2. Latar Pendidikan KH. Hasan Bisri SH. M. Hum
Sebagaimana kebanyakan para tokoh yang memiliki latar pendidikan. Kyai Hasan Bisri berangkat dari cita-cita yang sangat mulia ingin menjadi seorang
mubaligh dan menjadi insan yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan didorong dengan latar belakang keluarga yang notabene sangat kuat dan kental
dengan nilai agama. Pendidikan keluarga yang telah membentuk pribadinya cinta akan ilmu pengetahuan baik yang sifatnya umum atau agama.
Hasan Bisri pertama kali sekolah di pondok pesantren Toncung, Burneh. Dibawah pimpinan KH. Mastufah. setelah lulus dari pondok pesantren toncung
kemudian melanjutkan sekolah di SDI Daarul Ulum Jombang Jawa Timur dibawah asuhan KH. Mustain Romli, saat itu usia beliau masih kanak-kanak namun sudah
lepas dari orang tua. lulus pada tahun 1956. setelah lulus melanjutkan ke pondok pesantren Muallimin Uliya Darul Ulum peterongan, yang masih bertempat di
Jombang Jawa Timur lulus pada tahun 1962.
32
Tidak pernah terpikirkan olehnya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hal itu disebabkan oleh orang tuanya yang hanya sanggup
menyekolahkan sampai lulus Madrasah Aliyah, bukan karena tidak mampu secara materi. Hal itu lebih bertujuan untuk mendidik agar ia berusaha dengan keringatnya
sendiri bila ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hasan tidak pernah menyesali keputusan yang telah di berikan. Kecintaan terhadap ilmu dan selalu
32
Hasil wawancara dengan putra KH. Hasan Bisri, Minggu 26 oktober
merasa kurang dan bodoh akhirnya hijrah dari kampung halaman untuk pergi menuntut ilmu.
Surabaya menjadi tempat tujuan beliau untuk menimba ilmu ketingkat yang lebih tinggi, Fakultas Syariah IAIN Surabaya merupakan tempat pertama kali
beliau menuntut ilmu di perguruan tinggi, ia lulus sebagai sarjana muda pada tahun 1967. dari Surabaya kemudian beliau hijrah ke Jakarta guna mendapatkan gelar
sarjana lengkap, beliau melanjutkan studi pada Fakultas Syariah IAIN Jakarta, lulus tahun 1983.
Sifat yang haus akan ilmu pengetahuan dan sudah menjadi keyakinan yang tertanam dalam dirinya bahwa ilmu menjadi sangat penting dibandingkan dengan
harta dan lainnya, pada tahun 1988 beliau masuk Fakultas hukum Universitas Islam Asyafiiyah UIA lulus pada tahun 1993, agaknya beliau masih kurang puas dengan
pendidikan yang telah dirasakanya dan kemudian melanjutkan studi pasca sarjana Program Magister Ilmu Hukum S2 pada Universitas Muhammadiyah Jakarta
UMJ lulus pada tahun 1998, sebagai seorang tokoh dan sekaligus ayah bagi para anak-anaknya beliau lebih memilih untuk mewariskan ilmu dibandingkan harta.
Sebagaimana para nabi tidak mewariskan harta akan tetapi ilmu pengetahuan yang di wariskan sebagai bekal untuk kehidupan.
3. Kegiatan Dakwah