BAB II PENYEBAB ANAK MELAKUKAN TINDAK PIDANA
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
A. Gejala dan Penyebab Anak Melakukan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Gejala kenakalan anak akan terungkap apabila kita meneliti bagaimana ciri-ciri khas atau umum yang amat menonjol pada tingkah laku dari anak-anak
puber, antara lain: 1.Rasa harga diri yang semakin menguat dan gengsi yang terlalu besar serta
kebutuhan untuk memamerkan diri, sementara lingkungan masyarakat dewasa ini sedang demam materiil dimana orang mendewa-dewakan kehidupan lux atau
kemewahan, sehingga anak-anak muda usia yang emosi dan mentalnya yang belum matang serta dalam situasi labil, maka dengan mudah ia ikut terjangkit
nafsu serakah dunia materiil. 2.Energi yang berlimpah-limpah memanifestasikan diri dalam bentuk keberanian
yang condong melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri, misalnya kesukaan anak muda untuk kebut-kebutan dijalan raya.
3.Senang mencari perhatian dengan jalan menonjolkan diri, misalnya mabuk- mabukan minuman keras.
29
29
Wagiati soetodjo, Hukum Pidana Anak, Bandung: Refika Aditama, 2006, Cet. Ke-1, h.14-15.
4.Sikap hidupnya bercorak a-sosial dan keluar dari pada dunia objektif kearah dunia subyektif, sehingga ia tidak lagi suka pada kegunaan-kegunaan teknis yang
sifatnya fragmatis, melainkan lebih suka bergerombol dengan teman sebaya. 5.Pencarian suatu identitas kedewasaan cenderung melepaskan diri dari identitas
maupun identifikasi lama dan mencari aku “ideal” sebagai identitas baru serta substitusi identifikasi yang lama.
Fase-fase remaja dan adolescent adalah suatu proses transisi dimana tingkah laku anti sosial yang potensial disertai banyak pergolakan hati dan
kekisruhan hati membuat anak remajaadolescent kehilangan kontrol, kendali emosi yang meletup menjadi boomerang baginya. Apabila dibiarkan tanpa adanya
pembinaan dan pengawasan yang tepat, cepat serta terpadu oleh semua pihak, maka gejala kenakalan anak ini akan menjadi tindakan-tindakan yang mengarah
kepada tindakan yang bersifat kriminalitas.
30
Sebab-sebab timbulnya kenakalan anak atau faktor-faktor yang mendorong anak melakukan kenakalan atau dapat juga dikatakan latar belakang
dilakukannya perbuatan itu. Dengan perkataan lain, perlu diketahui motifasinya. Motifasi diartikan sebagai usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau
kelompok tertentu tergerak untuk melakukan suatu perbuatan karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasaan dengan
perbuatannya.
30
Ibid, h.15-16.
Bentuk dari motifasi ada dua macam, yaitu: motifasi intrinsik dan ekstrinsik. Motifasi intrinsik adalah dorongan atau keinginan pada diri seorang
yang tidak perlu disertai perangsang dari luar,sedangkan motifasi ekstrinsik adalah dorongan yang datang dari luar diri seseorang.
Menurut pendapat Romli Atmasasmita 1983:46 mengenai motivasi intrinsik dan ektrinsik dari kenakalan anak:
1. Yang termasuk motivasi intrinsik pada kenakalan anak adalah: a. Faktor intelegentia:
b. Faktor usia; c. Faktor kelamin;
d. Faktor kedudukan anak dalam keluarga. 2. Yang termasuk motivasi ektrinsik adalah:
a. Faktor rumah tangga; b. Faktor pendidikan dan sekolah;
c. Faktor pergaulan anak; d. Faktor mass media.
