C. Balance Scorecard
Pada era yang kompleksini, perusahaanakan terus berkembang dan bertahan hidup harus menyediakan produk, baik barang maupun jasa yang
berorientasi pada pelanggan dengan meningkatkan mutu produk dan pelayanan terus menerus. Namun, masih banyak perusahaan yang
menggunakan alat ukur tradisional yaitu analisis keuangan sebagai alat pengukur kinerja, sedangkan untuk menciptakan produk yang berorientasi
pada pelanggan diperlukan alat ukur lain selain aspek keuangan.
18
1. Sejarah Singkat Balance Scorecard Pada awalnya, Balance Scorecard diciptakan untuk mengatasi problem
tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang berfokus pada aspek keuangan.Selanjutnya, Balance Scorecard mengalami perkembangan
pada implementasinya, tidak hanya sebagai alat ukur kinerja eksekutif, namun meluas sebagai pendekatan dalam penyusunan rencana strategik.
19
Konsep Balance Scorecard merupakan pendekatan baru terhadap manajemen, yang dikembangkan pada tahun 1990-an oleh David Norton
CEO pada Nolan Norton Institute 1990, CEO pada Renaissance Solution, Inc. dan Robert Kaplan Harvard Business School. Balance Scorecard
18
Sistem Pengendalian Manajemen : Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, Jakarta : PT. Indeks, h. 219.
19
Mulyadi, Balance Scorecard: alat manajemen kontemporer untuk pelipatganda kinerja keuangan, h.2
Pemantauan
adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara luas baik dalam organisasi laba maupun organisasi nirlaba.
20
Gambaran singkat mengenai sejarah awal balance scorecard digunakan dalam organisasi dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :
Gambar 1
2
Sumber: Mulyadi,2001.
Alat manajemen
kontemporer untuk
pelipatganda kinerja keuangan perusahaan.
20
Thomas Sumarsan, h. 219
Perumusan Strategi
Perencanaan Strategik
Penyususnan Program
Penyusunan Anggaran
Tahap awal perkembangan 1990-1992 sebagai
pengukuran kinerja komprehensif
Implementasi
2. Definisi Balance Scorecard Balance Scorecard terdiri atas dua kata, yaitu balance yang secara harfiah
berarti seimbang dan scorecard yang berarti kartu skor.Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang atau
kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak diwujudkannya. Sementara itu, pengertian balanced adalah kinerja seseorang atau kelompok
tertentu alan diukur secara berimbang baik dari sisi internal maupun eksternal perusahaan, dan antara persfektif proses dan orang.
21
Balance scorecard merupakan pendekatan baru terhadap manajemen yang dikembangkan pada tahun 1990-an oleh david Norton dan Robert Kaplan.
Balance Scorecard mengambil strategi organisasi, memisahkannya kedalam tujuan-tujuan yang dapat dihitung, dan kemudian mengukur apakah tujuan
tersebut bisa tercapai.
22
Robeth S. Kaplan dan David P. Norton mendefinisikan Balance Scorecard adalah suatu kerangka kerja baru yang mengintegrasikan seperangkat ukuran
finansial kerjamasa lalu dengan ukuran kinerja masa depan. Yang diukur dari
21
Husein Umar, Evaluasi Kinerja Perusahaan, h.
22
Walling, Edward Russell, 50 Terobosan Manajemen Yang Perlu Anda Ketahui, Terjemahan Dedes Ekarini, Jakarta, Erlangga, 2010 h.8.
empat persfektif, yaitu persfektif keuangan, persfektif pelanggan, persfektifi internal bisnis dan persfektif pembelajaran dan pertumbuhan.
23
Balance Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara luas baik dalam organisasi yang
berorientasi laba maupun nirlaba dalam menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan mengawasi
kinerja sesuai tujuan strategi perusahaan.
