2.7 Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,
institusional kelembagaan, dan idiologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada Smith dan Todaro, 2004.
Menurut pandangan ekonomi klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Struart Mill, maupun ekonom neoklasik, Robert Solow dan
Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu 1 jumlah penduduk, 2 Jumlah stok
barang modal, 3 luas tanah dan kekayaan alam, dan 4 tingkat teknologi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat
kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya Smith dan Todaro 2004 mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen
utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah; pertama akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, perlatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan
kerja. Ketiga, Kemajuan teknologi yang bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi yaitu; kemajuan teknologi yang bersifat netral, kemajuan teknologi yang hemat
tenaga kerja, dan kemajuan teknologi yang hemat modal. Peranan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
pertumbuhanTodaro dan Smith 2004,, antara lain : Teori pertumbuhan Harrod-Domar, teori ini menyatakan bahwa agar bisa
tumbuh dengan cepat, maka setiap perekonomian harus menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari pendapatan nasionalnya., dengan model persamaan sebagai
berikut : 1. Tabungan S adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau s, dari pendapatan
nasional Y. Oleh karena itu, dapat ditulis dalam bentuk persamaan sederhana:
sY S
=
2.1 2. Investasi neto I didefenisikan sebagai perubahan dari stok modal K yang dapat
diwakili oleh K
Δ , sehingga persamaan tersebut ditulis sebagai berikut: K
I Δ
= 2.2
Akan tetapi, karena jumlah stok modal, K mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional atau output, Y, seperti yang ditunjukkan oleh rasio
modal-output, k, maka: k
Y K = atau
k Y
K = Δ
Δ
Y k
K Δ
= Δ
2.3
Universitas Sumatera Utara
3. Mengingat tabungan nasional neto S harus sama dengan investasi netoI, maka persamaan berikutnya dapat ditulus sebagai berikut:
I S
=
2.4
Y k
K I
Δ =
Δ =
I K
Y k
sY S
= Δ
= Δ
= =
2.5
Y k
sY Δ
=
2.6
k s
Y Y =
Δ 2.7
Teori pertumbuhan Neo-Klasik Solow, model pertumbuhan Neo-Klasik Solow
Solow neoclassical growth model merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan Neo-Klasik. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional,
perekonomian berbagai negara akan bertemu converge pada tingkat pendapatan
yang sama., dengan syarat bahwa negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas
yang sama. Konsep tersebut dituliskan oleh Solow, yang menjadi salah satu karya klasik
dalam literatur pertumbuhan ekonomi. Solow memasukkan faktor produksi modal capital dan tenaga kerja labour sebagai sumber pertumbuhan. Model pertumbuhan
yang dikembangkan Solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni: 2.8
α α
−
=
1
AL K
Y
Universitas Sumatera Utara
Di mana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan
secara eksogen.
1 ,
L K
f L
Y =
atau
k f
y =
2.9
α
Ak Y
= 2.10
Teori pertumbuhan endogen atau teori pertumbuhan baru new growth theory,
teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan GNP yang persistem, yang ditentukan oleh sistem yang mengatur
proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan di luar sistem. Teori pertumbuhan endogen berupaya menjelaskan skala hasil yang semakin meningkat dan pola
pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antar negara. Aspek yang paling menarik dari model ini adalah, membantu menjelaskan
keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan negara maju dangan negara berkembang dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer
dalam sumber daya manusia pendidikan, infrastruktur, atau riset dan pengembangan.
Untuk menggambarkan pendekatan pertumbuhan endogen, akan dibahas model pertumbuhan endogen Romer, yang mengasumsikan bahwa proses
pertumbuhan berasal dari tingkat perusahaan atau industri:
β α
α
K L
AK Y
i i
i −
=
1
2.9
α β
α
− +
=
1
L AK
Y 2.10
Universitas Sumatera Utara
Diasumsikan A bersifat konstan dan bukan meningkat sepanjang waktu, sehingga tidak terdapat kemajuan teknologi.
[ ]
β α
β
+ −
= −
1 n
g
2.11 Di mana g adalah tingkat pertumbuhan output dan n adalah tingkat pertumbuhan
populasi, ;
β sehingga g-n0 dan YL tumbuh.
2.8 Penelitian Sebelumnya