c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi aliran
udara dan kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi
karena benda tersebut akan menyerap radiasi panas tubuh bayi Saifuddin, 2002.
Banyak faktor resiko dari hipotermi, antara lain bayi baru lahir tidak segera dikeringkan, terlalu cepat dimandikan, setelah dikeringkan tidak segera diberi pakaian,
tidak segera didekap pada tubuh ibu, bayi baru lahir dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya, berat badan bayi baru lahir rendah, bayi tidak segera dibungkus dan bayi
sakit Departemen Kesehatan RI, 1998.
2. Gejala
Hipotermi
Hipotermi memiliki gejala sebagai berikut : a.
Bayi tidak mau menetek. b.
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja. c.
Tubuh bayi teraba dingin. d.
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras sklerema.
e. Bayi menggigil.
f. Suhu aksila bayi turun dibawah 36
C.
Universitas Sumatera Utara
g. Kulit pucat.
Sarwono, 2001.
3. Tanda
Hipotermi
Hipotermi sedang stres dingin : a.
Aktifitas berkurang, letargis. b.
Tangisan lemah. c.
Kulit berwarna tidak rata cutis marmorata. d.
Kemampuan mengisap lemah. e.
Kaki teraba dingin. Hipotermi lanjut :
a. Bibir dan kuku kebiruan.
b. Ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
c. Pernapasan lambat dan tak teratur.
d. Bagian tubuh lainnya pucat.
e. Bunyi jantung lambat.
f. Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung kaki dan
tangan Sarwono, 2001.
4. Penyebab
Hipotermi
Hipotermi dapat disebabkan oleh : a.
Kehilangan panas yang berlebihan seperti lingkungan atau cuaca dingin basah atau bayi telanjang.
b. Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir relatif besar sehingga
penguapannya bertambah.
Universitas Sumatera Utara
c. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas tubuhnya masih
rendah. d.
Otot bayi masih lemah Manuaba, 1998.
5. Pencegahan
Hipotermi
a. Keringkan bayi dengan seksama.
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera lahir untuk mencegah kehilangan panas disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi.
Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan di atas perut ibu.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat, serta segera
mengganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban. c.
Selimuti bagian kepala Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian
kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d. Tempatkan bayi pada ruangan yang panas
Suhu ruangan atau kamar hendaknya dengan suhu 28 C – 30
C untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi.
e. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
segera setelah lahir. Pemberian ASI lebih baik ketimbang glukosa karena ASI dapat mempertahankan kadar gula darah.
f. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Universitas Sumatera Utara
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya terutama jika tidak berpakaian sebelum melakukan penimbangan terlebih
dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering Affandi, 2007.
6. Penanganan