Pengaruh Faktor Ibu Terhadap Kematian Neonatal Dini Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014

(1)

1

PENGARUH FAKTOR IBU TERHADAP KEMATIAN NEONATAL DINI DI KABUPATEN ACEH TENGAH

TAHUN 2014

TESIS

Oleh ISMA SAWITRI

127032085/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH FAKTOR IBU TERHADAP KEMATIAN NEONATAL DINI DI KABUPATEN ACEH TENGAH

TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh ISMA SAWITRI

127032085/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

3

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR IBU TERHADAP KEMATIAN NEONATAL DINI DI

KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Isma Sawitri

Nomor Induk Mahasiswa : 127032085

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 27 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes

Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes 2. Drs. Heru Santosa, M.S. Ph.D 3. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si


(5)

5

PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR IBU TERHADAP KEMATIAN NEONATAL DINI DI KABUPATEN ACEH TENGAH

TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014

Isma Sawitri 127032085/IKM


(6)

ABSTRAK

Kematian neonatal dini adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama kehidupan bayi (0-7 hari). Berdasarkan laporan penelusuran kematian neonatal tahun 2013 di Kabupaten Aceh Tengah kematian neonatal dini 22/1000 kelahiran hidup.

Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh faktor ibu (umur, paritas dan jarak kelahiran) terhadap kejadian kematian neonatal dini di Kabupaten Aceh Tengah.

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan disain kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan dan bayinya meninggal pada usia 0 - 7 hari periode Januari sampai dengan Desember 2013 sebanyak 67 ibu dan ibu yang bayinya hidup dengan usia lebih 7 hari, periode Januari sampai dengan Desember 2013. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 104 responden terdiri dari 52 kasus dan 52 kontrol. Pengumpulan data dilakukan secara restrospektif. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney dan uji regresi logistik

metode Backward : Wald.

Hasil analisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan antara jarak kelahiran yang mengalami kematian neonatal dini dengan yang tidak mengalami kematian neonatal (p=0,001). Hasil analisis multivariat dengan uji Regresi Logistik model Backward : Wald menunjukkan ada 2 variabel yang berpengaruh terhadap kejadian kematian neonatal dini yaitu umur (p=0,015) dan nilai β 1,608 sedang kan jarak kelahiran (p=0,001) dan nilai β 9,734.

Merencanakan kehamilan pada umur yang aman (20-35 tahun) dan mengatur jarak kelahiran yang aman yaitu di atas 2 tahun sejak kehamilan yang terakhir. Jika sudah memiliki faktor risiko umur diharapkan memeriksakan kehamilan secara teratur sesuai dengan masa kehamilan, mengatur jarak kelahiran dengan mengikuti program keluarga berencana.


(7)

7

ABSTRACT

Early neonatal death occurs in the first week of baby’s life (0 to 7 day old). Based on the report of the trace of neonatal death in 2013 in Central Aceh District, early neonatal death was 22/1000 live birth.

It has been conducted a research to analyze the influence of maternal factors (age, parity and birth interval) on the incidence of early neonatal death.

This research was an observational analytic study with case control study design. The population were all 67 mothers who their babies died when they were 0 – 7 day old and mothers with their babies were still alive after they were more than seven days old from January to December 2013. The samples were 104 respondents consisted of 52 respondents in case group and the other 52 respondent in control group. The data were collected retrospectively and analyzed by using Mann-Whitney test and logistic regression models Backward: Wald.

The results of Mann-Whitney test showed that there was a difference birth interval between case and control group (p =0.001). The result of multivariate analysis with logistic regression test with Backward : Wald model showed that two

variable which influenced early neonatal death were age (p=0.015,β value = 1.608)

and birth interval (p =0.001, β value = 9.738).

The recommended planning a pregnancy at a safe age (20-35 years) and arrange a safe birth interval above 2 years since the last pregnancy. If mothers already have risk factors for age and birth interval, they are expected to check pregnancy regularly in according with the pregnancy age and to manage birth interval by participating in family planning program.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan hidayah-NYA maka tesis ini bisa selesai tepat waktunya, adapun judul tesis ini “Pengaruh Faktor Ibu terhadap Kematian Neonatal Dini di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014”.

Tesis ini merupakan salah satu syarat akademik untuk melakukan tahap awal dalam pelaksanaan penelitian dalam rangka pembuatan tesis pada program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, saya mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M,Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

9

4. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu, pikiran, dalam membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan dan pembuatan tesis ini dengan kesabaran.

5. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, pikiran, dalam membimbing serta mengarahkan saya dalam penyusunan dan pembuatan tesis ini dengan kesabaran.

6. Drs. Heru Santosa, M.S. Ph.D selaku penguji I yang telah banyak memberikan masukan dalam pembuatan tesis ini dengan penuh kebaikan dan kesabaran

7. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan dalam pembuatan tesis ini dengan penuh kebaikan dan kesabaran. 8. Bapak dr. Sukri Maha selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah

dan jajaran yang telah membantu memberi izin penelitian di Kabupaten Aceh Tengah

9. Suami ku tercinta dr. Muhammad Arif Matondang, Sp.A dan anak-anakku tercinta Muhammad Hafizh Athif Matondang, Ghaziya Nadhifa Matondang dan Qonita Hafiza Matondang terima kasih atas waktu, kesempatan, dukungan dan semangatnya sehingga mama dapat menyelesaikan pendidikan ini.

10. Orang Tua Tersayang H. Haroen Ugati dan Ibunda Hj. Sawidah Hakim, abang, kakak dan adik ku yang telah memberikan doa dan dukungan moril selama menjalani pendidikan ini.

11. Keluarga Besar Matondang yang telah memberikan doa dan dukungan moril selama menjalani pendidikan ini.


(10)

12. Teman- teman di Bidang Pelayanan Kesehatan Ibu Retno Sukadilah beserta Staf dan Bidang Jaminan Kesehatan Ibu Huryah beserta Staf yang telah bersedia meluangkan waktu untuk di menemani berjalannya penelitian ini dengan baik. 13. Teman-temanku Yulita Anggraini, Ratna Sari, Rostina Manurung dan Raisha

Octavariny, dan seluruh rekan satu angkatan terkhusus minat studi kesehatan reproduksi yang telah memberikan doa dan semangat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan saya ini dengan semangat.

Saya menyadari bahwa penulisan ini mempunyai kekurangan, untuk itu saya menerima kritik dan saran guna penyempurnaan tesis ini. Untuk semua saran dan kritik yang di sampaikan demi perbaikan tesis ini saya ucapkan terima kasih.

Akhirnya, saya mohon maaf yang setulusnya kepada semua pihak jika ada kekurangan selama saya mengikut pendidikan dan penelitian berlangsung. Semoga Allah SWT yang membalas semua kebaikan yang di berikan kepada saya dengan pahala yang berlipat ganda. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2014

Isma Sawitri 127032085/IKM


(11)

11

RIWAYAT HIDUP

Isma Sawitri, lahir di Takengon tanggal 17 Januari 1976, anak ke empat dari 6 bersaudara dari pasangan ayahanda H. Haroen dan Ibunda Hj. Sawidah Hakim. Penulis menikah dengan dr. Muhammad Arif Matondang, Sp.A dan mempunyai 3 orang anak bernama Muhammad Hafizh Athif Matondang, Ghaziya Nadhifa Matondang dan Qonita Hafiza Matondang.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri No 1 Takengon tamat tahun 1988, Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri No 1 Takengon tamat tahun 1991, Sekolah Perawat Kesehatan tahun1994. Program Pendidikan Bidan-A tamat tahun 1995, S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tamat tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012.

Pada tahun 1996 -2001 penulis bekerja sebagai bidan di desa di Puskesnas Kota dan Puskesmas Simpang Tiga. Tahun 2002 sampai sekarang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengertian Neonatal Dini ... 11

2.2 Kematian Neonatal Dini ... 12

2.3 Faktor Risiko dan Kehamilan Risiko Tinggi ... 13

2.4 Penyebab Kematian Neonatal Dini ... 17

2.5 Determinan Kematian Bayi dan Balita ... 19

2.5 Landasan Teori ... 29

2.6 Kerangka Konsep ... 30

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

3.2.1 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1 Jenis Data ... 36

3.4.2 Cara Pengumpulan Data ... 36

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.5.1 Variabel Dependen ... 36

3.5.2 Variabel Independen ... 36

3.6 Metode Pengukuran ... 37

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 37


(13)

13

3.7 Metode Analisis Data ... 38

3.7.1 Analisis Univariat ... 38

3.7.2 Analisis Bivariat ... 39

3.7.3 Analisis Multivariat ... 39

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1 Geografis ... 42

4.1.2 Sosiodemografi ... 42

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 43

4.1.4 Tenaga Kesehatan ... 43

4.2 Analisis Univariat ... 44

4.2.1 Karakteristik Ibu ... 44

4.2.2 Uji Normalitas untuk Umur, Paritas dan Jumlah Kelahiran ... 47

4.3 Analisis Bivariat ... 48

4.4 Analisis Multivariat ... 49

BAB 5. PEMBAHASAN ... 52

5.1 Pengaruh Faktor Ibu dengan Kematian Neonatal Dini ... 52

5.1.1 Pengaruh Umur dengan Kematian Neonatal Dini ... 52

5.1.2 Pengaruh Paritas dengan Kematian Neonatal Dini ... 56

5.1.3 Pengaruh Jarak Antar Kelahiran terhadap Kematian Neonatal Dini ... 57

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 59

5.2.1 Aspek Desain Penelitian ... 59

5.2.2 Recall Bias ... 60

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Besar Sampel Berdasarkan Beberapa Penelitian Terdahulu ... 35 3.2 Variabel, Kategori, Cara Ukur dan Skala Ukur ... 38 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014 ... 44 4.2 Distribusi Karakteristik Ibu Berdasarkan Riwayat Penyakit Ibu,

