19
BAB II PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
A. Pengertian Perkawinan Beda Agama
Perkawinan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya perkawinan akan tercipta suatu hubungan yang dapat melahirkan
keturunan sebagai cikal bakal penerus sejarah kehidupan manusia. Dalam ajaran Islam, maksud utama dari perkawinan itu selain sebagai ibadah adalah untuk
membangun ikatan keluarga yang langgeng mitsaqan ghalidzhan yang dipenuhi dengan sinar kedamaian sakinah, saling cinta mawaddah, dan saling kasih-sayang
rahmah. Dengan begitu, ikatan pernikahan yang tidak ditujukan untuk membangun rumah tangga secara langgeng, tidaklah sesuai dengan tujuan ajaran Islam.
Perkawinan ditinjau dari segi bahasa etimologi, berasal dari kata kawin yang mempunyai arti membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri,
melakukan hubungan kelamin.
1
Perkawinan dapat disebut pula dengan istilah nikah yang berarti ikatan akad perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
hukum dan ajaran agama.
2
Kata nikah itu sendiri merupakan kata yang berasal dari
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, h. 518
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. h. 782
20 bahasa Arab yaitu
حكّ -
حكّْي -
احْكّ -
احاكّ
yang berarti kawin.
3
Secara harfiah, annikah
dapat diartikan dengan beberapa istilah yaitu al- wathu
ءْط ْلا,
adh- dhammu
مَّلا
dan al-jamu
عْمجْلا .
Al-wathu berasal dari kata wathia - yathau - watha
ط -
طي -
ْط
artinya berjalan di atas, melalui, memijak, menginjak, memasuki, menaiki, menggauli dan bersetubuh atau bersenggama.
Adh-dhammu, yang terambil dari akar kata dhamma-yadhummu-dhamma
َمض -
مّي -
اًمض
secara harfiah berarti mengumpulkan, memegang, menggenggam, menyatukan,
menggabungkan, menyandarkan,
merangkul, memeluk
dan menjumlahkan. Juga berarti bersikap lunak dan ramah.
Sedangkan al-jamu yang berasal dari akar kata jama‟a - yajmau -jaman
عمج -
عمْجي -
اعْمج
berarti: mengumpulkan,
menghimpun, menyatukan,
menggabungkan, menjumlahkan dan menyusun. Itulah sebabnya mengapa bersetubuh atau bersenggama dalam istilah fikih disebut dengan al-jima mengingat persetubuhan
secara langsung mengisyaratkan semua aktivitas yang terkandung dalam makna- makna harfiah dari kata al-jamu.
Sebutan lain untuk perkawinan pernikahan ialah az-zawaj az-ziwaj dan az- zijah. Terambil dari akar kata zaja-yazuju-zaujan
ا -
ْ ي -
اجْ
yang secara harfiah berarti: menghasut, menaburkan benih perselisihan dan mengadu domba.
Namun yang dimaksud dengan az-zawaj, az-ziwaj di sini ialah at-tazwij yang
3
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuryah, 1972, h. 467
21 mulanya terambil dari kata zawwaja- yuzawwiju
tazwijan
َ -
ِ ي -
اجْي ْ ت
dalam bentuk timbangan faala-yufailu tafilan
لَعف -
لعافي -
لْيعْفت
yang secara harfiah berarti mengawinkan, mencampuri, menemani, mempergauli, menyertai dan
memperistri
.
4
Secara istilah terminologi, ulama mendefinisikan perkawinan dalam beberapa redaksi, antara lain:
Wahbah Al-Zuhaili medefinisikan perkawinan dengan redaksi:
أْ مْلا عاتْمتْسا َلح أْ مْلاب لجَ لا عاتْمتْسا ْلم ْيفيل ع اَشلا عض ْقع ه اعْ ش ا َ لا لج َلاب
.
5
Artinya: “Perkawinan menurut syara yaitu akad yang ditetapkan untuk membolehkan
bersenag-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang- senangnya perempuan dengan laki-laki
”. Sementara itu Dr. Ahmad Ghandur dalam bukunya al-Ahwal al-Syakhsiyah fi
al- Tasyri‟ al-Islami yang dikutip oleh Prof. Dr. Amir Syarifuddin, mendefinisikan
perkawinan dengan redaksi:
لعْجي تايحلا م ّاسّْالا عْطلا اض اقتي ام قحي امب أْ مْلا لجَ لا نْيب ْسعلا لح ْيفي ْقع ْيلع تا جا حاص لْق قح ام ّْم ِلكل
6
.
4
Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, h. 43-44
5
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, cet.III, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, h. 29
22 Artinya:
“Akad yang menimbulkan kebolehan bergaul antara laki-laki dan perempuan dalam tuntutan naluri kemanusiaan dalam kehidupan, dan menjadikan
untuk kedua pihak secara timbal balik hak-hak dan kewajiban-kewajiban ”.
Dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita, sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ke Tuhanan yang Maha Esa.
7
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa yang dimaksud perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
atau Mitsaqan Ghalizan, untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
8
Dari beberapa pengertian diatas, tidak terdapat suatu pertentangan satu sama lain, hal ini dikarenakan yang menjadi sumber utama dalam mendefinisikan
perkawinan bersumber pada syariat Islam, yang pada intinya dalam mendefinisikan perkawinan para ulama dalam merumuskan pengertian tersebut tak terlepas dari
aturan syar‟i yang bersumber pada ketetapan dalam al-Quran ataupun hadis.
6
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, cet.II, Jakarta; Kencana, 2007, h. 39
7
Kompilasi Hukum Islam Hukum Perkawinan,Kewarisan Dan Perwakafan,dilengkapi dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,UU No.41Tahun 2004 Tentang
wakaf,UU No.38 Tahun 1999 Tentang Penggunaan Zakat dan UU No.8 Tahun 2001 Tentang Badan Amil Zakat Nasional.Bandung: Nuansa Aulia, 2008, h.80
8
Kompilasi Hukum Islam Hukum Perkawinan,Kewarisan Dan Perwakafan.. h. 2
23 Setelah membahas tentang perkawinan ditinjau dari segi bahasa dan istilah
seperti yang telah dijelaskan diatas, maka arti dari perkawinan beda agama itu sendiri adalah perkawinan antara orang yang memeluk agama yang berbeda. Perkawinan
beda agama merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang berbeda agamanya serta melibatkan dua aturan yang berbeda mengenai syarat dan
tata cara pelaksanaan perkawinan yang sesuai dengan agama masing-masing.
9
Dari pengertian tersebut, nampak jelas bahwa yang dimaksud dengan perkawinan beda agama adalah perkawinan yang dilakukan oleh lelaki atau wanita
yang masing-masing mempunyai keyakinan yang berbeda dan berlaku dua hukum yang harus dilaksanakan. Dalam penulisan ini, pembahasan yang akan difokuskan
mengenai perkawinan beda agama, lebih lanjut penulis akan membahas permasalaahan tersebut dengan mengkaji lebih dalam bagaimana ajaran agama Islam
dalam mengatur tentang perkawinan yang dilakukan oleh dua insan yang bersebrangan keyakinan, pembahasan ini akan diulas dan dibahas sebagai berikut.
B. Perkawinan Beda Agama Dalam Islam