Takhrij Hadis Salam terhadap non-muslim perspektif hadis

Dari hasil penelusuran di atas, ditemukan sebelas hadis yang berkaitan dengan salam terhadap non-Muslim Hadis-hadis tersebut diklasifikasikan ke dalam poin-poin sebagai berikut: 1. Bagaimana Menjawab Salam non-Muslim 2. Menjawab Salam non-Muslim dalam Surat 3. Larangan Memulai Salam kepada non-Muslim 4. Memberi Salam dalam Majlis yang Berisi Kaum Muslim dan Musyrik 5. Bagaimana Menulis Surat Untuk non-Muslim 6. Mengucapan Salam Kepada non-Muslim 7. Tidak mengucapkan dan juga tidak menjawab salam atas orang yang berdosa 8. Larangan Membunuh non-Muslim yang Memberi Salam Untuk tema yang pertama, yaitu bagaimana menjawab salam non-Muslim terdapat tiga hadis yang berkaitan. Pertama, Menjawab dengan “wa ‘alaikum”. Kedua, Menjawab dengan “’alaika” atau “wa ‘alaika”. Ketiga Menjawab dengan “ ‘alaika mā qulta”. Tema ke-enam, yaitu mengucapkan salam kepada non-Muslim terdapat dua hadis yang berkaitan. Pertama, tidak perlu menarik ucapan salam kepada non- Muslim. Kedua, meminta kembali ucapan salam. Sementara untuk tema-tema yang lainnya, masing-masing hanya terdapat satu hadis saja.

