BAB III BIOGRAFI KH. HASAN BISRI SH. M. Hum DAN GAMBARAN UMUM
MASYARAKAT SEMPER TIMUR JAKARTA UTARA
A. Biografi Hasan Bisri
1. Riwayat hidup KH. Hasan Bisri
Kyai Hasan Bisri lahir di Bangkalan Madura pada tanggal 17 april tahun 1940. dari pasangan H. Tosin dan Hj. Ratih. Meskipun lahir dari keluarga yang
berkecukupan ayahnya tergolong petani yang sukses karena memiliki banyak lahan luas dan menghasilkan materi yang cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari,
namun Hasan Bisri tidak serta merta mengandalkan fasilitas yang ada. Nuansa keagamaan yang tertanam dengan baik dalam keluarga dan pola pendidikan dari
sang ayah yang cukup disiplin dalam mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai agama yang menjadikannya memiliki pendirian dan kepribadian disiplin dalam
hidup.
31
Nama asli beliau sebelum berubah menjadi Hasan Bisri bernama Tilan, budaya yang berlaku di daerah kelahirannya, bahwa orang yang telah melaksanakan
ibadah haji ternyata menjadi pengaruh terhadap perubahan nama seseorang. Setelah ia melaksanakan ibadah haji pada umur tujuh belas tahun namanya berubah menjadi
Hasan Bisri. dan itu berlaku hingga saat ini. Keseharian yang sederhana, pintu rumah yang selalu terbuka bagi siapa
saja dan keluasan ilmu yang dimiliki. Menjadikan banyak orang terpikat dan hormat
31
Hasil wawancara dengan putra KH. Hasan Bisri, Minggu 26 oktober
kepadanya. Sebagai figur dan panutan bagi masyarakat ia berusaha mengayomi dan membimbing dengan keikhlasan dan kesabaran. Sosok seorang dai yang tidak
pernah kenal lelah dan letih dalam mengamalkan ilmunya serta mengembangkan dakwahnya terhadap masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat Semper Timur
pada khususnya. Hal ini yang menyebabkan ia banyak disenangi kawan dan disegani lawan.
Hasan Bisri aktif di berbagai bidang, baik yang bersifat formal dan non formal. Hal tersebut nampak dari aktifitasnya disamping sebagai dai, ia juga sempat
menjadi Hakim pada Pengadilan Agama Jakarta Timur, karyawan direktorat badan peradian agama, Departemen Agama RI, dan Dosen di Fakultas Hukum Universitas
Islam Asyafiiyah. Dalam hidupnya ia mengalami tiga kali menikah, namun bukan karena ia
seorang penganut poligami. Hasan menuturkan, bahwa istri pertamanya wafat saat usia perkawinannya baru lima tahun, dan meninggalkan dua orang anak. Istri
keduanya juga wafat karena sakit, meninggalkan empat orang anak. Dan pada tahun 1985 ia menikah dengan Asmawati SH dan berlangsung hingga saat ini. dari tiga
istrinya ini Hasan Bisri dikaruniai sembilan anak. Ada yang sudah berkeluarga ada pula yang masih sekolah.
Ia menuturkan ada dua alasan mendasar kenapa ia tidak mau hidup menyendiri, pertama, kelanjutan pembinaan anak-anak. Kedua, sebagai lelaki
normal hidup sendiri, bisa timbul melakukan maksiat. Dan ternyata mencari istri tidak semudah membalikkan telapak tangan, saya harus istikharah meminta petunjuk
allah SWT.
2. Latar Pendidikan KH. Hasan Bisri SH. M. Hum