Pemeriksaan Antenatal, Penolong Persalinan dan Penyebab Kematian Neonatal Dini di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014 ... 45 4.3 Uji Normalitas Variabel Distribusi Umur, Jumlah Anak yang

Dilahirkan dan Jarak Kelahiran ... 47 4.4 Hasil Analisis Uji Mann Whitney Menurut Umur Ibu, Jumlah Anak

yang Dilahirkan dan Jarak Kelahiran Menurut Kematian Neonatal Dini di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014 ... 48 4.5 Hasil Analisis Multivariat Pengaruh Umur Ibu dan Jarak Kelahiran


(15)

15

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Kelangsungan Hidup Anak Teori Mosley dan Chen ... 30 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 31 3.1 Skema Penelitian Kasus Kontrol ... 32


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian... 68

2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan untuk Menjadi Subjek Penelitian . 69 3 Formulir Pengumpulan Data ... 70

4 Master Data Penelitian ... 74

5 Analisis Univariat ... 77

6 Analisis Bivariat ... 80

7 Analisis Multivariat ... 81

8 Surat Izin Penelitian ... 87


(17)

6

ABSTRAK

Kematian neonatal dini adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama kehidupan bayi (0-7 hari). Berdasarkan laporan penelusuran kematian neonatal tahun 2013 di Kabupaten Aceh Tengah kematian neonatal dini 22/1000 kelahiran hidup.

Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh faktor ibu (umur, paritas dan jarak kelahiran) terhadap kejadian kematian neonatal dini di Kabupaten Aceh Tengah.

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan disain kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan dan bayinya meninggal pada usia 0 - 7 hari periode Januari sampai dengan Desember 2013 sebanyak 67 ibu dan ibu yang bayinya hidup dengan usia lebih 7 hari, periode Januari sampai dengan Desember 2013. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 104 responden terdiri dari 52 kasus dan 52 kontrol. Pengumpulan data dilakukan secara restrospektif. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney dan uji regresi logistik

metode Backward : Wald.

Hasil analisis dengan uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan antara jarak kelahiran yang mengalami kematian neonatal dini dengan yang tidak mengalami kematian neonatal (p=0,001). Hasil analisis multivariat dengan uji Regresi Logistik model Backward : Wald menunjukkan ada 2 variabel yang berpengaruh terhadap kejadian kematian neonatal dini yaitu umur (p=0,015) dan nilai β 1,608 sedang kan jarak kelahiran (p=0,001) dan nilai β 9,734.

Merencanakan kehamilan pada umur yang aman (20-35 tahun) dan mengatur jarak kelahiran yang aman yaitu di atas 2 tahun sejak kehamilan yang terakhir. Jika sudah memiliki faktor risiko umur diharapkan memeriksakan kehamilan secara teratur sesuai dengan masa kehamilan, mengatur jarak kelahiran dengan mengikuti program keluarga berencana.


(18)

ABSTRACT

Early neonatal death occurs in the first week of baby’s life (0 to 7 day old). Based on the report of the trace of neonatal death in 2013 in Central Aceh District, early neonatal death was 22/1000 live birth.

It has been conducted a research to analyze the influence of maternal factors (age, parity and birth interval) on the incidence of early neonatal death.

This research was an observational analytic study with case control study design. The population were all 67 mothers who their babies died when they were 0 – 7 day old and mothers with their babies were still alive after they were more than seven days old from January to December 2013. The samples were 104 respondents consisted of 52 respondents in case group and the other 52 respondent in control group. The data were collected retrospectively and analyzed by using Mann-Whitney test and logistic regression models Backward: Wald.

The results of Mann-Whitney test showed that there was a difference birth interval between case and control group (p =0.001). The result of multivariate analysis with logistic regression test with Backward : Wald model showed that two

variable which influenced early neonatal death were age (p=0.015,β value = 1.608)

and birth interval (p =0.001, β value = 9.738).

The recommended planning a pregnancy at a safe age (20-35 years) and arrange a safe birth interval above 2 years since the last pregnancy. If mothers already have risk factors for age and birth interval, they are expected to check pregnancy regularly in according with the pregnancy age and to manage birth interval by participating in family planning program.


(19)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin (Depkes RI, 2009).

Masalah kesehatan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok ibu dan anak, yang ditandai masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Kematian pada maternal dan bayi yang tinggi mencerminkan kemampuan negara dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat belum baik. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan suatu negara dan kesehatan masyarakat dan peningkatan derajat kesehatan adalah penurunan Angka kematian bayi (AKB).

Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam


(20)

bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan (BPS, 2007)

Indikator kematian untuk bayi dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu kematian neonatal (AKN) dan angka kematian bayi (AKB). Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini atau disebut juga perinatal dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran, sedangkan kematian neonatal lanjut merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih dari 7 hari sampai 28 hari. Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal (bayi umur 0–28 hari) merupakan 2/3 dari kematian bayi. Kematian neonatal dini/perinatal (bayi umur 0–7 hari) merupakan 2/3 dari kematian neonatal (WHO, 2001).

Program kesehatan di Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian bayi dan anak, upaya penurunan kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan 4 dan 5 dari Millennium Development Goals (MDGs). Untuk mencapai tujuan tersebut, pada tahun 2011 Pemerintah Indonesia meluncurkan program Jaminan Persalinan (JAMPERSAL). Program ini menyediakan pelayanan gratis untuk wanita hamil yang tidak mempunyai asuransi kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan, perawatan masa nifas, serta perawatan bayi lahir sampai umur 28 hari (Kemenkes RI, 2012).


(21)

3

Secara global kematian bayi tertinggi ada pada periode neonatal yaitu sekitar 3,3 juta bayi pada tahun 2009. Dalam bulan pertama, seperempat sampai setengah dari semua kematian terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan, dan 75% terjadi pada minggu pertama. Pada tahun 2012, hampir 5 juta (73% dari semua kematian balita) terjadi dalam tahun pertama kehidupan. Kematian tertinggi di wilayah Afrika (63 per 1.000 kelahiran hidup), enam kali lebih tinggi daripada di kawasan Eropa (10 per 1.000 kelahiran hidup). Di dunia, angka kematian bayi 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012, sedangkan kematian neonatal 21 per 1000 kelahiran hidup. Kematian neonatal di beberapa negara-negara berkembang berdasarkan laporan

Levels & Trends in Child Mortality tahun 2012, Bangladesh 24 per 1.000 kelahiran hidup, India 31 per 1.000 kelahiran hidup, Pakistan 42 per 1.000 kelahiran hidup, Myanmar 26 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian neonatal di Indonesia 15 per 1000 kelahiran hidup. (UNICEF, WHO, The World Bank, UN, 2012).

Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak dalam upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Angka kematian di Indonesia menunjukkan kecenderungan penurunan yang sangat lambat dalam kurun waktu 12 tahun bila dibandingkan dengan angka bayi kematian dan balita. Angka Kematian Neonatal (AKN) pada tahun 1997 sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup menurun menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) dan 19 per 1000 kelahiran hidup SDKI 2007 dan hasil SDKI 2012 angka


(22)

kematian neonatal tetap, yaitu 19 per 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, BPS, Kemenkes RI, Measure DHS International, 2013).

Penyebab utama kematian bayi baru lahir di dunia, 80% disebabkan ; prematur dan berat lahir rendah, infeksi, asfiksia (kekurangan oksigen saat lahir) dan trauma kelahiran (UNICEF,WHO,The World Bank,UN, 2012). Di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan 78,5% dari kematian neonatal ini terjadi pada umur 0-6 hari. Penyebab utama kematian terbesar 2007 untuk umur 0-6 hari adalah gangguan pernafasan/asfiksia (35,9%) dan prematuritas dan BBLR (32,4%) dan sepsis (12%).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diperoleh beberapa fakta yang didapat terkait kematian bayi di Indonesia, enam puluh persen kematian bayi terjadi pada umur 0 bulan, dan delapan puluh persen kematian balita terjadi pada umur 0-11 bulan. Kematian bayi tertinggi selama periode 10 tahun sebelum survei terdapat pada bayi yang tinggal di pedesaan, serta bayi yang ibunya tidak sekolah dan pada kuintil kekayaan terendah. Kematian bayi tertinggi selama periode 10 tahun sebelum survei juga didapati pada wanita yang melahirkan pada umur 40 tahun atau lebih, wanita dengan paritas tinggi (3 anak atau lebih), serta selang kelahiran yang pendek (kurang dari 24 bulan). Kematian perinatal tertinggi ditemui pada wanita yang melahirkan anak dengan selang kelahiran kurang dari 15 bulan (45 kematian per 1.000 kehamilan) (BKKBN, BPS, Kemenkes RI,USAID, 2013). Kematian neonatal dini berkaitan dengan status kesehatan ibu pada saat hamil, pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan dan


(23)

5

peranan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan. Penyebab utama kematian neonatal tidak selalu diketahui. Diperlukan data tentang neonatal dan riwayat obstetrik ibu.

