5.2 Pembahasan 5.2.1 Distribusi Kanker Payudara Stadium 1 dan 2 berdasarkan jenis
kelamin. Dari hasil penelitian ini pasien perempuan yang mengalami kanker payudara
stadium 1 dan 2 adalah sebanyak 31 orang, sedangkan pasien laki-laki tidak ada. Disini terdapat perbedaan yang sungguh jelas diantara jumlah pasien yang
mengalami kanker payudara berdasarkan jenis kelaminnya. Berdasarkan teori dan dari hasil penelitian sebelumnya menyatakan kanker payudara adalah sekitar 100
kali lebih sering terjadi pada wanita berbanding laki-laki Giordano, 2004. Sehubungan dengan hal tersebut maka kurang dari 1 dari seluruh kasus kanker
payudara terjadi pada laki-laki Borgen, 2002. Secara fisiologis juga telah terbukti bahwa saat mengalami pubertas biasanya sekitar 13 atau 14 tahun, anak
laki-laki dan perempuan memiliki sedikit jaringan payudara yang terletak di kawasan areola. Selepas pubertas, ovarium perempuan menghasilkan hormon
estrogen dan menyebabkan pertumbuhan jaringan pada payudara meningkat. Namun pada anak laki-laki, hormon yang dihasilkan oleh testis dapat
menghambat pertumbuhan jaringan pada payudara. Maka kanker payudara kurang umum pada laki-laki karena sel-sel duktus payudara mereka kurang berkembang
dibandingkan dengan payudara perempuan ACS, 2010.
5.2.2 Distribusi Kanker Payudara Stadium 1 dan 2 berdasarkan kelompok umur.
Hasil penelitian menunjukkan bahawa kelompok umur yang paling sering menderita kanker payudara adalah kelompok akhir dewasa 41-60 tahun
sebanyak 61,3, diikuti oleh awal dewasa 41-60 tahun sebanyak 35,5 dan lansia 61-79 tahun sebanyak 3,2.
Rata-rata umur perempuan yang mengalami menopause di Indonesia adalah sekitar awal 40 tahun sehingga akhir 60 tahun Ringa, 2000. Kelompok akhir
dewasa mencatat persentase paling tinggi berdasarkan penelitian ini mungkin karena kebanyakan perempuan di dalam kelompok ini seharusnya mengalami fasa
Universitas Sumatera Utara
pre atau pasca menopause. Semasa fase menopause, produksi estrogen yang sebelumnya dihasilkan di ovarium akan diambil alih oleh jaringan lemak Yoo et
al, 2001. Kadar estrogen pada wanita menopause adalah 50 sampai 100 lebih tinggi pada wanita yang mengalami obesitas Huang et al, 1997. Maka jaringan
yang sensitif terhadap stimulasi estrogen akan mengalami pertumbuhan yang cepat dan menyebabkan terjadinya kanker payudara. Peningkatan usia juga dapat
meningkatkan penghasilan enzim aromatase yang turut membantu dalam proses katalisis androgen ke estrogen Lorincz et al, 2006.
5.2.3 Distribusi Kanker Payudara Stadium 1 dan 2 berdasarkan kelompok Indeks Massa Tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 3,2 pasien berada di kelompok normal, dan 6,5 berada di kelompok lebih berat badan, 80,6 berada di
kelompok obese kelas I dan sebanyak 9,7 berada pada kelompok obese kelas II. Sekitar 96.8 pasien kanker payudara stadium 1 dan 2 mempunyai riwayat
bermasalah dengan berat badan, namun 3.2 pasien mempunyai berat badan normalideal. Seperti mana yang kita sedia maklum mutasi gen, gaya hidup yang
tidak sehat, infeksi virus dan radiasi juga merupakan faktor resiko lain yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara. Jadi persentase sebanyak 3,2 pasien
yang berada di kelompok berat badan normal, namun mengidap kanker payudara mungkin disebabkan oleh faktor resiko kanker payudara yang lain. Peningkatan
Indeks Massa Tubuh IMT akan mengakibatkan peningkatan enzim aromatase yang mengkatalisis produksi estrogen. Pada individu obese, ditemukan adanya
peningkatan sel adiposit berbanding individu tidak obese Grundy, 2004. Maka sel adiposit terutamanya di payudara akan mensekresi sitokin seperti faktor tumor
nekrosis TNF-alpha dan interleukin-6 IL-6 dimana akan bertindak merangsang produski aromatase. Peningkatan sel adiposit juga akan menyebabkan peningkatan
konsentrasi insulin dan IGF-1 dimana akan menyebabkan penurunan kadar SHBG
sex-hormone binding globulin
. Penurunan SHBG dalam obesitas akan meningkatkan bioavaibilitas estradiol yang bersirkulasi. SHBG merupakan faktor
Universitas Sumatera Utara
regulator kepada estradiol dalam sel kanker payudara. SHBG bertindak sebagai faktor anti-proliferasi, jadi wanita obese mempunyai resiko relatif lebih tinggi
mengidap kanker payudara dibanding pria Lorincz dan Sukumar, 2006. Leptin yang merupakan protein diproduksi oleh jaringan adiposa juga merupakan
faktor pertumbuhan kanker kerana leptin merangsang proliferasi sel epitel payudara, menghambat sel apoptosis dan angiogenesis Garafalo dan Surmacz,
2006.
5.2.4 Distribusi Kanker Payudara Stadium 1 dan 2 berdasarkan kelompok Persentase Lemak Tubuh.
Dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6,5 pasien berada di kelompok PLT normal, 64,5 berada di kelompok PLT lebih berat badan dan sebanyak
29 berada di kelompok PLT obese. Perbedaan nilai antara PLT dan IMT adalah karena perbedaan komposisi tubuh, IMT bukan merupakan indikator yang
akurat untuk lemak tubuh. IMT tidak boleh membedakan massa otot dan lemak tubuh. Misalnya individu dengan massa otot lebih besar pasti akan mempunyai
nilai rata-rata IMT yang lebih tinggi. Jadi dengan menggunakan kaedah PLT nilai murni lemak tubuh dapat diperolehi Gallagher et al, 2000.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1. Prevalensi pasien penyakit kanker payudara stadium 1 dan 2 dengan
obesitas di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009 adalah 9 orang 29 dari jumlah keseluruhan sampel 31 orang berdasarkan
IMT dan diperkukuhkan lagi dengan PLT. 2.
Mengikut pengiraan IMT sebanyak 90,3 mengalami obese sedangkan mengikut pengiraan PLT sebanyak 29 sampel mengalami
obese. Perbedaan nilai yang besar adalah karena perbedaan komposisi tubuh, IMT bukan merupakan indikator yang akurat untuk lemak
tubuh. IMT tidak boleh membedakan massa otot dan lemak tubuh. Misalnya individu dengan massa otot lebih besar pasti akan
mempunyai nilai rata-rata IMT yang lebih tinggi. Jadi dengan menggunakan kaedah PLT nilai murni lemak tubuh dapat diperolehi
Gallagher et al, 2000.
6.2 SARAN
Antara saran bagi penelitian selanjutnya adalah :
1.
Mengikuti perjalanan penyakit pasien yang menderita kanker payudara sejak awal munculnya penyakit supaya penelitian lanjutan dapat
mengkaji hubungan antara kanker payudara dengan obesitas dengan lebih menyeluruh.
2.
Bagi penelitian lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan memasukkan faktor-faktor resiko kanker payudara lain yang belum
dikaji, misalnya faktor genetik dan penggunaan hormon steroid eksogen
Universitas Sumatera Utara