Diasumsikan A bersifat konstan dan bukan meningkat sepanjang waktu, sehingga tidak terdapat kemajuan teknologi.
[ ]
β α
β
+ −
= −
1 n
g
2.11 Di mana g adalah tingkat pertumbuhan output dan n adalah tingkat pertumbuhan
populasi, ;
β sehingga g-n0 dan YL tumbuh.
2.8 Penelitian Sebelumnya
Lin dan Liu 2000 menemukan hal yang serupa, dengan menggunakan metode Mankiw, Romer, and Weil MRW, kedua peneliti ini membuktikan bahwa
desentralisasi fiskal memberikan dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan efisiensi alokasi sumber penerimaan.
Mereka juga menambahkan bahwa reformasi pedesaan,stok kapital dan sektor swasta menjadi kunci menggerakkan kemajuan Cina dalam dua puluh tahun terakhir.
Sakata dan Akai 2004 melakukan penelitian di 50 negara bagian di Amerika Serikat, indikator desentralisasi fiskal diukur dari rasio penerimaan daerah terhadap
negara bagian; rasio pengeluaran daerah dibandingkan dengan pengeluaran negara bagian; rasio pajak daerah terhadap penerimaan daerah dan penerimaan produksi
yang diukur dari bagi hasil. Mereka menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi.
Zou dan Jin 2005 menggunakan data panel untuk 30 provinsi di Cina untuk melihat pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi untuk dua fase
Universitas Sumatera Utara
yaitu sebelum desentralisasi fiskal periode 1979-1993 dan setelah desentralisasi fiskal 1994-1999, bahwa pada fase pertama, pertumbuhan ekonomi propinsi mempunyai
hubungan negatif terhadap pengeluaran dan hubungan positif terhadap penerimaan. Pada fase kedua, pertumbuhan ekonomi propinsi menunjukkan hubungan tidak
signifikan terhadap pengeluaran dan hubungan positif dan signifikan terhadap penerimaan..
Indraswanti 2002, melakukan studi mengenai kebijakan fiskal dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menggunakan data panel dari 26 propinsi periode
waktu 1983-1999, alat analisis yang digunakan adalah EBA Extreme Baounds Analysis dan Generalized Least Square GLS, ditemukan bahwa kebijakan fiskal
mempunyai pengaruh positif yang kuat. Waluyo, 2007 mengatakan bahwa setelah desentralisasi fiskal pertumbuhan
ekonomi makin tinggi pada daerah pusat bisnis dan kaya sumber daya alam sedangkan ketimpangan daerah berada pada daerah-daerah seperti jawa, Kawasan
Timur Indonesia KTI serta Kawasan Barat Indonesia KBI. Hal ini disebabkan oleh adanya endowment factor yang berbeda-beda dari setiap daerah di Indonesia sehingga
peningkatan pendapatan asli domestik bruto PDRB juga terpengaruh. Harison F. Sirumapea 2007, melakukan penelitian dampak desentralisasi
terhadapp pertumbuhan ekonomi Kabupatenkota se Sumatera Utara periode waktu 2001-2004 dengan hasil bahwa desentralisasi fiskal mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi serta faktor populasi penduduk juga mempunyai mempengaruhi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
dilihat dari produksi dan konsumsi. Alat analisis yang digunakan Generalized Least
Square GLS, Siti Aisyah 2003 dalam penelitian Peranan sektor Publik Lokal dalam
pertumbuhan Ekonomi Regional Wilayah Surakarta 1987-2000 dengan Variabel indenpenden yaitu Investasi Pemerintah Daerah, Konsumsi Pemerintah daerah,
Penerimaan pemerintah Daerah dan laju angkatan kerja. Sedangkan variabel dependen adalah Pertumbuhan Ekonomi regional. Penelitian ini menghasilkan bahwa
Investasi pemerintah berpengaruh positif dan signifikan sedangkan variabel konsumsi pemerintah dan tenaga kerja memberikan kontribusi yng positif tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Disisi lain penerimaan pemerintah memberikan efek negatif.
Penelitian L. Jay Helms 1985 dengan menggunakan data panel lintas negara menunjukkan bahwa kenaikan pajak pusat dan pajak daerah berdampak
memperlambat pertumbuhan ekonomi daerah, jika penerimaan pajak digunakan sebagai dana perimbangan pusat-daerah. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan
bahwa pemanfaatan dana perimbangan untuk penyediaan barang publik akan berdampak terhadap kualitas barang publik lokal. Kesimpulan yang didapat
menunjukkan bahwa pemberian insentif dana perimbangan berdasarkan pengeluaran lebih baik daripada berdasarkan penerimaan pajak. Penelitian Jutting et all 2004
dengan menggunakan data lintas negara menunjukkan bahwa hubungan antara desentalisasi fiskal dengan pemberantasan kemiskinan bersifat
umbigous. Pada beberapa negara miskin kualitas institusi dan adanya konflik politik menyebabkan 5
Universitas Sumatera Utara
kebijakan pemberantasan kemiskinan tidak mencapai sasaran. Dampak kemiskinan terhadap desentralisasi tergantung oleh kualitas infrastruktur sebuah negara, hal ini
berdampak terhadap kapasitas dan kemampuan pengambil kebijakan untuk mencurahkan perhatian terhadap pemberantasan kemiskinan.
2.9 Kerangka Pemikiran