Faktor ibu sangat menentukan keselamatan janin selama dalam kandungan ibu sampai bayi tersebut lahir. Faktor-faktor ibu yang memengaruhi keselamatan bayi antara lain yaitu umur, paritas dan jarak kelahiran. Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intrinsik dengan kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah melahirkan. Telah diketahui bahwa hampir tiga per empat dari semua kematian neonatal dapat dicegah apabila wanita mendapatkan nutrisi yang cukup dan mendapatkan perawatan yang sesuai pada saat kehamilan, kelahiran dan periode pasca persalinan. Kematian bayi dapat pula diakibatkan dari kurangnya kesadaran akan kesehatan ibu. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya, Ibu jarang memeriksakan kandungannya ke bidan; hamil diusia muda; jarak yang terlalu dekat; hamil diusia tua; kurangnya asupan gizi bagi ibu dan bayinya; makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih; fasilitas sanitasi dan higienitas yang tidak memadai (Sulistiyawati, 2009; Latifah, 2012).

Penyebab kematian neonatal ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian neonatal endogen disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi. Kematian bayi yang disebabkan dari kondisi bayinya sendiri yaitu BBLR, bayi prematur, dan kelainan kongenital. Sedangkan kematian bayi eksogen atau kematian post-neonatal


(24)

disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar (Wandira dkk, 2012).

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-34 tahun. Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan risiko tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin. Salah satu faktor risiko dalam selama kehamilan, persalinan adalah usia ibu. Usia ibu pada saat kehamilan hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (< 20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Primi muda adalah ibu hamil pada usia < 20 tahun, sedangkan primi tua adalah ibu hamil pada usia >35 tahun (Mahmudah dkk, 2011).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Paritas terdiri atas 3 kelompok : primipara (paritas 1), multipara

(paritas 2-6) dan grande multipara (paritas > 6), selain berisiko tinggi pada kehamilan ibu juga berpengaruh pada persalinan. Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungannya dengan kesehatan ibu maupun bayi. Ada kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi. Ibu dengan jumlah persalinan ≥ 3 kali mempunyai peluang 2,6 kali untuk mengalami kematian neonatal jika dibanding dengan ibu yang pernah mengalami proses persalinan 1-2 kali (Mahmudah dkk, 2011).


(25)

7

Kesehatan neonatal yang dilahirkan erat kaitannya dengan jarak kelahiran. Neonatal yang dilahirkan dengan jarak kelahiran yang pendek (kurang dari 24 bulan) mempunyai risiko tinggi untuk sakit atau meninggal. Pada saat hamil dan bersalin terjadi perubahan pada tubuh terutama kandungan ibu. Untuk itu dibutuhkan waktu pemulihan kondisi. Jarak kelahiran turut memberikan kontribusi terhadap kelahiran anak berikutnya. Jarak kelahiran ≥ 24 bulan merupakan jarak kelahiran yang baik bagi seorang ibu. Jarak kelahiran < 18 bulan mempunyai risiko 6,13 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan jarak kelahiran > dari 36 bulan (Sharifzadeh et.el, 2011)

Persalinan yang ibu yang lalu berhubungan dengan kondisi persalinan ibu yang berikutnya, jarak kelahiran yang < 24 bulan akan berpengaruh pada proses persalinan ibu, sehingga dapat memberikan risiko pada persalinan yang berikutnya Bila pada riwayat persalinan ibu yang lalu mengalami kondisi-kondisi seperti perdarahan, partus prematur, kematian janin dalam kandungan, preeklamsia/eklamsia, Ketuban Pecah Dini (KPD), kelainan letak pada hamil tua serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan dan secara langsung memengaruhi kondisi neonatal dini (perinatal), kematian neonatal dini dengan dikondisi persalinan yang abnormal mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar untuk terjadi kematian neonatal (Dwi dkk, 2001).


(26)

Berdasarkan laporan pendahuluan SDKI tahun 2012 angka kematian neonatal di provinsi Aceh adalah 28 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini masih di atas angka kematian neonatal nasional yaitu 19 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Aceh (BKKBN, BPS, Kemenkes RI, USAID, 2013).

Survei pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, berdasarkan laporan kematian maternal dan neonatal diperoleh, pada tahun 2011 kematian neonatal dini 11/1000 kelahiran hidup, tahun 2012 kematian neonatal dini 10/1000 kelahiran hidup, sejalan dengan perbaikan sistim pencatatan dan pelaporan melalui penelusuran kematian maternal dan neonatal, pada tahun 2013 kematian neonatal dini 22/1000 kelahiran hidup. Penelusuran kematian melalui hasil autopsi verbal kematian neonatal yang ada pada Dinas Kesehatan Kab. Aceh Tengah, diperoleh gambaran dari 6 kematian neonatal, umur ibu yang mengalami kematian neonatal tertinggi ada pada kelompok umur 20-34 tahun sebanyak 4 orang (33%). Kematian neonatal pada ibu dengan paritas anak pertama sebanyak 3 orang (50%). Pemeriksaan antenatal lengkap (4 kali) sebanyak 5 orang (87%) mengalami kematian neonatal. Data mengenai penolong persalinan 5 orang (83%) melahirkan di praktek swasta bidan dan 1 orang (17%) ditolong oleh bidan di desa (Dinkes Aceh Tengah, 2013).

Survei awal menggambarkan tingginya kasus kematian neonatal dini di Kabupaten Aceh Tengah sehingga penelitian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh faktor ibu terhadap kematian neonatal di Kabupaten Aceh Tengah.


(27)

9

1.2 Permasalahan

Masih ada kematian neonatal dini di Kabupaten Aceh Tengah yaitu sebesar 22/1000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dilakukan analisis tentang pengaruh faktor ibu terhadap kematian neonatal.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh faktor ibu (umur, paritas dan jarak kelahiran,) terhadap kematian neonatal di Kabupaten Aceh Tengah.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh faktor ibu (umur, paritas dan jarak kelahiran) dengan kematian neonatal dini di di Kabupaten Aceh Tengah tahun 2013.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah terkait faktor ibu yang dominan dari kematian neonatal dan menjadi salah satu acuan dalam membuat perencanaan upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga dapat mengurangi kematian neonatal dini.

2. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang kesehatan reproduksi dan pengembangan pengetahuan tentang faktor ibu yang memengaruhi kematian neonatal dini.


(28)

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor ibu terhadap kematian neonatal dini.


(29)

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Neonatal Dini

Neonatal dini adalah bayi lahir hidup dalam masa 7 hari sejak dilahirkan. Neonatal dini merupakan bagian dari bagian neonatal yang dibagi untuk mengidentifikasi penyebab kematian pada kelompok neonatal (WHO, 2001).

Neonatal adalah bayi yang lahir hidup hingga 28 hari sejak dilahirkan. Neonatal merupakan bagian dari interval bayi yang dimulai dari lahir sampai tahun pertama kehidupan (Benson & Martin, 2009).

Keadaan bayi waktu lahir dipengaruhi oleh keadaan bayi sewaktu dalam rahim, terutama selama kehamilan dan persalinan. Keadaan pada saat lahir bervariasi dari bayi normal yang menangis dan aktif sampai bayi yang sama sekali tidak memberi respon dan mungkin meninggal jika tidak diberi bantuan nafas atau resusitasi. Penyediaan pelayanan kebidanan dan perawatan bayi baru lahir harus siap untuk memberikan pertolongan dan perawatan secara menyeluruh untuk bayi baru lahir (Benson & Martin, 2009).

Perawatan neonatal yang optimal memerlukan pengetahuan mengenai riwayat keluarga, riwayat kehamilan sebelumnya dan saat ini, serta keadaan waktu persalinan. Kondisi seorang ibu memengaruhi keadaan dari neonatus yang dilahirkan. Komplikasi kehamilan yang meningkatkan risiko pada kehamilan ibu dan neonatal, komplikasi kehamilan, komplikasi medis maternal dan komplikasi obstetrik


(30)

berpengaruh langsung pada neonatal sehingga kondisi morbiditas dan mortalitas dari neonatal tersebut (Clarence et.al, 2014).

2.2 Kematian Neonatal Dini

Kematian neonatal dini adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama kehidupan bayi (WHO, 2001). Oleh karena itu, kematian neonatal dini adalah bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup namun kemudian meninggal dalam 7 hari pertama kehidupannya (yaitu pada minggu pertama setelah kelahirannya).

Kematian neonatal lanjut adalah jumlah bayi lahir hidup yang meninggal pada rentang waktu antara 7 hingga 28 hari (yaitu dalam minggu kedua hingga keempat dari kehidupannya). Setiap bayi yang lahir hidup mempunyai kondisi masa kehamilan, proses kelahiran dan lingkungan yang mungkin juga berbeda serta akses pelayanan terhadap fasilitas kesehatan yang mungkin juga berbeda. Hal ini diperkirakan setiap bayi mempunyai kelangsungan hidup yang berbeda-beda (Clarence et.al, 2014).