B. Hadis-hadis yang Berkaitan dengan Salam Terhadap non-Muslim

1. Bagaimana Menjawab Salam non-Muslim Tema yang pertama membahas mengenai hadis-hadis tentang bagaimana Nabi menjawab salam non-Muslim, terdapat tiga hadis yang termasuk dalam tema ini, yaitu Nabi menjawab salam dengan ucapan “wa ‘alaikum”, Nabi menjawab dengan ucapan “’alaika” atau “wa ‘alaika”, serta Nabi memerintahkan untuk menjawab dengan “ ‘alaika mā qulta”. a. Menjawab dengan “wa ‘alaikum” Telah bercerita kepada kami Sulaiman bin Harb telah bercerita kepada kami Hammad dari Ayy ub dari Ibnu Abi Mulaikah dari ‘Aisyah RA. bahwa orang- orang Yahudi datang menemui Nabi SAW. lalu mereka mengucapkan “al- sāmu ‘alaika” Kecelakaan atau racun buatmu, maka ‘Aisyah melaknat mereka. Beliau bertanya: “Kenapa kamu berbuat begitu”. Aku jawab: “Apakah Tuan tidak mendengar apa yang mereka ucapkan?” Beliau menjawab: “Apakah kamu tidak mendengar apa yang aku katakan?” Aku kepada mereka: “Wa ‘alaikum namun juga buat kalian”. 5 Hadis ini menggambarkan tentang kelembutan Nabi bahkan saat menghadapi musuhnya yang secara terang-terangan menghinanya dengan mengucapkan perkataan 5 Ṣ ahih al-Bukhari, Kitab : Jihad dan penjelajahan, Bab : Mendoakan orang-orang musyrik agar mendapatkan kekalahan dan kehancuran, No. Hadis : 2718, CD Lidwa Pustaka yang kasar padanya . ‘Aisyah menerangkan, bahwa beberapa orang Yahudi masuk ke tempat Nabi lalu mengatakan “al-sāmu ‘alaikum” dengan cara memberi pengertian, bahwa mereka mnegucapkan “al-salāmu ‘alaika”. Melihat peristiwa itu, ‘Aisyah mengucapkan “wa ‘alaikum al-sāmu wa al- la‘nat” kepada para tamu Yahudi yang tidak sopan itu. Nabi menegur ‘Aisyah dengan mengatakan “Perlahan-lahan, hai ‘Aisyah. Sesungguhnya Allah menyukai keramahan dalam semua urusan.” Maka ‘Aisyah bertanya kepada beliau, “Ya Rasulullah, apa engkau tidak mendengar yang mereka ucapkan?”. Rasulullah menjawab “Aku telah mengucapkan ‘wa ‘alaikum’.” 6 Hadis ini ṣ aḥ iḥ karena diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari. Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukahri dan Imam Muslim telah disepakati ke- ṣ aḥ iḥ - annya oleh para ulama. b. Menjawab dengan “’alaika” atau “wa ‘alaika” 6 Tim penulis Paramadina, Fiqih Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis, Jakarta: Paramadina, 2004 h. 69 Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, Yahya bin Ayyub, Qutaibah dan Ibnu Hujr lafazh ini miliknya Yahya bin Yahya. berkata Yahya bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami. Dan yang lainya berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma‘il yaitu Ibnu Ja‘far dari ‘Abdullah bin Dinar bahwa ia mendengar Ibnu Umar berkata; Rasulullah SAW. bersabda: “Orang- orang Yahudi, bila mereka memberi salam kepadamu, maka salah seorang di antara mereka ada yang mengucapkan: Al- sāmu ‘alaikum semoga kematian bagi kalian. Maka jawablah: ‘Alaika” Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami ‘Abdur Rahman dari Sufyan dari ‘Abdullah bin Dinar dari Ibnu ‘Umar dari Nabi SAW. dengan redaksi yang serupa. Hanya saja dia berkata; ‘Maka ucapkanlah oleh kalian; ‘Wa ‘alaika’. 7 Para ulama berbeda pendapat tentang menyebutkan atau tidak menyebutkan huruf wawu dalam menjawab ucapan salam non-Muslim, karena perbedaan pandangan mereka mengenai riwayat yang lebih kuat diantara kedua riwayatnya. Ibn ‘Abd al-Barr menyebutkan dari Ibn Habib, bahwa pengucapannya tanpa huruf wawu adalah karena jika diucapkan dengan huruf wawu berarti menyertakan kita didalamnya. Ia memaparkan, bahwa huruf wawu dalam redaksi seprti ini mengandung arti mengakui redaksi pertama dan mengaitkan redaksi kedua dengan yang pertama, seperti ucapan “Zaidun Kātibun, faqultu: washāriʻ un” artinya: Zaid adalah penulis, lalu aku mengatakan dan juga penyair. Ini berarti menetapkan kedua sifat itu pada diri Zaid. 7 Ṣ ahih Muslim, Kitab : Salam, Bab : Larangan memulai Ahl al- Kitāb dalam memberikan salam, No. Hadis : 4026, CD Lidwa Pustaka Ibn Ba ṭ al menukil dari al-Khatabi menyerupai apa yang dikatakan oleh Ibn Habib, dia berkata, “riwayat orang yang meriwayatkannya dengan redaksi “’alaikum” tanpa huruf wawu adalah lebih baik daripada riwayat yang menyebutkan huruf wawu, karena maknanya adalah “aku mengembalikan apa yang kalian katakana itu kepada diri kalian”. Sebab, dengan menyertakan huruf wawu, maka maknanya menjadi “ʻ alaiya wa ‘alaikum” atasku dan atas kalian, karena huruf wawu adalah partikel penggabung yang berfungsi menyertakan.” 8 Sama halnya dengan hadis pertama, hadis ini berderajat ṣ aḥ iḥ , karena diriwayatkan oleh Imam Muslim. c. Menjawab dengan “ ‘alaika mā qulta” Telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid telah menceritakan kepada kami Yunus dari Syaiban dari Qatadah telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik bahwa seorang Yahudi datang kepada Nabi SAW. serta 8 Al-Nawawi, Sharah al-Nawawi ‘ala Muslim, CD al-Maktabah al-Syamilah, Global Islamic Software, 1991-1997