31
Menurut teorialiran Antropologis yang mengatakan bahwa sebab orang melakukan kejahatan adalah tergantung pada orang atau individunya. Bahwa
seseorang itu sudah mempunyai tipe-tipe tertentu sebagai penjahat. Jadi orang melakukan kejahatan memang sudah ada dari dalam pribadinya sendiri sebagai
seorang yang jahat. Teorialiran Sosiologis mengatakan bahwa sebab orang melakukan kejahatan itu karena dipengaruhi atau ditentukan oleh lingkungan
31
Ibid, h.16.
alam maupun lingkungan masyarakat. Dari kedua teori tersebut maka muncullah teori yang ketiga yang merupakan gabungan atau kombinasi dari keduanya, yaitu
teorialiran Bio-sosiologis. Aliran ini mengatakan bahwa sebab orang melakukan kejahatan karena faktor individu orang yang bersangkutan ditambah dengan
adanya pengaruh lingkungan. Bahwa semua perbuatan manusia adalah unsur- unsur individu ditambah lingkungan.
32
Pengaruh kemajuan iptek, kemajuan budaya dan perkembangan pembangunan umumnya bukan hanya orang dewasa tetapi anak-anak juga
terjebak melanggar norma terutama norma hukum. Anak-anak terjebak dalam pola konsumerisme dan asosial yang makin lama dapat menjerumus ketindakan
kriminal, seperti ekstasi, narkotika, pemerasan, pencurian, penganiayaan, pemerkosaan dan sebagainya. Apalagi dalam era sekarang ini banyak orang tua
yang disibukkan mengurus pemenuhan duniawi materil sebagai upaya mengejar kekayaan, jabatan, ataupun gengsi. Dalam kondisi demikian anak sebagai buah
hati sering dilupakan kasih sayang, bimbingan, pengembangan sikap dan perilaku, serta pengawasan orang tua.
33
32
M.Hamdan, Politik Hukum Pidana, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,1997, Cet. Ke- 1, h.44-45.
33
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, Cet. Ke-2, h.3.
Anak yang kurang atau tidak memperoleh perhatian secara fisik, mental maupun sosial sering berperilaku dan bertindak asosial bahkan anti sosial yang
merugikan dirinya, keluarga dan masyarakat.
34
Problema remaja adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh para remaja sehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangka
penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Masalah penting yang dihadapi anak-anak kita yang menginjak usia
remaja cukup banyak. Problema tersebut ada yang mudah dan dapat dipecahkan sendiri, akan tetapi adakalanya masalah yang timbul sulit dipecahkannya, dalam
hal ini memerlukan bantuan para pendidik dan orang tua agar tercapai kesejahteraan pribadi dan bermanfaat bagi masyarakat.
Secara garis besar, masalah yang dihadapi oleh kaum remaja sebagai berikut:
1.Masalah yang menyangkut jasmani 2.Masalah hubungan dengan orang tua
3.Masalah agama 4.Masalah hari depan
5.Masalah sosial 6.Masalah akhlak
35
34
Ibid, h.3.
35
Panut Panuju Ida Utami, Psikologi Remaja, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999, Cet. Ke-1,h. 142.
Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak
negatif dari perkembangan pembanguan yang cepat, arus globalisasi dibiang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan
perilaku anak.
36
Sebab-sebab kenakalan anak juvenile delinquency yaitu: 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pribadi dan keadaan sekelilingnya
yaitu: a. Rumah tanggakeluarga yang retak broken home
b. Ditelantarkan oleh orangtua material, kasih sayang, acuh tak acuh c. Kekurangan-kekurangan psikologis
d. Pergaulanteman yang tidak baik. 2. Faktor-faktor structural terdapat pada:
a.system ekonomi dan pendidikan serta structur kesempatan untuk memperolehnya disuatu Negara,
b.dalam proses perubahan sosial sebagai akibat kemajuan industri, urbanisasi dan teknik.
36
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarata: Djambatan, 2007, Cet. Ke-3 , h.12.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan prosedur penentuan dan perlakuan tindakan kenakalan anak:
a.pilihan undang-undangperaturan b.over acting petugas kepolisian
c.perlakuan dalam lembaga-lembaga pendidikan atau institutional treatment.
