Pandangan Masyarakat Terhadap Perjudian

xvii

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pandangan Masyarakat Terhadap Perjudian

Pengertian pandangan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil perbuatan memandang memperhatikan, melihat dsb 2 . Jadi pandangan masyarakat adalah pengetahuan yang didapat oleh masyarakat setelah memperhatikan sesuatu baik dengan melihat, mendengar maupun dengan merasakannya. Tanggapan masyarakat berbeda-beda terhadap praktek perjudian itu. Ada yang menolak sama sekali: yaitu menganggap perjudian ini sebagai perbuatan seram dan dosa serta haram sifatnya. Namun ada pula yang menerimanya, bahkan menganjurkannya sebagai sumber penghasilan inkonvensional. Sedangkan orang lain bersikap netral saja. Bagi para penganut agama Kristen, khususnya bagi kaum puritan, perjudian adalah barang larangan. Sebab penghasilan yang halal itu bukanlah hasil dari pertaruhan, akan tetapi harus merupakan jerih payah dalam usaha kita membesarkan keagungan Tuhan. Agama Islam juga melarang perjudian, perbuatan judi dan pertaruhan dianggap sebagai dosa atau perbuatan haram. Judi merupakan bujukan syaitan untuk tidak mentaati perintah Allah SWT karena itu sifatnya jahat dan merusak. Pekerjaan judi atau bermain judi menurut norma jawa digolongkan dalam aktifitas 5-M diantaranya: minum-minuman keras dan mabuk-mabukan, madon, bermain dengan wanita pelacur, maling, mencuri, madat, minumcandu, bahan narkotik, ganja 2 Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta: 2001, ed.3, cet.1, h.821 xviii dan lain-lain. Serta judi berbotohan, berjudi dan bertaruh sebab, berjudi itu membuat orang menjadi malas, tidak mengenal rasa malu, berkulit dan bermuka tebal. Jika modalnya habis, ia menjadi kalap, lalu sampai hati merampas hak milik orang lain, merampok atau mencuri, harta kekayaan warisan, bahkan juga anak dan istrinya habis dipertaruhkan di meja judi. Sebaliknya apabila ia menang berjudi, hatinya merasa senang. Sifatnya sangat royal, boros, tanpa pikir, suka akan wanita pelacur, dan lupa daratan. Pola berjudi itu mendorong orang untuk selalu menyebut kemenangan, dan menjadikan dirinya serakah serta gila kemenangan. Namun akibatnya, ia justru menderita banyak kekalahan. Berjudi itu bisa merangsang orang untuk berbuat kriminal diantaranya mencuri, merampok, merampas, korupsi menggelapkan kas negaradan lain-lain. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa perjudian akan dapat menghasilkan keuntungan besar dalam waktu pendek dengan cara yang mudah dan perjudian itu dianggap sebagai peristiwa biasa sehingga orang bersikap acuh-tak acuh terhadapnya. Banyak orang modern menganggap perjudian sebagai satu rekreasi yang netral, dan tidak mengandung unsur dosa. Lagipula perjudian bisa menumbuhkan kegairahan dan harapan-harapan. Disamping itu perjudian dan usaha-usaha kasino bisa dijadikan sumber keuangan bagi oknum, organisasi atau partai politik dan pemerintah daerah. Tanggapan masyarakat pejudi di desa Bambu Apus pamulang terhadap praktek perjudian itu adalah sebagian ada yang mengatakan bahwa perjudian itu haram, dan sebagian lagi tidak tahu hukumnya perjudian tersebut karena mereka jauh dari agamanya. Perjudian akan dapat menghasilkan keuntungan yang besar dalam waktu xix yang pendek dengan cara yang mudah dan ia beranggapan bahwa perjudian merupakan suatu hal-hal yang biasa-biasa saja. Padahal agama islam melarangnya, dan mereka juga beranggapan bahwa perjudian itu dapat menunjang mata pencahariannya atau usahanya. Padahal kalau kita mengerti bahwa usah diiringi dengan perjudian maka tidak akan berkah dan maju usaha kita malah bisa habis.

B. Peranan MUI Dalam Penanggulangan Perjudian