BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa neonatal dini atau bayi baru lahir adalah dimulai dari usia 0-7 hari Sritanti 2005. Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia
dibawah 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak Nursalam dkk, 2005.
Gumoh merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada bayi yang mengalami Refluks Gastroesofagus RGE. Refluks gastroesofagus didefenisikan
sebagai kembalinya isi lambung ke dalam esophagus secara involunter tanpa adanya usaha dari bayi, sedangkan istilah regurgitasi digunakan apabila isi lambung tersebut
dikeluarkan melalui mulut Deddy Satrya dan Badriul hegar, ΒΆ1, hhttp:www.Pediatric,com. diperoleh tanggal 4 Juni 2009
Sekitar 70 bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga
8 β 10 pada umur 9-12 bulan dan 5 pada umur 18 bulan. Dalam Nakita 2006 dikatakan 70 bayi usia 4 bulan dalam sehari paling tidak
mengalami gumoh. Dan saat anak berusia setahun bisa dikatakan hanya tinggal 10 yang masih mengalami gumoh.
Universitas Sumatera Utara
Sedikitnya 25 orang tua menganggap bahwa regurgitasi merupakan suatu keadaan yang mencemaskan dan umumnya dihubungkan dengan frekuensi dan volume
regurgitasi. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi. Juga kalau terjadinya tidak hanya sesuai makan dan minum saja, tetapi juga selagi tidur meski aktivitas makan dan minum
sudah dilakukan 3 jam yang lalu. Gumoh yang seperti ini tentu saja harus mendapat perhatian kendati mungkin saja saat itu berat badannya bagus dan sikecil masih mau
makan dan minum. Dalam kondisi demikian orang tua harus hati-hati agar gumoh tidak berlanjut menjadi patologis yang diistilahkan refluks gastroesofagus, yakni adanya aliran
balik dari lambung ke kerongkongan yang menyebabkan kerusakan lapisan dinding kerongkongan.
Kerusakan dinding kerongkongan ini disebabkan oleh iritasi lambung yang juga ikut masuk kedalam kerongkongan. Asam lambung ini mengiritasi daerah kerongkongan
yang semula netral akhirnya terluka. Akibat selanjutnya, bayi akan rewel karena apapun yang dimakan dan diminum akan menyebabkan rasa sakit dikerongkongan. Jika tidak
diatasi, ia akan menolak makan dan minumnya sehingga asupan nutrisinya berkurang yang kemudian berdampak pada berat badan yang tidak kunjung naik sebagaimana
mestinya. Dengan kata lain, refluks bisa menyebabkan bayi tidak tumbuh optimal. Jika keadaan ini berlanjut tanpa ada penanganan yang baik dikawatirkan sel-sel di daerah
kerongkongan akan berubah menjadi bentuk yang tidak lazim. Sel-sel dengan bentuk tidak lazim ini dikawatirkan akan menjadi factor timbulnnya keganasan di usia dewasa.
Dengan demikian gumoh yang sering dan tidak seperti biasanya harus segera diantisipasi
Universitas Sumatera Utara
dan ditangani karena efeknya memang tidak terlihat semua saat ini, melainkan jangka panjang.
Menurut Kishore, dari poliklinik anak RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Fenomena gumoh terjadi pada semua bayi usia dibawah setahun. Begitu setahun lewat
kejadian ini berhenti. Namun terkadang, menurutnya ada juga usia diatas 6 bulan pun gumoh sudah mulai berkurang. Kecuali bayi-bayi dibawah 6 bulan, terutama bayi yang
baru lahir. Adakalanya gumoh terjadi bila bayi merasa kesal karena tidak bisa menelan
hingga ia pun menanangis. Sering kali bila hal ini terjadi, pengasuh atau orang tua malah memaksakan pemberiannya. Misal, dengan menaruh si bayi di posisi mendatar, lalu
memasukkan makanan bayi. Otomatis bayi akan membatukkan hingga terjadi muntah. Peristiwa ini berbahaya sekali, karena saat itu makanan bisa masuk kesaluran napas dan
menyumbatnya hingga berakibat fatal. Masih menurut Kishore gumoh adalah gejala alami yang sangat natural dan
terjadi pada setiap bayi, sehingga tidak bisa dicegah. Yang bisa dicegah adalah komplikasinya yaitu bila ada air susu yang masuk ke lambung. Dilambung itu ada asam
lambung, sehingga susu itu bercampur dengan asam lambung. Kalau itu keluar dari mulut atau hidung, posisi bayi segera dimiringkan atau ditengkurapkan agar tidak
tertelan dan masuk keparu-paru, itu yang berbahaya. Untuk meminimalkan gumoh, Dr. Kishore menyarankan pada saat pertengahan pemberian minum, kalau perlu
disendawakan supaya udaranya keluar dari mulut bayi setelah minum.
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan penulis menunjukkan bahwa sekitar 65 dari jumlah ibu yang telah mempunyai anak di Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan kurang mengerti tentang
gumoh, dan cara penanganannya. Ditandai adanya dari bayi ibu tersebut mengalami gumoh saat bayi setelah menyusui atau minum.
Dari uraian dan pengamatan penulis di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gumoh Pada Neonatal Dini
0-7 Hari yang berlokasi di Kelurahan Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan.
B. Perumusan Masalah