Angka kematian neonatal dini merupakan satu dari ukuran pelayanan perinatal yang paling penting. Angka ini terutama menandai standar pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil selama persalinan dan bayi pada satu minggu pertama kehidupannya. Standar pelayanan yang diberikan pada bayi merupakan faktor utama yang menentukan angka kematian neonatal dini. Tingginya angka kematian neonatal sangat menggambarkan buruknya standar pelayanan bagi bayi baru lahir.


(31)

13

Dalam rangka mengetahui penyebab kematian neonatal terutama neonatal dini perlu dilakukan pengelompokan penyebab kematian neonatal. Penyebab utama adalah masalah atau penyakit yang diderita ibu selama kehamilan maupun persalinan yang berakibat pada meninggalnya bayi. Namun, penyebab akhir kematian neonatal dini juga harus dilihat. Penyebab akhir yang dimaksud adalah masalah klinis yang terjadi pada saat kematian bayi. Baik penyebab utama maupun penyebab akhir kematian harus ditentukan pada tiap kematian neonatal (WHO, 2001).

2.3 Faktor Risiko dan Kehamilan Risiko Tinggi

Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat darurat yang tidak diinginkan pada masa yang akan datang yaitu kemungkinan terjadinya komplikasi obstetrik pada saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan atau ketidak puasan pada ibu dan atau bayi (Rochjati, 2003)

Definisi yang erat hubungannya dengan risiko tinggi (high risk):

1. Wanita risiko tinggi (High Risk Women) : Adalah wanita yang dalam lingkaran hidupnya dapat terancam kesehatan dan jiwanya oleh karena sesuatu penyakit atau oleh kehamilan, persalinan dan nifas.

2. Ibu risiko tinggi (High Risk Mother) : Adalah faktor ibu yang dapat mempertinggi risiko kematian neonatal atau maternal.


(32)

3. Kehamilan risiko tinggi (High Risk Pregnancies) : Kehamilan risiko tinggi adalah

keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2010).

Risiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Untuk menurunkan angka kematian ibu dan juga bayi secara bermakna maka deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko atau komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat.

a. Faktor-faktor Risiko Ibu Hamil

Beberapa keadaan yang menambah risiko kehamilan, tetapi tidak secara langsung meningkatkan risiko kematian. Keadaan tersebut dinamakan faktor risiko. Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada ibu hamil, semakin tinggi risiko kehamilannya. Bebarapa peneliti menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi sebagai berikut :

a) Puji Rochayati: primipara muda berusia < 16 tahun, primipara tua berusia > 35 tahun, primipara skunder dangan usia anak terkecil diatas 5 tahun, tinggi badan < 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan prematur, lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, operasi sesar), pre-eklamsi-eklamsia, gravid serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum, kehamilan dengan


(33)

15

kelainan letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.

b) Gastelazo Ayala: faktor antenatal, faktor intrapartum, faktor obstetri dan neonatal, faktor umum serta pendidikan.

c) Ida Bagus Gede Manuaba Usia ibu (<19 tahun, > 35 tahun, perkawinan lebih dari 5 tahun).

b. Pembagian Faktor Risiko Kelompok I :

1. Primi muda terlalu muda, hamil I umur ≤1 6 tahun

2. Primi tua : terlalu tua, hamil I umur ≥ 35 tahun, dan terlalu lambat hamil, kawin ≥ 4 tahun

3. Primi tua sekunder terlalu lama punya anak lagi, terkecil ≥ 10 tahun 4. Anak terkecil < 2 tahun terlalu cepat punya anak lagi, terkecil < 2 tahun 5. Grande multi terlalu banyak punya anak, 4 atau lebih

6. Umur ≥35 tahun terlalu tua, hamil umur 35 tahun atau lebih

7. Tinggi Badan ≤145 cm terlalu pendek pada saat hamil I, kedua atau lebih dan belum pernah melahirkan normal dengan bayi cukup bulan dan hidup

8. Pernah gagal kehamilan pernah abortus, lahir hidup kemudian mati

9. Pernah melahirkan dengan: tarikan tang/vakum, uri dirogoh, diberi infuse/tranfusi 10. Pernah melahirkan bayi dengan operasi sesar.


(34)

Kelompok II:

1. Penyakit Ibu hamil : a. Anemia

b. Malaria c. TB paru d. Payah jantung e. Diabetes Mellitus

f. Penyakit Menular Seksual,dll

2. Preeklamsi ringan bengkak tungkai dan tekanan darah tinggi 3. Hamil kembar perut ibu sangat besar, gerak anak dibanyak tempat

4. Hamil kembar air/hydramnion perut ibu sangat besar, gerak anak kurang terasa 5. Hamil lebih bulan/serotinus hamil lebih 2 minggu dari perkiraan dan belum

melahirkan

6. Janin mati dalam rahim ibu hamil tidak merasakan pergerakan anak lagi, perut mengecil

7. Letak sungsang 8. Letak lintang Kelompok III:

1. Perdarahan sebelum bayi lahir mengeluarkan darah saat hamil sebelum kelahiran bayi.

2. Preeklamsi berat/eklamsia kehamilan > 6 bulan : sakit kepala, bengkak tungkai/wajah, tekanan darah tinggi, pemeriksaan urine ada albumin


(35)

17

3. Ibu dengan faktor risiko kelompok III sangat membutuhkan pengenalan dini, dirujuk dengan segera, tepat waktu, penanganan adekuat di pusat rujukan dalam upaya penyelamatan nyawa ibu dan bayinya.

2.4 Penyebab Kematian Neonatal Dini

Penyebab utama penting untuk diketahui karena sebagian besar diantaranya dapat dihindarkan. Cara penanganan untuk mengurangi risiko kematian neonatal dini biasanya ditujukan untuk mencegah atau menangani kasus-kasus ini. Penyebab utama kasus lahir mati dan kematian neonatal dini adalah hampir sama/mirip sehingga sebaiknya dipertimbangkan bersama-sama.

Penyebab utama kematian neonatal dini adalah masalah obstetrik selama kehamilan maupun persalinan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyebab utama kematian neonatal dini adalah:

1. Persalinan prematur. 2. Hipoksia intrapartum. 3. Perdarahan antepartum. 4. Hipertensi dalam kehamilan. 5. Infeksi.

6. Kelainan janin atau anomali.

7. Gangguan pertumbuhan intrauterin. 8. Trauma.


(36)

Mengetahui penyebab utama kematian dapat membantu mengenali cara menghindarkan terjadinya kematian. Yang paling sering terjadi adalah tidak ditemukannya dasar-dasar dari berbagai masalah yang terjadi.

Persalinan prematur (yaitu persalinan sebelum 37 minggu usia kehamilan), mungkin disebabkan oleh:

1. korioamnionitis (kadang asimptomatik).

2. ketuban pecah dini (dengan atau tanpa korioamnionitis). 3. inkompetensi serviks.

Penyebab hipoksia intrapartum adalah:

1. Distosia atau partus macet, disproporsi kepala-pelvik dan kontraksi hipertonik 2. Prolapsus tali pusat.

Kecuali pada kasus prolapsus tali pusat, hipoksia intrapartum hampir selalu disebabkan oleh kelainan kontraksi uterus, khususnya bila tidak terjadi relaksasi normal diantara kontraksi. Hipoksia intrapartum ditandai dengan tanda gawat janin dalam persalinan. Diagnosis dini dan penanggulangan secara tepat berbagai faktor yang membahayakan janin dan mencegah partus macet, merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Berdasarkan faktor risiko dari neonatal, berikut ini merupakan risiko tinggi neonatal yang berisiko mengalami kematian (Munuaba, 2010) :

- Bayi baru lahir dengan asfiksia

- Bayi baru lahir dengan tetanus neonatorum - BBLR (Berat Badan Lahir Rendah < 2500 gram)


(37)

19

- Bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 hari setelah lahir) - Bayi baru lahir dengan sepsis.

- Bayi kurang bulan dan lebih bulan. - Bayi baru lahir dengan cacat bawaan.

- Bayi lahir melalui proses persalinan dengan tindakan. 2.5 Determinan Kematian Bayi dan Balita

Banyak faktor yang terkait dengan kematian bayi, penelusuran kematian berdasarkan penyebab kematian merupakan hal yang penting dalam melihat deteminan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu kematian bayi endogen dan kematian bayi eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar (Utomo, 1988).

Teori – teori tentang keterkaitan determinan yang di jelaskan Mosley dan Chen (1984) yang membagi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak menjadi dua, yaitu : variabel sosial ekonomi (seperti budaya, sosial, ekonomi, masyarakat dan faktor regional), variabel endogenous atau


(38)

faktor biomedikal (seperti pola pemberian ASI, kebersihan sanitasi dan nutrisi). Variabel sosial ekonomi atau variabel pengaruh, yang menunjukkan bagaimana determinan ini melalui variabel antara memengaruhi tingkat gangguan pertumbuhan dan mortalitas.

Determinan sosial ekonomi dikelompokkan ke dalam tiga kategori variabel umum yang biasanya digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, yaitu : variabel tingkat individu: produktivitas (ayah,ibu), tradisi/norma/sikap, variabel tingkat rumah tangga: pendapatan/kekayaan, variabel tingkat masyarakat: lingkungan ekologi, ekonomi politik dan sistem kesehatan.