24
Konsep Balance Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan pengimplementasikan konsep tersebut.Balance Scorecard telah mengalami
evolusi perkembangan : 1 Balance Scorecard sebagai Perbaikan atas sistem pengukuran kinerja eksekutif, 2 Balance Scorecard sebagai rerangka
perencanaan strategik, dan 3 Balance Scorecard sebagai basis sistem terpadu pengelolaan kinerja personel.
25
3. Keunggulan dan Kelemahan Balance Scorecard Pengukuran kinerja dengan metode balance scorecard memiliki beberapa
keunggulan jika dibanding dengan pengukuran kinerja dengan sistem tradisional yang hanya berfokus pada sasaran-sasaran yang bersifat pada
23
Robeth S. Kaplan dan David P. Norton, Menerapkan Strategi Menjadi Aksi Balance Scorecard, Terjemahan : Pasla Yosi Peter R,. h. 16.
24
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen : Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, Jakarta : PT. Indeks, 2013 ed. 2, h.219.
25
Mulyadi, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Jakarta : Salmenba Empat, 2007. h. 312
persfektif keuangan saja, sedangkanbalance scorecard mencakup persfektif yang lebih luas: keuangan, pelanggan, proses bisnis dan intern serta
permbelajaran dan pertumbuhan. Dalam bukunya Suwardi, bahwa pengukuran kinerja dengan balance
scorecard mempunyai beberapa kelebihan
26
, yaitu : a. Strategik. Balance scorecard tidak hanya menuntut personel untuk
merumuskan sasaran yang bersifat strategik dalam tahap perencanaan strategik, tetapi juga untuk mencari inisiatif-inisiatif strategik dalam
mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan. b. Komprehensif. Balance scorecard menekankan pengukuran kinerja
tidak hanya pada aspek kuantitatif saja, tetapi juga pada aspek kualitatif. Aspek finansial dilengkapi dengan aspek kostumer, inovasi
dan market development merupakan fokus pengukuran integral. Keempat persfektif ini menyediakan keseimbangan antara pengukuran
eksternal seperti laba pada pengukuran internal seperti produk baru. Keseimbangan ini menunjukkan trade off yang dilakukan oleh manajer
terhadap ukuran tersebut untuk mendorong manajer untuk mencapai tujuan perusahaan.
26
Suwardi Luis dan Prima A. Bromo, Step by Step in Casading Balance Scorecard, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2008 h.48.
c. Koheren. Didalam menghasilkan perencanaan strategik diantara berbagai sasaran diperlukannya suatu personel untuk membangun
hubungan sebab akibat casual relationship. Koheren berarti adanya hubungan sebab akibat antara keluaran yang dihasilkan sistem
perumusan straegik dengan keluaran sistem perencanaan strategik. Sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem perencanaan strategik
merupakan penerjemahan visi, tujuan dan strategi yang dihasilkan perumusan strategik.
d. Seimbang. Seimbang berarti adanya keseimbangan pemusatan antara interen dan ekstern, pemusatan proses dan orang yakni pemusatan
yang seimbang diantara keempat persfektif. e. Terukur. Balance scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang
tidak mudah diukur: pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan menentukan ukuranmya agar
dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan. Hasil dari perencanaan strategik berupa ketrukuran sasaran strategik memungkinkan
ketercapaian berbagai sasaran strategik dari perencanaan sistem tersebut.
27
4. Persfektif dalam Balance Scorecard
27
Mulyadi, Balance Scorecard: alat manajemen kontemporer untuk pelipatganda kinerja keuangan,h.18-24
Balance scorecardmerupakan seperangkat alat untuk memotivasi karyawan untuk mewujudkan visi perusahaan, tidak hanya sebagai alat
pengukur kinerja saja tetapi suatu sistem manajemen yang memfokuskan pada usaha orang melalui organisasi dan meraih tujuan organisasi baik tujuan
uatama maupun nontujuan utama. Melalui pengukuran
balance scorecard, manajer senior dapat menidentifikasi perusahaan dalam empat persfektif yang masing-masing
dilengkapi dengan indikator dan tolak ukur. Informasi yang harus memperhatikan oleh manajer senior terhadap keempat persfektif yang
membentuk balance scorecard, yaitu : a.