37
Remaja biasanya mudah cemas, mudah tergoncang emosinya, mudah tersinggung, sangat peka terhadap kritikan. Karena jiwanya belum stabil,
terkadang mereka ingin lepas dar aturan yang ada, mudah menerima pengaruh dari luar lingkungannya dan ingin hidup dengan gaya mereka sendiri. Maka tidak
heran jika banyak remaja yang berbuat nakal ditempat umum seperti minum- minuman keras dipinggir jalan, mencoret-coret tembok atau bangunan, kebut-
kebutan dijalan umum, mencuri dan sebagainya. Remaja melakukan kenakalan timbul Karena dari segi pribadinya
mengalami perkembangan fisik dan perkembangan jiwa. Emosinya belum stabil, mudah tersinggung dan peka terhadap kritikan, sehingga mempengaruhi dirinya
untuk bertindak yang kadang-kadang tidak umum dan diluar aturan yang berlaku dimasyarakat.
Kenakalan remaja juga disebabkan Karena pengaruh lingkungan diluar rumah. Kebanyakan remaja senang bermain diluar rumah, berkumpul dengan
teman-temannya baik teman disekitar rumah, teman satu sekolah atau teman satu
37
Sri Widoyati Wiratmo Soekito, Anak Dan Wanita Dalam Hukum, Jakarta: LP3ES, 1983, Cet. Ke-1, h. 11-12
kelompok. Kalau teman-temannya dilingkungan tersebut berbuat tidak baik, biasanya sianak terpengaruh sikapnya, tanpa menilai terlebih dahulu. Sikap yang
mudah terpengaruh ini tidak terlepas dari perkembangan pribadi remaja.
38
Diseluruh dunia mengalami kenaikan juvenile delinquency. Sebab-sebab utama berakar dalam perubahan sosial. Kemajuan industri menyebabkan banyak
orang tinggal di kota luar suburb yang menyebabkan orangtua lebih lama lagi terpisah dari anak-anak. Orangtua yang sering meninggalkan rumah menyebabkan
ketegangan-ketegangan dirumah. Apabila terdapat kekurangan identifikasi antara orangtua dan anak, mereka akan hidup didalam dunianya masing-masing dengan
hampir tidak ada persamaan satu sama lain. Dengan demikian kehidupan keluarga menjadi tempat orangtua dan anak-anak hidup tanpa tujuan fundamental yang
sama, yang sangat penting bagi sense of belonging seorang anak. Terlalu banyak peraturanlarangan akan menambah delinquency. Ada
kemungkinan apabila terlalu banyak perbuatan yang dianggap sebagai tindakan delinquent dan anak-anak tersebut juga dianggap dan diperlakukan sebagai
delinquent, anak akan menjadi lebih delinquent lagi. Kemungkinan itu diperbesar apabila para remaja yang nakal diisolasi dari masyarakat dan diperlakukan dalam
satu lembaga.
39
Permasalahan khusus yang dihadapi oleh orang tua ketika anak remajanya terlibat dalam minuman keras, penyalahgunaan obat, seks, terlibat kenakalan,
38
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak., h.2-4.
39
Sri Widoyati Wiratmo Soekito, Anak dan Wanita Dalam Hukum., h.12.
berbuat kekerasan dan pelanggaran. Seluruh perilaku mereka dapat dikelompokkan ke dalam empat macam tujuan, yaitu menarik perhatian kepada
orang lain, kekuasaan, balas dendam, atau pengunduran diri. Dikalangan remaja, mendapatkan kekuasaan dan balas dendam bertujuan untuk mendominasi sebagai
pengganti perilaku yang bertujuan mencari perhatian yang merupakan cirri khas perilaku anak berusia lebih muda. Dreikurs 1968:29 berpendapat “perang orang
tua dan anak-anaknya untuk mendapatkan kekuasaan dan dominant dapat mencapai suatu titik dimana orang tua mencoba menggunakan selruh cara yang
dapat diperoleh untuk menundukkan anak-anaknya. Sikap saling bermusuhan menjadi begitu hebat sehingga masing-masing pihak hanya mempunyai satu
keinginan, yaitu balas dendam atas perasaannya yang disakiti.