Variabel yang berkaitan erat dengan kondisi kelangsungan hidup anak yang ada pada determinan sosial ekonomi ini adalah variabel individu. Dalam variabel individu terdapat produktivitas individu, unsur-unsur yang menentukan produktivitas anggota rumah tangga adalah keterampilan (khususnya diukur dari tingkat pendidikan), kesehatan dan waktu, dimana produktivitas ibu berpengaruh secara langsung terhadap variabel antara. Tingkat pendidikan ibu memberi dampak langsung terhadap kelangsungan hidup anak terkait dengan pilihan-pilihan ibu dan meningkatnya keterampilan ibu dalam upaya perawatan kesehatan.

Variabel sosial ekonomi sebagai variabel pengaruh memberikan pengaruh melalui variabel antara. Variabel antara dikelompokkan ke dalam lima kategori : 1. Faktor ibu : umur, paritas, dan jarak kelahiran

2. Pencemaran lingkungan: udara, makanan/air/jari/kulit/tamah/zat penularan kuman penyakit, serangga pembawa penyakit.


(39)

21

3. Kekurangan gizi: kalori, protein, gizi-mikro (vitamin dan mineral) 4. Luka: kecelakaan, luka yang disengaja;

5. Pengendalian penyakit perorangan: usaha-usaha preventif perorangan, perawatan dokter.

Melihat penyebab kematian neonatal, terutama kematian pada periode neonatal dini sangat erat kaitannya dengan dari saat kehamilan dan persalinan yang sangat erat kaitannya dengan faktor orangtua terutama ibu. Determinan sosial ekonomi yang memengaruhi determinan antara dari faktor ibu serta faktor pengendalian penyakit perorangan terutama perawatan kesehatan ibu selama masa kehamilan. Faktor ibu yang dianggap paling berpengaruh adalah :

a. Umur Ibu

Faktor umur ibu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil akhir suatu kehamilan. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil.

Umur seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Tanjung, 2004).

a. Usia ibu kurang dari 20 tahun

Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi untuk


(40)

hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran (Manuaba, 2007).

Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja dengan usia di bawah 20 tahun mempunyai risiko:

1) Sering mengalami anemia.

2) Gangguan tumbuh kembang janin. 3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR. 4) Gangguan persalinan.

5) Preeklamsi.

6) Perdarahan antepartum. b. Usia ibu lebih dari 35 tahun

Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal (Wiknjosastro, 2007).

Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom (Saifuddin,


(41)

23

2002). Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu faktor etiologi abortus (Friedman, 1998).

Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun mengalami kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Tetapi beberapa penelitian menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa risiko tertentu, termasuk risiko kehamilan.

Para tenaga ahli kesehatan sekarang membantu para wanita hamil yang berusia 30 dan 40 tahun lebih untuk menuju ke kehamilan yang lebih aman. Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan di usia 35 tahun atau lebih, di antaranya: 1) Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam hal kesuburan mulai

pada awal usia 30 tahun. Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30 tahunan atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan wanita yang lebih muda usianya. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang ada hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit

endometriosis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel telur melalui tuba

fallopii yang berpengaruh terhadap proses konsepsi.

2) Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan berakibat terhadap kehamilan di atas 35 tahun adalah munculnya masalah kesehatan yang kronis. Usia berapa pun seorang wanita harus mengkonsultasikan diri mengenai kesehatannya ke dokter sebelum berencana untuk hamil. Kunjungan rutin ke dokter sebelum masa kehamilan dapat membantu memastikan apakah seorang wanita berada


(42)

dalam kondisi sehat. Pemeriksaan kehamilan ini menjadi sangat penting jika seorang wanita memiliki masalah kesehatan yang kronis, seperti menderita penyakit diabetes mellitus atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini, merupakan penyebab penting yang biasanya terjadi pada wanita hamil berusia 30-40an tahun dibandingkan pada wanita yang lebih muda, karena dapat membahayakan kehamilan dan pertumbuhan bayinya.

Para peneliti mengatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi dan

diabetes pada saat pertama kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama kali pada usia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita tekanan darah tinggi dan 4 kali lebih rawan terkena penyakit diabetes selama kehamilan dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun.

Hal ini membuat pemikiran sangatlah penting ibu yang berusia 35 tahun ke atas mendapatkan perawatan selama kehamilan lebih dini dan lebih teratur. Dengan diagnosis awal dan terapi yang tepat, kelainan-kelainan tersebut tidak menyebabkan risiko besar baik terhadap ibu maupun bayinya.

Hubungan antara umur ibu dengan kematian neonatal merupakan suatu kurve berbentuk U (U shape) yaitu terjadinya kematian neonatal tinggi pada usia ibu < 20 tahun dan kecenderungan menurun pada umur ibu antara 21-34 tahun, kemudian kematian neonatal meningkat pada umur ibu diatas 35 tahun. Dinyatakan pula bahwa paritas dan umur juga mempunyai hubungan erat terhadap kematian neonatal dimana ibu dengan kelahiran pertama, kematian neonatal meningkat secara simultan mulai


(43)

25

umur 20 tahun sampai dengan umur diatas 35 tahun sebanyak 3 kali lipat. Sedangkan untuk kelahiran kedua, kematian neonatal rendah pada usia 20-24 tahun dan kematian neonatal tertinggi terjadi pada usia < 20 tahun (Wandira dkk, 2012).

b. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang dilahirkan. Paritas menggambarkan jumlah persalinan yang telah dialami seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal dan perinatal.

Paritas yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan terganggunya transport O2 dari ibu ke janin yang

akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari Apgar Score menit pertama setelah lahir. Depresi pernafasan bayi baru lahir dikarenakan kehamilan dan faktor persalinan. Faktor kehamilan dari sebab meternal salah satunya adalah grande multipara. Untuk paritas 3 atau lebih hasilnya sama yaitu meningkatkan risiko persalinan dengan tindakan (Manuba, 2007).

Dari pencatatan statistik diperoleh hubungan antara jumlah paritas dengan derajat kesehatan bayi yang dilahirkan. Dinyatakan bahwa semakin besar angka gravida semakin besar kemungkinannya melahirkan anak yang lemah.

Berbagai penyakit pada janin atau bayi dapat dipengaruhi oleh paritas, antara lain adalah inkompatibilitas golongan darah ibu dan bapak, baik itu golongan darah sistem ABO maupun sistem Rhesus. Pada inkompatibilitas golongan darah ABO,


(44)

biasanya anak yang pertama akan lahir mati, sedangkan pada kasus Rhesus, anak yang menderita adalah anak yang kedua, ketiga, dan seterusnya.

Makin tinggi paritas, risiko kematian perinatal makin tinggi sebab pada waktu melahirkan pembuluh darah pada dinding rahim yang rusak tidak dapat pulih sepenuhnya seperti sebelum melahirkan. Karena itu, kehamilan dan persalinan yang berulang-ulang menyebabkan kerusakan pembuluh darah di dinding rahim. Dan makin banyak yang akan mempengaruhi sirkulasi makanan ke janin dan dapat menimbulkan gangguan / hambatan pada pertumbuhan janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, dan anemia pada bayi yang dilahirkan.

Menurut Wiknjosastro (2007) paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal dan perinatal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.

Hubungan paritas dengan kematian neonatal menunjukkan pola yang hampir sama dengan faktor umur. Beberapa penelitan yang dilakukan di Norwegia, Amerika, didapatkan kecenderungan kematian neonatal meningkat 7,3 kali pada ibu dengan riwayat kelahiran sebelumnya mengalami 2 kali kematian pada periode neonatal sedang ibu dengan riwayat kematian neonatal pada kelahiran pertama maka kemungkinan untuk mengalami kematian neonatal pada kelahiran berikutnya adalah sebesar 4,5 kali, dinyatakan bahwa paritas > 3 menunjukkan proporsi kematian


(45)

27

neonatal sebesar 41,08 %. Dikatakan pula bahwa kelahiran anak >5 merupakan faktor risiko untuk mengalami kematian neonatal (Mugeni, 2010)

c. Jarak Kelahiran

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat, kehamilan adalah dimulainya pembuahan sel telur oleh sperma sampai dengan lahirnya janin dihitung dari hari pertama haid terakhir (BKKBN, 2008). Jadi jarak kehamilan adalah ruang sela antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan berikutnya.

Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Ibu hamil yang jarak kehamilannya kurang dari 2 tahun, kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh istirahat (Rochjati, 2003). Jarak kehamilan dengan spacing kurang dari 2 tahun atau lebih 4 tahun dapat menyebabkan berat badan lahir rendah, nutrisi kurang, lama menyusui berkurang, kompetensi dalam sumber–sumber keluarga, lebih sering terkena penyakit, tumbuh kembang lambat, pendidikan akademi lebih rendah. Oleh karena itu jarak kehamilan yang baik adalah 2 sampai 4 tahun (Manuaba, 1998). Selain itu dampak dari interval antar kehamilan kurang dari 18 bulan dan interval atau lebih dari 60 bulan ada hubungan risiko kelahiran premature, Small for Gestasional Age (SGA), Intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek dari kehamilan sebelumnya, akan memberikan dampak yang buruk terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan, karena bentuk dan fungsi organ


(46)

reproduksi belum kembali sempurna. Sehingga fungsinya akan terganggu apabila terjadi kehamilan dan persalinan kembali. Jarak kehamilan minimal organ reproduksi dapat berfungsi kembali dengan baik adalah 24 bulan. Jarak antara dua persalinan yang terlalu dekat menyebabkan meningkatnya anemia yang dapat menyebabkan BBLR, kelahiran preterm, dan lahir mati, yang memengaruhi proses persalinan dari faktor bayi (Kusumawati, 2006).

Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan < 2 tahun atau > 4 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4 tahun. Jarak antara dua kehamilan yang < 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul beban yang lebih berat. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin yang kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika jarak kehamilan antara dua kehamilan > 4 tahun, disamping usia ibu yang sudah bertambah juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan persalinan pertama (Depkes RI, 2001)

Jarak kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya umur ibu. Hal ini akan terjadi proses degeneratif melemahnya kekuatan fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila terjadi kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan ataupun persalinan merupakan faktor


(47)

29

risiko terhadap kejadian distosia persalinan yang berdampak pada kesehatan dari neonatal (Kusumawati, 2006).

2.6 Landasan Teori

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka, untuk menganalisis hubungan kematian neonatal mengacu pada teori Mosley dan Chen (1984). Determinan sosial ekonomi memengaruhi variabel-variabel yang ada dalam determinan antara. Salah satu faktor yang dianggap memengaruhi adalah faktor ibu (umur, paritas dan jarak kelahiran). Dengan melihat faktor ibu yang ada pada determinan antara dapat memengaruhi kematian neonatal.

Masing-masing faktor ibu mempunyai pengaruh tersendiri terhadap hasil kehamilan dan kelangsungan hidup neonatal melalui pengaruhnya terhadap kesehatan ibu. Umur, paritas dan jarak kelahiran ibu yang berisiko akan menyebabkan seorang ibu akan berada pada kondisi kehamilan yang berisiko tinggi, terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (> 35 tahun), paritas yang lebih dari 4 serta jarak kelahiran < 24 bulan. Kehamilan yang berisiko secara langsung akan membuat ibu mengalami beberapa kendala dalam proses persalinan, sehingga menyebabkan ibu melahirkan neonatal yang berisiko tinggi mengalami sakit atau mengalami kematian.

Pengaruh tersebut secara langsung maupun tidak langsung dari penyakit ibu tersebut memberi kontribusi terhadap kelangsungan hidup anak. Faktor yang juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak yang berkaitan dengan dari faktor ibu berada dalam determinan sosial ekonomi yang akan memengaruhi kelangsungan


(48)

hidup anak melalui deteminan antara, semua faktor memengaruhi dengan kematian neonatal tersebut diatas dapat digambarkan dalam suatu landasan teori dibawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Kelangsungan Hidup Anak Teori Mosley dan Chen

Sumber : Singarimbun, 1984

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan penyederhanaan dari kerangka teori yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui

DETERMINAN SOSIAL EKONOMI

Faktor Ibu Pencemaran

Lingkungan

Kekurangan Gizi

Luka

KESEHATAN

SAKIT

Pengendalian Penyakit Perorangan

MORTALITAS

Pencegahan

Pengobatan

Gangguan Pertumbuahan


(49)

31

pengaruh faktor ibu terhadap kematian neonatal. Faktor ibu yang diteliti adalah umur, paritas dan jarak kelahiran.

Setiap ibu hamil mempunyai risiko tinggi untuk mengalami komplikasi kehamilan di sepanjang masa kehamilannya dan risiko ini bersifat dinamis. Karakteristik yang mendasar yang melekat pada ibu seperti umur, paritas dan jarak kelahiran.

Dengan dasar teori tersebut, pada penelitian ini dipilih variabel karakteristik ibu untuk diketahui pengaruhnya terhadap kematian neonatal. Seperti yang diungkapkan dalam tinjuan pustaka, terdapat beberapa faktor ibu dari determinan antara yang menjadi determinan kematian neonatal. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Ibu

- Umur - Paritas

- Jarak Kelahiran

Neonatal Dini :

- Mengalami Kematian - Tidak Mengalami Kematian


(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan disain studi Unmatched Case Control untuk ukuran risiko dengan memilih kasus kematian neonatal di Kabupaten Aceh Tengah dan kontrol neonatal hidup di Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian dilihat paparan yang dialami subjek pada waktu lalu (retrospektif) melalui wawancara menggunakan kuesioner. Disain studi kasus kontrol merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan pajanannya (Rulina dkk, 2011). Skema penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 Skema Penelitian Kasus Kontrol Kontrol

Kasus Pajanan (+)

Pajanan (-)

Pajanan (+) Pajanan (-)


(51)

33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan survei awal yang telah dilakukan dimana jumlah kematian neonatal berdasarkan jumlah kasus meningkat pada tahun 2011 s/d 2013.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 2014. 3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan dan bayinya yang meninggal usia 0-7 hari periode Januari sampai dengan Desember 2013 sebanyak 67 dan ibu yang bayinya hidup dengan usia lebih 7 hari periode Januari sampai dengan Desember 2013 sebanyak 3105. Sampel penelitian ini terdiri dari : a. Kelompok kasus adalah seluruh ibu dari bayi usia 0-7 hari yang meninggal di

Kabupaten Aceh Tengah periode Januari sampai dengan Desember 2013. Kriteria inklusi kasus ibu dari bayi usia 0-7 hari yang meninggal didasarkan atas beberapa hal, antara lain; (1) Kasus tercatat berdasarkan laporan audit perinatal dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit di Kabupaten Aceh Tengah, (2) Responden bertempat tinggal di Kabupaten Aceh Tengah, (3) Responden melahirkan secara normal (4) Responden bersedia diwawancarai, sedangkan kriteria eksklusi didasarkan atas; (1) Responden meninggal, (2) Responden pindah dari Kabupaten Aceh Tengah (3) Responden melahirkan dengan tindakan.


(52)

b. Kelompok kontrol adalah seluruh ibu dari yang bayi hidup lebih dari 7 hari di Kabupaten Aceh Tengah periode Januari sampai dengan Desember 2013. Kriteria inklusi kontrol ibu dari yang bayi lahir hidup dengan usia lebih 7 hari didasarkan atas beberapa hal, antara lain; (1) Kasus tercatat berdasarkan laporan audit perinatal dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit di Kabupaten Aceh Tengah, (2) Responden bertempat tinggal di Kabupaten Aceh Tengah, (3) Responden melahirkan secara normal (4) Responden bersedia diwawancarai, sedangkan kriteria eksklusi didasarkan atas; (1) Responden meninggal, (2) Responden pindah dari Kabupaten Aceh Tengah (3) Responden melahirkan dengan tindakan. Pengambilan kontrol bertitik tolak dari data kelahiran yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah. Penyaringan kontrol dilakukan dengan mengambil kontrol yang berdekatan dengan kasus.

Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus sebagai berikut :

(

)

2 2 1 2 2 2 1 1 ) 1 ( ) 2 / 1 ( ) ( ) 1 ( ( ) 1 ( ) 1 ( 2 p p p p p p Z P P Z n − − + − + −

≥= −α −β

Besar sampel ditentukan dengan memperkirakan proporsi populasi terpapar pada kasus (�1 ) dengan menggunakan rumus (Madiyono dkk, 2011)

) 1 ( ) ( ) ( 2 2 2 1 p p OR p OR p − + =


(53)

35

Keterangan :

n = Besar sampel minimal 2

/ 1−α

Z = Nilai deviasi standar pada α = 5% sebesar 1,96 α = Tingkat kemaknaan

β

Z = Nilai deviasi standar pada β = 20% =0,842 Power = 1-β (kekuatan uji)

�1 : Proporsi faktor risiko pada kelompok kasus

�2 : Proporsi faktor risiko pada kelompok kontrol OR : Odd Rasio

Besar sampel berdasarkan beberapa variabel dari penelitian terdahulu sesuai Tabel berikut :

Tabel 3.1 Besar Sampel Berdasarkan Beberapa Penelitian Terdahulu

Variabel Referensi

Jarak Kelahiran Paritas

0,40 0,77

0,15 0,27

49 15

49 15

Mahmudah (2011) Priyadi dkk (2006)

Dari hasil perhitungan, besar sampel minimal yang terbanyak 49. Dengan memperhatikan faktor nonrespon rate, maka besar sampel ditambahkan menjadi 52 kasus dan 52 kontrol. Berdasarkan data tersebut maka jumlah kasus dan kontrol ditentukan dengan menggunakan rasio kasus : kontrol (1 : 1) (Bambang dkk, 2011).


(54)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Ada dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. 3.4.1.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diukur langsung oleh peneliti terdiri dari : data faktor ibu (umur, paritas dan jarak kelahiran).

3.4.1.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengutip dari sumber terkait.

3.4.2 Cara Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan pengisian kuesioner terstruktur terhadap responden secara langsung sedangkan data sekunder diambil dari laporan audit maternal dan perinatal yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen

Kematian neonatal dini adalah kejadian kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran (0-7 hari).