Persfektif Keuangan, “bagaimana perusahaan dilihat oleh pemegang saham?”
b. Persfektif Pelanggan, “bagaimana pelanggan memahami produk
dan pelayanan perusahaan?” c.
Persfektif Proses Bisnis Internal, “value driver apa saja yang dapat mendorong proses bisnis sehingga dapat diunggulkan?”
d. Pers fektif Pembelajaran dan Tumbuh, “apakah perusahaan dapat
menghasilkan inovasi, perubahan dan perbaikan?”
Keempat persfektif tersebut dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar II
Vision Strategi
Sumber : Freddy Rangkuti, 2011 SWOT Balance Scorecard
28
28
Freddy Rangkuti, SWOT Balance Scorecard Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko, Jakarta: 2011, PT. Gramedia Pustaka Utama h.204-205
Keuangan Bagaimana perusahaan dilihat
oleh pemegang saham
Proses Bisnis Internal Value driver apa saja yang
dapat mendorong proses bisnis
Pelanggan Bagaimana pelanggan
memahami produk dan pelayanan perusahaan
Pembelajaran dan pertumbuhan
Apakah perusahaan dapat menghasilkan inovasi,
perubahan dan perbaikan?
a. Persfektif Keuangan Balance Scorecardtidak mengabaikan kebutuhan akan data keuangan.
Tujuan keuangan sendiri pada umumnya berhubungan dengan arus kas perusahaan, kemampulabaan perusahaan dan yang perlu ditambahkan dalam
keuangan adalah penilaian risiko dan biaya manfaat data. Sasaran-sasaran dalam persfektif keuangan dibedakan menjadi tga tahap, yaitu :
- Tahap Pertumbuhan Tahap pertumbuhana merupakan tahap awal dari siklus hidup
bisnis.Pada tahap ini perusahaam memiliki produk baik barang maupun jasa yang memiliki potensi untuk berkembang.Untuk mewujudkannya seorang
manajer harus berkomitmen untuk mengembangan suatu prosuk baru. Perusahaan mungkin akan beroperasi dengan arus kas negatif dan tingkat
pengembalian atas modal yang rendah. Maka pada tahap ini sasarannya yaitu dengan menekan pada pertumbuhan penjualan pada pasar baru dengan
melayani konsumen baru atau dengan mengembangkan barang dan jasa baru. - Tahap Bertahan
Pada tahap ini merupakan tahapan yang kedua dari siklus bisnis dimana perusahaan masih melakukan investasi akan tetapi mempersyaratkan
tingkat pengembalian
yang terbaik.Pada
tahap ini
perusahaan mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar yang ada.
- Tahap Panen
Tahap panen merupakan tahap kematangan dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi mereka.Dan sasaran utama pada tahap ini
adalah memaksimalkan arus kas yang masuk ke perusahaan sehingga arus kas yang masuk mampu mengembalikan investasi yang dilakukan pada tahap
pertumbuhan dan tahap bertahan. b. Persfektif Pelanggan
Dalam persfektif pelanggan, Kaplan dan Norton menjelaskan ada dua kelompok pengukuran yang terkait, yaitu :
1. Pengukuran Inti Pelanggan Custumer Core Mearsurement adalah seperngkat indikasi pengukuran yang dapat digunakan oleh semua jenis bentuk
organisasi. Pengukuran inti ini terdiri dari : a. Pangsa Pasar, pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai oleh
perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, baik yang diukur dari jumlah pelanggan, jumlah rupiah yang dikeuarakan ataupun jumlah produk yang
dijual. b. Retensi Pelanggan, mengukur tingkat dimana perusahaan berhasil
memelihara dan mempertahankan hubungan baik yang terus menerus dengan pelanggannya.
c. Akuisisi pelanggan, mengukur berapa banyak perusahaan mampu menarik pelanggan baru dan memenangkan pasar baru.
d. Kepuasan Pelanggan, mengukur tingkat kepuasan pelanggan yang terkait dengan kriteria kinerja perusahaan.
e. Profitabilitas Pelanggan, mengukur laba bersih yang dihasilkan perusaan dari pelanggan setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan.
