Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penandatangan MoU Memorendum Of Anderstanding antara pemerintahan Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka GAM 15 Agustus 2005 di Helsinki Finlandia merupakan awal dari harapan baru bagi seluruh masyarakat Aceh akan hidup yang lebih baik, aman dan damai. Pasca penandatangan MOU tersebut Aceh diberikan wewenang untuk dapat hidup mandiri, baik itu dibidang ekonomi maupun politik dan hukum. Secara politik Aceh diberikan wewenang untuk mendirikan partai politik lokal yang tercantum dalam MOU yakni : 1 1 Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka 15 Agustus 2005 Poin 1.2.1 sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan nota kesepahaman ini, pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi pembentukan partai-partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai-partai politik lokal, pemerintah RI dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 bulan sejak penandatangan nota kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan DPR. Pelaksanaan kesepahaman ini yang tepat akan memberi sumbangan positif bagi maksud tersebut. Universitas Sumatera Utara Poin 1.2.2 Dengan penandatangan nota kesepahaman ini, rakyat Aceh akan memiliki hak menentukan calon-calon untuk semua posisi pejabat yang dipilih untuk mengikuti pemilihan di Aceh pada bulan april 2006 dan selanjutnya. Poin 1.2.3 Pemilihan lokal yang bebas dan adil akan diselenggarakan di bawah Undang- undang baru tenteng penyeleggaraan pemerintahaan di Aceh untuk memiliki kepala pemerintahan Aceh dan pejabat terpilih lainnya pada bulan april 2006 serta untuk memilih anggota legeslatif pada tahun 2009. Hasil dari nota kesepahaman antara Gerakan Aceh Merdeka GAM dan Republik Indonesia RI ini pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh dan peraturan pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 mengenai partai politik. Hal ini yang kemudian menjadi landasan awal terbentuknya partai lokal di Aceh, Dengan adanya kesepakatan ini memunculkan hiphoria politik bagi masyarakat Aceh, hal ini terlihat dari banyaknya partai lokal yang ikut mendaftar di kantor kementerian dan HAM Hak Asasi Manusia tingkat Provinsi, tercatat sepuluh partai lokal yang mendaftar yaitu: Partai Aceh PA, Partai SIRA, Partai Rakyat Aceh PRA, Partai Bersatu Aceh PBA, Partai Aman Seujahtera PAAS, Partai Daulat Aceh PDA, Partai Aliansi Rakyat Aceh Peduli Perempuan PARA, Partai Geuneurasi Atjeh Beusaboh Tha’at dan Tagwa GABTHAT, Partai Darussalam PD, dan Partai Lokal Aceh PLA, namun dari kesepuluh partai lokal yang mendaftar hanya enam partai lokal yang lolos dari verivikas yaitu: Partai Aceh PA, Partai Suara Independen Rakyat Aceh SIRA, Partai Bersatu Ajeh PBA, Partai Daulat Aceh PDA,Partai Rakyat Aceh PRA, Partai Aceh Aman Seujahtera PAAS. Universitas Sumatera Utara Keenam partai ini yang kemudian ikut dalam pemilihan legeslatif pada Tanggal 09 April 2009. keikutsertaan partai lokal ini meramaikan pesta demokrasi di Indonesia, sehingga jumlah partai politik yang berlaga pada pemilu legeslatif 2009 menjadi 49 partai politik, 6 diantaranya partai lokal. Sejarah mencatat keikutsertaan partai lokal menunjukkan perkembangan demokrasi di Indonesia. Pada pemilihan legeslatif 2009 keberadaan partai lokal tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat, dan Partai Aceh berhasil sebagai pemenang pada Pemilu legislatif 2009 untuk kursi DPRA dengan meraih suara 46,91 persen mengalahkan partai nasional besar, seperti Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional PAN dan Partai Persatuan Pembangunan PPP. 2 Kemengangan Partai Aceh PA dalam Pemilu 2009 menggambarkan sebagai jalan tengah respon atas perdamaian yang baru disepakati antara RI-GAM di Helsinki. Kemenangan Partai Aceh di tingkat Provinsi Aceh sangat luar biasa dengan meraih sekitar 1,007,173 suara 43,9. Diurutan berikutnya adalah partai nasional, seperti Partai Demokrat PD dengan 10.84 suara 10,2 dan Partai Golongan Karya Golkar dengan 6,64, dan Partai Amanat Nasional PAN 3,87, Partai keadilan Sejahtera PKS3,4suara. 