3.5.2 Variabel Independen

1. Umur ibu adalah usia ibu saat melahirkan bayi pada tahun 2013 yang diperoleh dari wawancara terhadap responden.


(55)

37

2. Paritas ibu adalah jumlah persalinan yang pernah dilahirkan ibu baik hidup maupun mati

3. Jarak kelahiran adalah periode waktu dari 1 kelahiran dengan awal kehamilan terakhir.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen

1. Kematian neonatal dini adalah kejadian kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran (0-7 hari). Bayi lahir hidup tidak mengalami kematian neonatal dan berusia lebih dari 7 hari.

Ketegori : tidak mengalami kematian neonaral dini = 0, umur lebih dari 7 hari mengalami kematian neonatal dini = 1, umur (0 – 7 hari)

Skala : Ordinal

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen

1. Umur ibu adalah usia ibu saat melahirkan bayi pada tahun 2013 yang diperoleh dari wawancara terhadap responden.

Skala : Rasio

2. Paritas ibu terdiri dari 3 pertanyaan untuk mengetahui risiko dari jumlah paritas ibu

Skala : Rasio

3. Jarak kelahiran terdiri dari 3 pertanyaan untuk mengetahui risiko dari jarak kelahiran.


(56)

Tabel 3.2 Variabel, Kategori, Cara Ukur dan Skala Ukur

No Variabel Cara Mengukur Hasil Ukur Skala

Variabel Dependen 1 Kematian

Neonatal

Melihat catatan dan wawancara (kuesioner)

0 = tidak mengalami

1 = mengalami Ordinal Variabel Independen

1 Umur wawancara

(kuesioner)

Umur ibu dalam tahun

Rasio 2 Paritas

Melihat catatan dan wawancara (kuesioner)

Jumlah anak yang

dilahirkan Rasio

3 Jarak kelahiran Wawancara (kuesioner)

Jarak kelahiran dalam

tahun Rasio

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variabel yang diteliti. Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi : variabel kematian neonatal dini, penyebab kematian, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, riwayat penyakit ibu, riwayat pemeriksaan antenatal dan penolong persalinan.

Analisis univariat ini juga digunakan untuk melihat kenormalitasan data umur ibu, jumlah anak yang dilahirkan dan juga jarak kelahiran.


(57)

39

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan variabel independen meliputi faktor umur ibu melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan, dan jarak kelahiran pada variabel dependen, baik yang mengalami kematian neonatal dini maupun yang tidak mengalami kematian neonatal dini dengan menggunakan menggunakan uji Mann-Whitney, dengan melihat nilai p (0,05). Uji Mann-Whitney digunakan berdasarkan hasil uji normalitas pada analisis univariat data tidak berdistribusi normal ( Dahlan, 2013)

3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis ini diperlukan untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen, sehingga dapat diketahui variabel independen yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian kematian neonatal dengan menggunakan uji regresi logistik model Backward : Wald, yang dilakukan melalui beberapa tahapan untuk mendapatkan nilai p < 0,05 pada setiap variabel independen yang berpengaruh terhadap terjadinya kematian neonatal.

Uji regresi logistik dilakukan pada penelitian ini variabel dependen berskala dikotomus, sedangkan variabel independen berskala numerik. Perbedaan intepretasi dari pemodelan ini akan berbeda pada nilai odds rasio. Berdasarkan asumsi logit adalah liner dalam kovariat kontinyu �, maka diperoleh persamaan untuk logit :

x x

g( )=β01 , sehingga akan terdapat perubahan pada nilai odds rasio, peningkatan nilai �, yaitu β1 =g(x+1)−g(x)untuk setiap nilai �.


(58)

Logit odds rasio untuk perubahan unit � pada � diperoleh dari perbedaan logit 1

) ( )

(x c g x cβ

g + − = dan odds rasio diperoleh dari perbedaan logit tersebut adalah OR (�) = OR (�+�,�) = Exp⁡(�β1). Perkiraan estimasi dapat diperoleh dengan mengganti �1 dengan estimasi 1

β . Estimasi standard error diperlukan untuk menentukan estimasi nilai interval kepercayaan yang diperoleh dengan menggalikan estimasi standard error dari �1 untuk c. Hasil akhir dari tingkat kepercayaan

100 (1− α)% untuk odds rasio(�) adalah :

              ± ∧ ∧ ∧ 1 2 / 1 1 β

β z α SE c

Exp c (Lemeshow,


(59)

41

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografis

Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di tengah Provinsi Aceh dengan luas wilayah 4.318,39 km2, terletak antara 4,1033° sampai 5,5750° Lintang Utara dan 95,1540° sampai 97,2025° Bujur Timur dengan ketinggian bervariasi antara 200 meter sampai dengan 2.600 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Aceh Tengah memiliki iklim tropis, di mana musim kemarau biasanya jatuh pada bulan Januari sampai dengan Juli. Musim hujan berlangsung dari bulan Agustus sampai Desember. Suhu udara maksimum rata – rata adalah 26° C dan minimum 15° C. Keadaan udara tidak terlalu lembab dengan rata – rata kelembaban nisbi 80 % ( Dinkes Aceh Tengah, 2013).

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Tengah adalah :  Utara : Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Bireuen  Selatan : Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Gayo Lues  Timur : Kabupaten Aceh Timur

 Barat : Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Barat

Kabupaten Aceh Tengah memiliki topografi wilayah yang bervariasi, mulai dari datar, lembah, bergelombang, berbukit sampai bergunung dengan kemiringan


(60)

permukaan tanah mulai dari landai sampai curam. Kabupaten Aceh Tengah memiliki 14 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 295 desa.

4.1.2 Sosiodemografi

Jumlah penduduk keadaan tahun 2013 adalah 221.196 jiwa, dengan perbandingan laki-laki sebanyak 113.080 jiwa dan perempuan 108.116 jiwa. Penduduk Kabupaten Aceh Tengah jumlah terbesar terdapat pada range usia 10-14 tahun dibandingkan dengan range usia produktif.

Kepadatan penduduk di tiap Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tengah tahun 2013 tidak merata, Kecamatan Bebesen adalah yang terpadat penduduknya yaitu 925.92 jiwa/Km2 dan yang terjarang penduduknya adalah kecamatan Linge yaitu 5.44 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh besarnya wilayah pada masing – masing kecamatan.

Tingkat pendidikan di Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas diuraikan sebagai berikut; tidak memiliki ijazah SD 16%, SD/MI sebanyak 26%, SLTP sebanyak 20%, SLTA sebanyak 29% dan Perguruan Tinggi sebanyak 8%. Tingkat pendidikan terbesar di Kabupaten Aceh Tengah berada pada tingkat menengah keatas.

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Aceh Tengah adalah pertanian, (88,3%), perdagangan (5,55%), pegawai negeri (5,48%) pekerja bangunan, pengangkutan (0,70%) dan lain-lain.


(61)

43

4.1.3 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Aceh Tengah adalah sebagai berikut :

1. Rumah Sakit Umum : 2 Buah 2. Puskesmas Perawatan : 5 Buah 3. Puskesmas Non Perawatan : 9 Buah 4. Puskesmas Pembantu : 51 Buah 5. Balai Pengobatan/Klinik : 2 Buah

6. Apotik : 12 Buah

7. Toko Obat : 18 Buah

8. Poskesdes : 171 Buah

9. Posyandu : 292 Buah

4.1.4 Tenaga Kesehatan

Tenaga Medis dan Paramedis di Kabupaten Aceh Tengah jumlahnya dengan rincian sebagai berikut :

1. Dokter Spesialis : 34 Orang 2. Dokter Umum : 48 Orang 3. Dokter gigi : 7 Orang

4. Perawat : 388 Orang

5. Bidan : 519 Orang

6. Apoteker : 6 Orang 7. Assisten Apoteker : 16 Orang


(62)

8. Tenaga Gizi : 19 Orang

9. Sanitasi : 39 Orang

10. Analis : 26 Orang

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi atau besarnya proporsi variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis ini dilakukan dengan cara mendistribusikan frekuensi subjek penelitian ke dalam variabel-variabel yang diamati untuk menilai kesebandingan karakteristik yang diteliti antara kasus dan kontrol.