Proposisi Nilai Pelanggan Custumer Value Proposition, adalah atribut yang diberikan perusahan kepada barang atau jasanya untuk menciptakan kepuasan
dan loyalitas perusahaan. Proposisi nilai pelanggan didasarkan kepada atribu sebagai berikut :
- Atribut ProdukJasa, meliputi atribut fungsi, harga, kualitas dan waktu. Para pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk atau jasa yang
ditawarkan. - Hubuangan Pelanggan, menyangkut pada penyampaian produkjasa kepada
pelanggan yang meliputi dimensi waktu penyerahan dan ketanggapan perusahan atas permintaan pelanggan.
- Citra dan Reputasi, menggambarkan faktor yang tidak terwujud yang menarik seorang pelanggan untuk berhubungan dengan perusahaan.
c. Persfektif Proses Bisnis internal Dalam proses bisnis internal, perusahaan pada umunya tidak terlepas
dari kegiatan inovasi, operasi dan layanan purnajual. Ketiga hal tersebut merupakan pedoman dalam pengukuran kinerja di proses bisnis internal.
1 Inovasi, perusahaan berusaha menggali pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk atau jasa yang mereka butuhkan.
2 Operasi, proses untuk memproduksi dan mendistribusi produk atau jasa ke tangan konsumen. Dalam proses ini terbagi menjadi dua hal, yaitu proses
untuk memproduksi produk atau jasa dan proses untuk mendistribusikan produk atau jasa kepada pelanggan.
d. Persfektif Pembelajaran dan Tumbuh Pada persfektif ini meliputi pelatihan karyawan dan sikap budaya
perusahaan yang berkaitan dengan perbaikan diri bagi individu dan korporasi.Dalam persfektif ini mengidentifikasi infrastruktur yang harus
dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kerja jangka panjang.
Kaplan dan Norton menjelaskan bahwa „pembelajaran‟ melebihi dari pada „pelatihan‟, karena pembelajaran mencakup hal-hal seperti mentor dan
tutor dalam organisasi, serta menciptakan sebuah kondisi berkomunikasi yang mudah diantara pekerja.
Dalam presfekif ini, ada tiga kategori yang dapat digunakan oleh perusahaan sebagain tolak ukur, antara lain :
1 Kemampuan Pekerja, perusahaan yang ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi perlu dilayani oleh pekerja yang terpuaskan oleh
perusahaan. Beberapa unsur kepuasan karyawan adalah keterlibatan
dalam pengambilan keputusan, pengakuan atau penghargaan, dorongan untuk melakukan kreatifitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan.
Produktivitas pekerja dapat diukur dengan total penjualan bersih dibagi dengan jumlah pekerja.
2 Kemampuan Sistem Informasi, untuk mencapai tujuan perusahaan maka keahlian pekerja saja tidak cukup, masih diperlukan sistem informasi yang
terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, maka kebutuhan akan informasi yang akurat dan tepat waktu oleh seluruh
tingkaan manajemen dan pekerja dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya. 3 Motivasi, merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin adanya
proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif bagi para pekerja agar mereka mempunyai kewenangan yang
memadai untuk mengambil keputusan.