40
Kenakalan saat ini merupakan permasalahan besar dibanyak Negara. Penyebab utama timbulnya perilaku yang sulit itu terletak pada kesalahan-
kesalahan yang diperbuat orang tua selama periode usia pembentukkan. Seluruh kegagalan dikalangan remaja membuktikan bahwa, dimasa kanak-kanak, mereka
tidak dapat menyesuaikan dirinya dan bekerja sama dalam kehidupan keluarganya. Bila orang tua menggunakan teknik-teknik mendorong keberanian
berbuat, menerapkan konsekuensi-konsekuensi, dan pertemuan-pertemuan keluarga, disamping membina hubungan yang berdasarkan persamaan dan saling
menghargai; para remaja sama sekali tidak tercekam ketakutan, jawabannya
40
Maurice Balson, Bagaimana Menjadi Orang Tua Yang Baik, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet. Ke-2, h.143.
terhadap kenakalan remaja, alkoholisme, penyalahgunaan obat dan sebagainya adalah pencegahan. Manaster dan Corsini 1982:96 menyatakan: “setiap
kenakalan dimulai dari rumah. Anak-anak hanya berbuat menyerang orang lain jika terlatih untuk bersikap menyerang orang lain jika sudah terlatih menyerang
didalam keluarganya. Orang tua yang bertindak kasar atau tak ambil peduli, diluar sadarnya, telah menjadikan remaja nakal melalui metode yang salah arah.
Bersikap sebagai orang tua baik adalah jalan pemecahan yang utama yang kita anjurkan untuk melawan kenakalan remaja.
Dalam mengasuh remaja, orang tua membuat dua macam kesalahan khas. Salah satunya adalah menganggap masa remaja sebagai sebuah jembatan semua
orang melewatinya dan perilaku buruk mereka merupakan gejala yang akan segera lenyap bila mereka telah lebih dewasa. Pendekatan yang permisif ini sama
saja dengan menganggap badai sebagai angin semilir.
41
Kesalahan kedua ialah menganggap kebebasan remaja yang makin besar sebagai ancaman harus diselesaikan melalui pengendalian dan dominasi yang
makin ketat. Sasaran ini sekaligus memperlihatkan bahwa mereka orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Segala bentuk penyimpangan dalam
perilaku nakal seperti disebutkan diatas harus ditangani secara cepat dengan kekuasaan orang tua.
Jika orang tua berusaha memaksakan anak-anak remajanya agar berbuat dengan cara tertentu, kaum remaja akan memberikan reaksi dalam dua pilihan
cara. Mereka merasa tidak didorong untuk berbuat sesuatu dengan alasan mereka tidak mampu mengatasi problem kehidupan atau sebaliknya mereka melakukan
pemberontakantidak mau menerima saran-saran orang tuanya. Emnggunakan pendekatan yang keras mungkin akan berhasil dalam mengasuh ana-anak remaja
usia pra-remaja. Ketika anak meningkat remaja, mereka menyadari kekuatan mereka untuk menentang kerja sama dengan orang tua. Unjuk kekuatan itu
ditampakan dalam wujud merokok, sekolah seenaknya, memilih teman, masalah seksual dan alkohol, menonton TV dan kegiatan waktu senggang misalnya.
Peningkatan usaha orang tua untuk mengendalikan remaja mereka melalui cara- cara yang keras hanya akan mengundang timbulnya daya menentang dan
pembangkangan dari kaum remaja.
42
Akhir-akhir ini, peredaran dan pengkonsumsian obat-obatan terlarang, sabu-sabu dan segala macam jenisnya, menunjukan gejala yang makin tak
terkendalikan. Selain karena kemasan dan teknis pengedarannya yang luar biasa rapi, juga sangat dirasakan bahwa mekanisme control pribadi anak-anak muda
kita makin tidak jelas lagi.