4.2.1 Karakteristik Ibu

Karakteristik ibu dalam penelitian ini meliputi pendidikan, pekerjaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014

Karakteristik Kasus Kontrol Total p

n % n % n %

1. Pendidikan Ibu

0,107

Tamat SD 0 0,0 3 5,8 3 2,9

Tamat SMP Sederajat 15 28,8 22 43,3 37 35,6 Tamat SMA Sederajat 24 46,2 19 36,5 43 41,3 DIII, S1 dan S2 13 25 8 15,4 21 20,2 2. Pekerjaan Ibu

Ibu rumah tangga 37 71,2 27 51,9 64 61,5

0,334

Petani 6 11,5 11 21,2 17 16,3

Pedagang 2 3,8 5 9,6 7 6,7

Pegawai Swasta 3 5,8 4 7,7 7 6,7


(63)

45

Tingkat pendidikan pada kontrol yang terbesar ada pada tingkat tamat SMP sederajat 43,3%, sedangkan kelompok kasus Tingkat pendidikan yang terbesar ada pada tingkat tamat SMA sederajat 46,2%. Berdasarkan nilai p (0,107) tidak terdapat perbedaan proporsi pendidikan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Untuk pekerjaan pada kelompok kontrol adalah ibu rumah tangga 51,9%, pada kelompok kontrol mayoritas ibu rumah tangga 71,2%. Berdasarkan nilai p

(0,334) tidak terdapat perbedaan proporsi pekerjaan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Ibu Berdasarkan Riwayat Penyakit Ibu, Pemeriksaan Antenatal, Penolong Persalinan dan Penyebab Kematian

Neonatal Dini di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014

Karakteristik Kasus Kontrol Total p

n % n % n %

1. Riwayat Penyakit Ibu

0,001 Tidak Menderita 29 55,8 47 90,4 76 73,1

Anemia 6 11,5 3 5,8 9 8,7

Preeklamsi & Eklamsia 8 15,4 0 0,0 8 7,7 Perdarahan Selama Kehamilan 4 7,7 2 3,8 6 5,8

Ketuban Pecah Dini 5 9,6 0 0 5 4,8

2. Pemeriksaan Antenatal

Lengkap 34 65,4 24 46,2 58 55,8

0,048

Tidak Lengkap 18 34,6 28 53,8 46 44,2

3. Penolong Persalinan

Dukun Bayi 1 1,9 0 0,0 1 1,0

0,147

Perawat 1 1,9 0 0,0 1 1,0

Bidan 46 88,5 45 86,5 91 87,5

Dokter Umum 2 3,8 0 0,0 2 1,9

Dokter Spesialis Kandungan 2 3,8 7 13,5 9 8,7 4. Penyebab Kematian Neonatal

Asfiksia 17 32,7 - - 17

BBLR 24 46,2 - - 24


(64)

Dari Tabel 4.2 diketahui, berdasarkan riwayat penyakit pada kelompok kasus yang tidak menderita penyakit sebesar 55,8% dan yang menderita penyakit sebesar 44,2%, bila dibandingkan dengan dengan yang menderita penyakit pada kelompok kontrol hanya sebesar 9,6%. Jenis penyakit terbanyak yang diderita ibu pada kelompok kasus adalah preeklamsia dan eklamsia (34,8%). Nilai p (0,001) dapat kita ketahui terdapat perbedaan proporsi penyakit antara ibu ada pada kelompok kasus dan ibu yang ada pada kelompok kontrol. Perbedaan proporsi penyakit pada kontrol dikarenakan tidak diperolehnya keterangan yang lengkap tentang riwayat penyakit ibu di dalam buku kia.

Riwayat pemeriksaan antenatal yang lengkap pada kelompok kasus 65,4 % lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol 46,2%, sedangkan untuk pemeriksaan antenatal yang tidak lengkap kelompok kontrol mencapai 53,8% lebih besar dibanding kelompok kasus 34,6%. Terdapat perbedaan proporsi pemeriksaan antenatal antara ibu yang ada pada kelompok kasus dan ibu yang ada pada kelompok kontrol dengan nilai p (0,048). Perbedaan proporsi tersebut dikarenakan sebahagian ibu pada kelompok kontrol memeriksakan diri di dokter spesialis kandungan dan buku kia tidak di isi.

Distribusi jumlah ibu yang melahirkan dengan bidan lebih besar dibandingkan penolong persalinan dokter kandungan. Penolong persalinan yang terbesar pada kelompok kasus adalah tenaga kesehatan 50,5 %, untuk kontrol seluruhnya ditolong oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil nilai p (0,147) diketahui bahwa tidak


(65)

47

terdapat perbedaan proporsi antara penolong persalinan antara kelompok kontrol dengan kelompok kasus.

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa distribusi yang mengalami kematian neonatal dini (kasus) sebesar 100%. Dari 100% yang mengalami kematian neonatal dini diketahui beberapa penyebabnya, antara lain kematian neonatal dini disebabkan oleh asfiksia sebesar 32,7 %, BBLR sebesar 46,2 %, Prematur sebesar 21,2 %. 4.2.2 Uji Normalitas untuk Variabel Umur, Paritas dan Jarak Kelahiran

Uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov berfungsi untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data menggunakan distribusi normal yakni dengan angka signifikan p > 0,05 maka data berdistribusi normal. Variabel umur, paritas dan jarak kelahiran berdistribusi normal dengan nilai signifikan p > 0,05. dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Uji Normalitas Variabel Distribusi Umur, Jumlah Anak yang Dilahirkan dan Jarak Kelahiran

No Variabel p Keterangan

1 Umur Ibu Melahirkan 0,001 Tidak Normal

2 Jumlah Anak yang dilahirkan 0,001 Tidak Normal

3 Jarak Kelahiran 0,001 Tidak Normal

Dari data hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata umur ibu 29,67 tahun dan berdistribusi tidak normal dengan nilai p sebesar 0,001 (p < 0,05). Sementara itu rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu sebanyak 3,02 atau kurang lebih 3 anak dan berdistribusi tidak normal dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05). Dan rata-rata jarak


(66)

kelahiran bayi adalah 2,57 atau kurang lebih 2-3 bayi dan berdistribusi tidak normal dengan nilai p sebesar 0,00 (p < 0,05).

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan variabel independen meliputi faktor umur ibu melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan, dan jarak kelahiran pada variabel dependen kematian neonatal dini. Berdasarkan hasil uji normalitas data umur, paritas dan jarak kelahiran tidak berdistrubusi normal maka uji bivarat menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Mann-Whitney Menurut Umur Ibu, Jumlah Anak yang Dilahirkan dan Jarak Kelahiran Menurut Kematian Neonatal Dini

di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014

Neonatal Dini

Umur (Tahun) Paritas Jarak Kelahiran (Tahun)

Mean Rank p Mean Rank p Mean Rank p Kontrol 47,31

0,079 50,03 0,378

70,01

0,001

Kasus 57,79 54,97 34,99

Berdasarkan Tabel 4.4 dihasilkan nilai mean rank umur ibu melahirkan (47,31 - 57,79) mempunyai nilai lebih besar pada neonatal dini yang mengalami kematian (kasus) dibandingkan neonatal dini yang tidak mengalami kematian (kontrol). Nilai

mean rank paritas ibu (50,03 - 54,97) mempunyai nilai lebih besar pada neonatal dini yang mengalami kematian (kasus) dibandingkan neonatal dini yang tidak mengalami kematian (kontrol). Sedangkan untuk jarak kelahiran nilai mean rank (70,01 - 34,99)


(1)

81

Lampiran 7. Analisis Multivariat Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 104 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 104 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 104 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Kontrol 0

Kasus 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Neonatal Dini Percentage Correct Kontrol Kasus

Step 0 Kematian Neonatal Dini

Kontrol 0 52 ,0

Kasus 0 52 100,0

Overall Percentage 50,0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500


(2)

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Umur 2,916 1 ,088

Paritas ,667 1 ,414

Jarak 31,243 1 ,000

Overall Statistics 35,847 3 ,000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 43,802 3 ,000

Block 43,802 3 ,000

Model 43,802 3 ,000

Step 2a Step -,015 1 ,902

Block 43,787 2 ,000

Model 43,787 2 ,000

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 100,372a ,344 ,458

2 100,387a ,344 ,458

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.


(3)

83

Classification Tablea

Observed

Predicted

Kematian Neonatal Dini Percentage Correct Kontrol Kasus

Step 1 Kematian Neonatal Dini

Kontrol 41 11 78,8

Kasus 10 42 80,8

Overall Percentage 79,8

Step 2 Kematian Neonatal Dini

Kontrol 41 11 78,8

Kasus 10 42 80,8

Overall Percentage 79,8

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step

1a

Umur ,092 ,048 3,704 1 ,054 1,096 ,998 1,203 Paritas ,040 ,325 ,015 1 ,902 1,041 ,551 1,966 Jarak -1,139 ,244 21,781 1 ,000 ,320 ,198 ,516 Constant -,043 1,114 ,002 1 ,969 ,958

Step 2a

Umur ,095 ,039 5,958 1 ,015 1,100 1,019 1,187 Jarak -1,138 ,244 21,790 1 ,000 ,321 ,199 ,517 Constant -,025 1,104 ,001 1 ,982 ,975

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, Paritas, Jarak.

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 2a Variables Paritas ,015 1 ,902

Overall Statistics ,015 1 ,902


(4)

Lampiran 8. Analisis Multivariat Riwayat Penyakit Ibu dan Riwayat ANC Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 104 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 104 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 104 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Kontrol 0

Kasus 1

Classification Tablea,b

Observed

Predicted Kematian Neonatal Dini

Percentage Correct Kontrol Kasus

Step 0 Neonatal Dini Kontrol 0 52 ,0

Kasus 0 52 100,0

Overall Percentage 50,0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


(5)

85

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Rpeny 19,527 1 ,000

Ranc 4,740 1 ,029

Overall Statistics 23,835 2 ,000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 28,863 2 ,000

Block 28,863 2 ,000

Model 28,863 2 ,000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square Nagelkerke R Square

1 115,312a ,242 ,323

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Neonatal Dini Percentage Correct Kontrol Kasus

Step 1 Neonatal Dini Kontrol 49 3 94,2

Kasus 30 22 42,3

Overall Percentage 68,3

a. The cut value is ,500


(6)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Rpeny 1,110 ,306 13,197 1 ,000 3,036 1,668 5,526

Ranc -1,103 ,470 5,512 1 ,019 ,332 ,132 ,833 Constant -,140 ,299 ,218 1 ,640 ,870