29
29
ThomasSumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen konsep, aplikasi dan pengukuran kinera h. 220-233
5. Kerangka Konsep Untuk memudahkan penelitian, maka digambarkan dalam kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data Penerapan Metode Balance Scorecard sebagai Alat Ukur Kinerja
Perusahaan
Studi : AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Syariah Margonda Depok
Balance Scorecard
Persfektif Pembelajaran
dan Tumbuh Persfektif Bisnis
Internal Persfektif
Pelanggan Persfektif
Keuangan
Laporan Keuangan
Perusahaan Tingkat Kepuasan
Nasabah Inovasi, Operasi
dan Layanan Purnajual
Tingkat Kepuasan
Karyawan Motivasi dan
Apressiasi
Data Primer Data Sekunder
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
6. Review Studi Terdahulu Agar penelitian ini lebih objektif, penulis mengambil beberapa studi
terdahulu sebagai acuan dalam menulis skirpsi. Yahya Hamja, Jurnal Etikonomi, Universitas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2004
30
, dengan judul “Mengenal Balance Scorecard Sebagai Konsep dan Aplikasi Bisnis yang Berfokus Pada Strategi”. Permasalahan
yang diangkat adalah tentang metode balance screcard dan pengaplikasiannya pada strategi bisnis. Hasilnya yaitu dengan metode balance scorecard ini,
perusahaan dapat mengukur bagaimana unit bisnis mereka menciptakan nilai bagi pelanggan sekarang dan yang akan datang. Dengan mempertahankan
kinerja keuangan dan kinerja kometitif.Perbedaan pada penelitian kali ini yaitu mengaplikasikan metode Balance Scorecard sebagai alat ukur kinerja
perusahaan. Jony Oktavian Haryanto dan Milka Listiyani Gunawan, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Tahun 2008
31
.Denganjudul “Penerapan Pemasaran Relasional di PT Pura Dekorindo dan Evaluasinya berdasarkan Balance Scorecard
”.Permasalahan yang diangkat yaitu tentang pengaplikasian metode Balance Scorecard terhadap
30
Yahya Hamja, Jurnal Etikonomi, Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2004, h.450
31
Jony Oktavian Haryanto dan Milka Listiyani Gunawan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Tahun 2008, h. 203
pemsaran relasional Relationship Marketing.Dengan hasil penelitian yaitu PT Pura Dekorindo dapat mengaplikasikan metode Balance scorecard ini, dan
hasil penelitian menunjukan adanya keseimbangan dalam penerapan empat persfektif di metode balance scorecard.Perbedaan pada penelitian kali ini
terletak pada subjek penelitiannya yaitu pengukuran kinerja perusahaan pada AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah.
Siti Aisyah, Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2012
32
. Dengan judul “Pengaruh Manajemen Berbasis Balance Scorecard Terhadap
Kinerja Karyawan di Primer Koperasi Syariah Bhakti Pertiwi Abadi KOPRIM BPA Jakarta”. Dengan permasalahan yang diangkat pengaruh
manajemen berbasis balance scorecard terhadap kinerja karyawan. Dengan hasil penelitian Manajemen berbasis Balance Scorecard terhadap kinerja
karyawan memiliki pengaruh yang signifikan. Haryadi Sarjono, Arko Pujadi dan Henry Wono Wong, Paper, Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Nusantara Jakarta, Tahun 2010
33
. Dengan judul “Penerapan Metode Balance Scorecard Sebagai Suatu Sistem Pengukuran Kinerja Pada PT. Dritama Brokerindo, Jakarta
Timur.”Permasalahan yang diangkat yaitu tentang penggunaan metode
32
Siti Aisyah, Skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2012
33
HaryadiSarjono, ArkoPujadi dan Henry Wono Wong, Paper, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Nusantara Jakarta, Tahun 2010
Balance Scorecard untuk menilai kinerja perusahaan dengan persfektif keuangan dan non keuangan.Dan hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja
perusahaan yang selama ini diukur secara tradisional, manajemen tidak memperoleh informasi yang jelas dan terukur tentang aspek-aspek non
financial perusahaan.Dengan menerapkan system pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard, didapat hasil yang lebih komprehensif tentang kondisi
perusahaan yang sebenarnya.Berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan aspek menunjukan kriteria Cukup Baik.
38
BAB III METODELOGI PENELITIAN