43
Masa-masa remaja usia 12-25 tahun adalah obyek potensial perdagangan narkoba. Efek narkoba akan mempengaruhi fisik dan psikis remaja bersangkutan
untuk tahun-tahun ke depannya. Kemampuan intelektual dan emosional telah
41
Ibid, h. 144-145.
42
Ibid, h. 146.
43
Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual Dari Normatif Ke Pemaknaan Sosial, Semarang: Pustaka Pelajar, 2004, Cet. Ke-1, h.169.
banyak dihabiskan oleh efek negatif narkoba sehingga membuat pemakai kesulitan bersaing dengan sesama dalam menjalani aktifitas sehari-hari.
Kebiasaan konsumtif narkoba dapat menular pada individu lainya melalui proses pembelajaran sosial. Marshal B Clinard dari Wisconsin University dan Robert F
Meier dari Washington State University mengatakan ketergantungan drug terjadi
oleh proses pembelajaran antar individu satu dengan lainnya melalui pertemanan dan komunikasi antar atau dengan pecandu drug. Menurut Finestone dalam Cats,
Kicks and Colour banyak individu mulai mengenal narkoba setelah diberi tahu
oleh teman sesamanya atau orang yang dia kenal lainnya. Setelah menjadi pengguna maka peluang menjadi pecandu sangat besar.
44
Disadari atau tidak dampak kejahatan street crime yang sering muncul belakangan ini merupakan dampak dari maraknya pemakaian narkoba dikalangan
pemuda dan pemakai lainnya dari berbagai kalangan. Pemakaian narkoba memberi stimulus besar bagi terjadinya perilaku penyimpangan sosial. Menurut
penuturan Kapolres Sorong akibat berbagai masalah yang ditimbulkan oleh para pemuda yang rata-rata dalam kondisi mabuk kemudian baru berani melakukan
aksi kejahatan. Sejumlah anak muda yang masuk kategori pemabuk berat telah banyak melakukan aksi kejahatan, seperti memperkosa anak dibawah umur. Aksi
mereka tidak hanya dilakukan ditempat sepi melainkan dilakukan diperumahan- perumahan ramai. Umumnya mereka berani melakukan kejahatan dalam kondisi
44
Chairil A Adjis dan Dudi Akasyah, Kirminologi Syariah: Kritik Terhadap Sistem Rehabilitasi,
Jakarta: AM BOOKS, 2007, Cet. Ke-1, h. 22.
mabuk berat sebab pelaku mengakui bahwa hanya dengan cara itulah keberanian mereka muncul sehingga terhindar dari perasaan takut.
45
Banyak penelitian menegaskan kaitan serupa antara pemakai narkoba dengan perilaku penyimpangan sosial social deviance. Penelitian dilakukan
Marvin Dawskin dalam Drug Use And Violent Crime Among Adolescent, hasilnya menunjukan bahwa pelaku kriminal criminal offenders umumnya
memiliki pengalaman intensif berhubungan dengan narkoba, ia berguna meningkatkan kenekatan dalam melakukan aksi. Selain itu, ketergantungan
narkoba depedensi yang menghinggapi pemakai non kriminal dapat melahirkan kriminal-kriminal baru yang potensial.
46
Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan oleh kaum remaja. Khusus di Indonesia keadaan ini kerap kali
melanda anak-anak remaja di kota-kota besar. Jika ditelusuri secara cermat memang sulit untuk mencari korelasi timbulnya kasus penyalahgunaan narkotika
oleh anak remaja dengan kondisi-kondisi tertentu. Kesulitan ini sedikit dapat diatasi dengan diskripsi dari hasil penelitian secara psiciatrik, Soedjono D,S.H.,
menjelaskan dalam sebuah penelitian ilmiah, seorang psikiater Dr.Graham Blaine antara lain mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja mempergunakan
narkotika dengan beberapa sebab, yaitu:
45
Ibid., h. 34-35.
46
Ibid., h. 17.
1.Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti ngebut, berkelahi, bergaul dengan wanita dan lain-lain.
2.Untuk menunjukan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua atau guru atau norma-norma sosial.
3.Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks. 4.Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman
emosional. 5.Untuk mencari dan menemukan arti hidup.
6.Untuk mengisi kekosongan dan kesepiankebosanan. 7.Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepepatan hidu.
8.Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas. 9.Hanya iseng-iseng atau didorong rasa ingin tahu.
47
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan perangsang yang sejenis oleh kaum remaja erat kaitannya dengan beberapa hal yang menyangkut sebab,
motivasi, dan akibat yang ingin dicapai. Secara sosiologis, penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan
pengetahuanpengalaman sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari proses interaksi sosial. Secara subyektif individual,penyalahgunaan narkotika oleh
kaum remaja sebagai salah satu kaselerasi upaya individualsubyek agar dapat mengungkap dan menangkap kepuasan yang belum pernah dirasakan dalam
47
Sudarsono, Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi Dan Resosiliasi, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, Cet. Ke-3, h. 66-67.
kehidupan keluarga yang hakikatnya menjadi kebutuhan primer dan fundamental bagi setiap individu, terutama bagi anak remaja yang sedang tmbu dan
berkembang dalam segala aspek kehidupannya. Secara obeyktif penyalahgunaan narkotika merupakan visualisasi dari proses isolasi yang pasti membebani fisik
dan mental sehingga dapat menghambat pertumbuhan yang sehat. Secara universal penyalahgunaan narkotika dan zat-zat lain yang
sejenisnya merupakan perbuatan distruktif dengan efek-efek negatifnya. Menurut Sudarsono seorang yang menderita ketagihan atau ketergantungan pada narkotika
akan merugikan dirinya sendiri, juga merusak kehidupan masyarakat. Sebab secara sosiologis, mereka menganggu masyarakat dengan perbuatan-perbuatan
kekerasan, acuh tak acuh, gangguan lalu lintas, beberapa keabnormalan lain dan kriminalitas. Bahaya penyalahgunaan narkotika sendiri. Sedangkan yang terjadi
pada masyarakat terutama pemakai sendiri. Sedangkan yang terjadi pada masyarakat Indonesia, penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas dikalangan
orang tua dan usia dewasa. Dalam kenyataannya kaum remaja juga sudah banyak terseret dalam dunia distruktif yakni penyalahgunaan narkotika.
48
Menurut Hadiman faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba adalah:
1. Keingin tahuan yang besar tanpa sadar akibatnya.
2. Keinginan untuk mencoba karena penasaran.
3. Keinginan untuk bersenang-senang just for fun.
4. Keinginan untuk mengikuti tren atau gaya fashionable.
5. Keinginan untuk diterima ole lingkungannya.
6. Lari dari kebosanan atau kegetiran hidup.
49
7. Pengertian yang salah bahwa penggunaan yang sekali-kali tidak menimbulkan
ketagihan. 8.
Semakin mudah untuk mendapat narkoba dimana-mana dengan harga relative murah available.
9. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga tidak
mampu menolak narkoba secara tegas.
50
Ada bermacam-macam alasan mengapa remaja banyak yang terjermus dalam penggunaan narkotika. Tetapi sebagian kaum remaja tidak tahu bahwa
barang yang dikonsumsi itu adalah narkotika. Menurut Drs. Sunarno, dari berbagai macam-macam alasan pada garis
besarnya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a.Alasan internal dalam dirinya;
1.Ingin tahu 2.Ingin dianggap hebat
3.Rasa setia kawan 4. Rasa frustasi, kecewa, dan kesal
48
Ibid, h.68.
49
Hadiman, Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua Dan Aparat Dalam Penanggulangan Dan Penyalahgunaan Narkoba,
Jakarta: BERSAMA, 2005, Cet. Ke-1, h.10
50
Ibid, h.10.
B. Alasan Keluarga; C. Alasan Pengaruh Orang Luar;
1.Tipu daya 2. Bujuk Rayu
3. Paksaan.
51
B. Batas Usia Anak Dapat Dipidana