3 Dari 69 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh DPRA 33 suara direbut ditangan Partai Aceh PA dan kemudian 36 kursi terdistrubusi ke 11 partai lainnya, dintaranya Partai Demokrat PD 10 kursi; Golkar 8 kursi; PAN 5 kursi; PKS 4 kursi; Partai Persatuan Pembangunan PPP 3 kursi; satu kursi masing-masing diduki oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP, Partai Kebangkitan Bangsa PKB, Partai Patriot Pancasila. Keperkasaan Partai Aceh PA 2 http:www.serambinews.com. diakses pada tanggal 3 januari 2010 3 www.KPU.go.id diakses pada tanggal 3 januari 2010 Universitas Sumatera Utara berlanjut hingga hanya menyisahkan satu kursi untuk Partai Daulat Aceh PDA sebagai pesaingnya ditingkat lokal dari lima pesaing Partai Aceh PA ditingkat Provinsi. Kemenangan Partai Aceh PA dilevel DPRK, juga berlanjut, Partai Aceh PA meraih mayoritas suara di delapan kabupaten. Misalanya di Aceh Besar 75, Pidie 95, Pidie Jaya 90, Bireuen 98, Aceh Utara 95, Lhokseumawe 97, Aceh Timur 90, Langsa 75. Selanjutnya Aceh Jaya 70, Aceh Barat 75, Nagan Raya 80, Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan 75, Simulue 70, Singkil dan Subulussalam 65. Kemudian Aceh Tenggara 60, Aceh Tengah dan Bener Meriah 48, dan Gayo Luwes 70. 4 Berdasarkan hasil rekapitulasi dari 23 kabupatenkota, dari total suara sah sebanyak 2.146.141 suara, Partai Aceh meraih suara terbanyak mencapai 1.007.173 46,93 , disusul Partai Demokrat 232.728 10,84, Partai Golongan Karya Golkar 142.411 6,64 .Partai Amanat Nasional PAN 83.060 3,87, Partai Keadilan Sejahtera PKS 81.529 3,80, Partai Persatuan Pembangunan PPP 73.964 3,45, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia PKPI 41.278 1,92 , Partai Daulat Atjeh PDA 39.706 1,85 , Partai Suara Independen Rakyat Aceh SIRA 38.157 1,78 dan Partai Bulan Bintang PBB 37.336 1,74 . 5 Sedangkan untuk wilayah Aceh Tamiang, Partai Aceh meskipun tidak mendominasi suara secara mutlak, dari 12 kecamatan dengan jumlah suara pemilih laki-laki 83.031 suara, dan jumlah suara perempuan 82.489 suara dengan total suara pemilih keseluruhan 165.520 sura, Partai Aceh unggul dengan perolehan 29.228 suara. Hal ini menandakan bahwa Partai Aceh di kabupaten Aceh Tamiang memperoleh suara terbanyak dari partai lain, baik itu partai Nasional maupun Partai lokal lainnya sebagai pesaing utama Parta Aceh PA. 4 http:rumahkuindonesia.blogspot.com200708.html diakses pada tanggal 3 januari 2010 5 www.Kpu NAD,go.id diakses tpada tanggal 3 januari 2010 Universitas Sumatera Utara Dengan gambaran diatas, maka penulis tertarik menulis mengenai kemengan Partai Aceh PA pada pemilu legeslatif 2009 di kabupaten Aceh Tamiang. Kenapa saya memilih Partai Aceh PA sebagai objek penelitian yang saya lakukan, ada beberapa alasan saya untuk menjawab pertanyaan ini : pertama, karena Partai Aceh PA merupakan partai yang lahir dari kesepakatan MoU Helsinki. Kedua, saya melihat sebagai salah satu Partai lokal yang ada di Aceh, Partai Aceh PA memenagkan pemilahan legeslatif 2009 baik itu dikabupaten maupun provinsi.

1.2. Perumusan Masalah