Nasabah diberi dua keuntungan sekaligus, selain mendapat pertanggungan nasabah juga sekaligus dapat berinvestasi. Salah satu perusahaan asuransi yang mengeluarkan produk unit link adalah PT. Prudential Life Assurance. Seperti halnya asuransi biasa, nasabah asuransi unit link membayar premi setiap jangka waktu tertentu, biasanya bulanan. Perbedaannya, nasabah unit link membayar premi dalam dua porsi, porsi premi perlindungan dan porsi investasi. Premi perlindungan berfungsi sama dengan premi pada asuransi biasa. Sedangkan porsi investasi akan disetorkan oleh perusahaan asuransi kepada manajer investasi untuk dikelola. Pada produk-produk tertentu, jika nantinya return dari investasi bisa menutupi biaya premi, maka nasabah memiliki pilihan untuk tidak membayar premi. Selain itu unit link dinilai lebih praktis bagi yang tidak ingin berhubungan dengan pihak yang berbeda untuk mengurusi investasi dan asuransi. Dengan banyak inovasi produk-produk investasi di pasaran, tentunya perusahaan asuransi dituntut untuk mengelola premi nasabah agar para nasabah mendapatkan keuntungan yang sama bahkan lebih tinggi dari laju inflasi. Oleh karena itu sudah menjadi tugasnya fund manager dalam perusahaan asuransi untuk senantiasa memantau fluktuasi perekonomian global agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan sesuai dengan target dan memperkecil resiko kerugian yang mungkin akan timbul. Karena nasabah lebih cenderung kepada investasi yang menjanjikan tingkat bunga tinggi. Aktivitas investasi unit link yang berkiblat ke dunia barat ini tidak pernah lepas dari keterlibatan variabel spekulasi dan bunga. Hal ini jelas sulit diterima oleh masyarakat di Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Pengembangan model investasi unit link ini di kalangan umat Islam sendiri tentu memiliki kendala dengan penerapan spekulasi dan instrumen bunga tersebut. Karena dalam pelaksanaan ekonomi Islam sendiri telah secara jelas menyatakan bahwa instrumen bunga riba dan segala aktivitas spekulasi diharamkan. Dengan adanya ketentuan tersebut tidak lantas menutup atau membatasi sepak terjang aktivitas perekonomian Islam. Islam lebih mengetengahkan sistem bagi hasil profit - loss sharing system sebagai alternatif yang lebih baik dalam aktivitas perekonomian. Sistem bagi hasil dengan instrumen mudharabah dan musyarakah dalam perekonomian, mendukung nilai-nilai keadilan yang menjadi prinsip dalam perekonomian Islam. Hal ini sesuai dengan fitrah usaha yaitu kondisi untung dan kondisi rugi. Sehingga apapun hasil dalam usaha baik untung maupun rugi sistem bagi hasil memastikan tidak ada kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya yang merasa dirugikan. Mereka yang berusaha di dalamnya mendapatkan hasil yang sesuai dengan porsinya masing-masing. 2 Melihat kecenderungan tersebut maka PT. Prudential Life Assurance membuat terobosan dengan menghadirkan model investasi berupa unit link syariah yang sesuai dengan aturan syariah yang berlaku. Sehingga masyarakat dapat leluasa dan merasa tenang karena dana investasi mereka dikelola murni sesuai syariah. PT. Prudential Life Assurance di Indonesia berdiri sejak tahun 1995. Dan pertama kali launching produk syariah pada tanggal 5 September 2007, dengan nama produk Prulink Syariah. Meskipun produk ini baru, namun akhir Desember 2007 Fund Manager PT. Prudential Life Assurance berhasil mengelola kontribusi peserta dengan tingkat pertumbuhan sampai dengan 25. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam lagi mengenai “Strategi Fund Manager PT. Prudential Life Assurance Dalam Mengelola Produk Unit Link Syariah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah