Prosedur Penerimaan Dan Realisasi Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

(1)

TUGAS AKHIR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

TENTANG

PROSEDUR PENERIMAAN DAN REALISASI PAJAK PARKIR

PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI

OLEH :

NOVI CITRA PRATIWI

06260057

Untuk memenuhi salah satu syarat Menamatkan studi pada

Program Diploma III Administrasi Perpajakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MEDAN 2009


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang tlah memberikan Rahmat dan Hidayat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul “ Prosedur Penerimaan dan Realisasi Pajak Parkir di Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi “, untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan Laporan Akhir ini, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan Laporan Akhir ini.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada Orang Tua, Lian Sahrul S.Sos dan Siti Betty Erni Spd yang telah

memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materil serta doa-doanya selama ini kepada penulis.

2. Bapak Prof . Dr. M.Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Mukti Sitompul, M. Si selaku Dosen Wali dan juga menjabat

sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Bapak Drs. M. Husni Thamrin,Msi, selaku Kepala Jurusan Program studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak M. Arifin Nasution S.Sos M Sp selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam menyusun Laporan Akhir ini.

6. Bapak Jefri Sembiring SE. MM selaku Supervisor Lapangan dan tidak lupa

juga Bapak Safri Amri yang telah banyak memberikan masukan dan informasi yang diperlukan oleh penulis.

7. Bapak Drs. H. Syamsul Rizal selaku kepala Dinas Pendapatan Kota Tebing

Tinggi.

8. Buat teman-teman Seperjuangan di Tax 06

9. Dan buat semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Tujuan dan Manfaat penelitian... 3

C. Ruang Lingkup Penelitian... 5

D. Metode Penelitian ... 6

E. Metode Pengumpulan Data ... 7

F. Sistematika Penulisan Laporan ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI A. Sejarah singkat Instansi... 10

B. Tujuan dan Fungsi serta Tugas Pokok Instansi... 11

C. Visi dan Misi ... 12

D. Struktur Organisasi ... 14

E. Tugas Pokok dan Fungsi……….. 15

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PARKIR A. Pengertian-pengertian ... ... 33


(5)

B. Ketentuan Pajak Parkir dalam Peraturan Perundang-undangan 35

C. Tata Cara Penagihan Pajak Parkir ………. 38

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Prosedur Penerimaan Pajak Parkir ………. 39

B. Objek , Subjek dan Dasar Pengenaan Pajak Parkir ……… 44

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pencapaian Target Pajak Parkir ... 45

BAB V PENUTUP... 47

A. Kesimpulan……….. 47

B. Saran………. 48 DAFTAR PUSTAKA


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah salah satu primadona dan pemasukan negara dan cukup besar dibandingkan pemasukan negara dari sektor lain, misalnya sektor minyak dan gas bumi. Oleh karena itu posisi pajak sangatlah penting untuk menunjang pembangunan di Indonesia. Krisis moneter yang melanda kawasan di Asia, termasuk Indonesia uang menyebabkan perekonomian Indonesia sehingga tersedatnya pembangunan.

Reformasi yang terjadi setelah jatuhnya rezim orde baru telah merubah pola pikir masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia harus melanjutkan aktifitasnya dalam melaksanakan pembangunan, maka kelemahan-kelemaham didalam aturan dan pelaksanaan pembangunan harus segera direvisi. Demikian juga dalam hal perpajakan di Indonesia.

Dalam rangka menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi modern seperti saat ini, kita dituntut untuk dapat menunjukkan kemampuan yang terbaik dalam membangun bangsa dan negara ini.

Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu lembaga pendididikan yang ada di Indonesia mengadakan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan. Salah satunya yaitu pada Program Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Praktik kerja Lapangan adalah salah satu kegiatan dimana mahasiswa diharapkan dapat mengetahui secara langsung fungsi dan tugas sebenarnya. Serta mempraktikkan apa yang sudah dipelajari di bangku perkuliahan dalam bentuk teori maupun praktik.


(7)

Teori dan praktik yang di dapat di bangku perkuliahan belum tentu sama dengan yang ada di lapangan pada saat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan. Dalam Praktik Kerja Lapangan mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilannya dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya, melatih diri dan mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan.terutama dalam pelaksanan pembayaran pajak.

Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004, tentang pemerintah daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, UU No. 34 tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri. Dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa pajak daerah. Berdasarkan hal tersebut pemerintah daerah diharapkan bisa menjadi suatu pemerintah yang mandiri. Saat ini pemerintah telah banyak menetapkan pemungutan daerah, salah satunya Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

Dalam hal ini penulis tertarik dan ingin mengetahui bagaimana tata cara pemungutan pajak parkir pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi, karena kita bisa melihat perkembangan perparkiran seiring dengan semakin banyaknya kendaraan dan tempat-tempat yang menyediakan sarana parkir serta tempat penitipan kendaraan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Di Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

Dengan dasar inilah penulis memilih Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi sebagai tempat Praktik dengan judul “Prosedur Penerimaan dan Realisasi Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.”

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap pekerjaan selalu memiliki tujuan sesuai dengan yang diinginkan dan yang ditentukan pada waktu sebelumnya, demikian halnya dengan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan mahasiswa Administrasi Perpajakan yang mempunyai


(8)

tujuan tersendiri khususnya bagi mahasiswa yang bersangkutan, demikian juga dengan Kantor atau Instansi yang masing-masing memiliki tujuan tertentu.

a. Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengetahui Prosedur Penerimaan Pajak Parkir pada Dinas

Pendapatan Kota Tebing Tinggi..

2. Untuk mengetahui perkembangan Pajak Parkir pada Dinas

Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

3. Untuk mengetahui berapa besarnya tarif Pajak Parkir yang

ditetapkan pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

4. Untuk mengetahui realisasi Pajak Parkir dari tahun ketahun pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

b. Manfaat Penelitian bagi instansi :

1. Meningkatkan hubungan antar dunia usaha dengan dunia

pendidikan.

2. Instansi/kantor tersebut dapat melihat sampai dimana

perkembanagan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan juga dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini akan tercipta kerja sama yang baik antara mahasiswa yang melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan instansi yang bersangkutan.

3. Sebagai sarana untuk menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat

kemampuan mahasiswa yang bersangkutan, dengan tanggung jawab dan kerja sama yang baik.

4. Untuk membantu Pemerintah Dalam mensosialisasikan Pajak

Daerah

c. Manfaat Penelitian bagi universitas :


(9)

2. Mempromosikan Sumberdaya Universitas. 3. Memberi uji nyata untuk pendidikan. d. Manfaat Penelitian bagi mahasiswa :

1. Meningkatkan keterampilan mahasiswa.

Selama kegiatan berlangsung, mahasiswa dihadapkan langsung dengan kegiatan yang sebenarnya. Umumnya mahasiswa dituntut supaya dapat mengaplikasikan kemampuan dalam mengerjakan tugas-tugas yang bersangkutan dengan bidangnya.

2. Memperoleh pengalaman

Dengan demikian mahasiswa akan memperoleh pengalaman tentang penyelesaian dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini mahasiswa akan terjun langsung di lapangan atau instansi yang bersangkutan, mahasiswa juga wajib mengikuti segala peraturan yang ada pada instansi tersebut dan mengetahui secara langsung disiplin kerja yang telah ditetapkan oleh instansi tersebut dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup di dalam Penelitian ini adalah :

1. Prosedur penerimaan dan realisasi Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

2. Untuk mengetahui Objek dan Subjek Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan

Kota Tebing Tinggi.

3. Kendala-kendala yang dihadapi Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing


(10)

D. Metode Penelitian :

Dalam Penelitian ini, adapun metode yang digunakan adalah : 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Penelitian, mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal, konsultasi dengan dosen, dll.

2. Studi Literatur

Dalam tahap ini penulis mencari berbagai bacaan seperti : buku, undang-undang, Peraturan pemerintah, maupun literature yang berhubungan dengan objek penelitian, dll.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini, penulis melihat dan mengamati secara langsung kondisi serta keadaan objek tempat pelaksanaan kegiatan PKLM

4. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui cara interview atau wawancara terhadap wajib pajak ataupun observasi secara langsung. Untuk melengkapinya, penulis melampirkan studi literature dan juga daftar dokumentasi.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah memperoleh data yang diperlukan penulis akan menganalisis data secara kualitatif dan kemungkinan akan diinterpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

E. Metode Pengumpulan Data :

Dalam pengumpulan data penelitian, penulis mengumpulkan data dan informasi yaitu dengan menggunakan metode sebagai berikut :


(11)

Dengan metode ini peserta mengajukan beberapa pertanyaan langsung pada para pegawai dalam instansi yang bersangkutan untuk menambah objektifitas yang berkaitan dengan kebutuhan penulis untuk melengkapi laporan ini.

2. Metode Observasi

Dalam metode ini penulis langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjaunan, pengamatan dan pencatatan sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan.

3. Metode Dokumentasi :

Penulis mengumpulkan data-data yang bersumber dari dokumen yang berasal dari Seksi Pajak Parkir pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

F. Sistematika Penulisan Laporan :

Adapun sistematika dalam penulisan laporan Penelitian ini adalah : BAB I Pendahuluan

Pada bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup. Metode Penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan Penelitian.

BAB II Gambaran Umum Objek/Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat instansi, struktur organisasi dan uraian tugas pokok dan fungsi.pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

BAB III Gambaran Data Pajak

Pada bab ini penulis membahas tentang gambaran data Pajak Parkir ,ketentuan-ketentuan yang berlaku, apa saja yang menjadi objek dan


(12)

siapa saja yang menjadi subjek, tarif dan cara-cara penghitungan Pajak dan perizinan serta penagihan Pajak Parkir.

BAB IV Analisis dan Evaluasi Data

Pada bab ini dijelaskan dan diuraikan tentang pengkajian data yang dikumpulkan dari hasil penelitian dan selanjutnya dianalisis secara mendetail, yaitu tentang pembahasan prosedur penerimaan dan realisasi pajak parkir pada Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi. BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yag bersifat membangun bagi objek penelitian untuk kesempurnaan penelitian.


(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN

KOTA TEBING TINGGI

A. Sejarah Berdirinya Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi dibentuk berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 23 Tahun 1989 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II Tebing Tinggi Nomor : 188.342.10 / tahun 1990 Tanggal 19 November 1990.

Kemudian Berdasarkan Peraturan Nomor 2 Tahun 2001 tentang pembentukan susunan organisasi dinas di Kota Tebing Tinggi ditetapkan melalui SK Walikota Tebing Tinggi Nomor : 061.1 / 249.8d Tahun 2001 tentang Penjabaran tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.

Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi berdiri pada tanggal 16 Oktober 1993 yang dulunya beralamat di Jln. Gunung Lauser Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi dan diresmikan oleh Bapak Gubernur KDH Tk I Sumatera Utara. Sekarang alamat baru Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi di Jln. Gunung Agung No.1 Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.Nomor Telepon : (0621) 23837.


(14)

B. Tujuan dan Fungsi serta Tugas Pokok Berdirinya Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

 Adapun tujuan berdirinya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi adalah :

1.Untuk mengatur pendapatan pajak / retribusi pada Kota Tebing Tinggi 2.Untuk memperlancar laju pertumbuhan pembangunan Kota Tebing Tinggi. 3.Untuk memperlaju pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi.

 Adapun fungsi dan tugas pokok Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi yaitu :

1. Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan

rumah tangga dalam bidang pendapatan daerah dan tugas-tugas lainnya yang disarankan oleh Kepala Daerah kepadanya.

2. Melakukan perumusan oleh Kepala Daerah dan kebijaksanaan teknis

terhadap tugas-tugas yang diserahkan oleh Walikota.

3. Melakukan koordinasi, bimbingan dan pengendalian serta pengawasan

terhadap kegiatan pemungut pendapatan daerah, menyusun program dalam rangka peningkatan / pengembangan pendapatan daerah berdasarkan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan pengolahan pendapatan daerah.

4. Membuat rancangan Peraturan Daerah tentang Pungutan Daerah.

5. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan objek atas subjek pajak dan

retribusi daerah.

6. Menetapkan sejumlah pajak terutang, dan memeriksa kebenaran data


(15)

7. Mencatat dan meneliti pembayaran / penyetoran, melaksanakan proses penagihan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

8. Melakukan restitusi / pengembalian atau pemindahbukuan dan melayani

keberatan dan permohonan banding dari wajib pajak.

9. Melaksanakan Pemungutan Retribusi Daerah dan pendapatan lainnya serta

mengatur pentatausahaannya.

10. Meneliti, mencatat / membukukan , melegalisir / mensyahkan surat-surat berharga serta menyalurkan kepada instansi / Dinas pengelolaan pemungutan retribusi.

C. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

Setiap perusahan memiliki Visi dan misi masing-masing. Visi dan Misi ini bertujuan memotivasi karyawan untuk melakukan hal yang terbaik untuk memajukan perusahaan agar tercapai kesejahteraan bersama baik antara atasan maupun karyawannya.

Visi

Visi merupakan cara pandang kedepan dari suatu instansi yang mengandung gambaran cita-cita yang ingin dicapai pada masa yang akan datang adapun Visi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi adalah :

“MEWUJUDKAN PENDAPATAN DAERAH YANG OPTIMAL

PROFESIONALISME APARATUR DAN EFEKTIFITAS


(16)

Misi

Untuk mewujudkan misi yang telah ditetapkan, setiap instansi harus memiliki misi yang jelas . Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Adapun misi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi adalah :

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur yang profesional dalam

mengolah dan mengembangkan pendapatan daerah.

2. Mewujudkan efektivitas koordinasi dan instansi pengololah pendapatan

daerah.

3. Mewujudkan pendapatan daerah yang optimal melalui intensifikasi / objek

pajak / retribusi.

D. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi Struktur organisasi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi adalah:

1.Kepala Dinas

2.Sekretariat, terdiri dari :

a) Sub Bagian umum dan Kepegawaian

b) Sub Bagian Program dan Perundang-undangan

c) Sub Bagian Keuangan

3. Bidang Pendapatan Dana Bagi Hasil terdiri dari :

a) Seksi Dana Bagi Hasil Pusat


(17)

c) Seksi Dana Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak 4. Bidang Pendapatan Pajak Daerah, terdiri dari :

a) Seksi Pendataan dan Penetapan Pajak Daerah

b) Seksi Penagihan dan Pembukuan Pajak Daerah

c) Seksi Verifikasi dan Penanganan keluhan Pajak daerah 5. Bidang Pendapatan Retribusi Daerah, terdiri dari :

a) Seksi Pendataan dan Penetapan Retribusi Daerah

b) Seksi Penagihan dan Pembukuan Retribusi Daerah

c) Seksi Verifikasi dan Penanganan keluhan Retribusi daerah 6. Bidang Pasar, terdiri dari :

a) Seksi Pengutipan Retribusi Pasar b) Seksi Ketertiban dan Penataan Pasar

c) Seksi Pendataan dan Pengembangan Pasar.

7. Kelompok Jabatan Fungsional 8. Unit Pelaksanaan Teknik Dinas

E.Tugas Pokok dan Fungsi 1. Kepala Kantor

Adapun tugas dari Kepala Kantor antara lain :

 Memimpin Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi dan bertanggung jawab atas


(18)

 Mengontrol semua kegiatan pegawai

 Menyusun dan membuat laporan pertanggung jawabkan pelaksanaan yang

akan diajukan dan disetujui oleh walikota 2. Sekretaris

Tugasnya antara lain :

 Memimpin pelaksanaan tugas kesekretariatan.

 Menyusun Rencana dan program kerja sekretariat

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Membimbing hasil kerja bwahan dan mengevaluasi kerja bawahan dalam

upaya meningkatkan produktivitas kerja

 Mengkoordinasikan penyusunan program kerja, penyelenggaraan kegiatan

dan pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kearsipan serta kerumah tanggaan

 Mengajukan usulan kebutuhan dari pengembangan SDM

 Mengoreksi surat atau naskah dinas dan mengendalikan pelaksanaan

administrasi umum baik surat masuk/keluar maupun naskah dinas

 Memberikan saran pertimbangan kepada atasan

 Mempersiapkan dan menyusun rancangan produk hukum daerah di bidang


(19)

 Mengkoordinasikan penyusunan sistem dan prosedur serta menyusun Standar Pelayanan Minimal beserta indikator kinerja Dinas Pendapatan

 Mengkoordinasikan penyusunan laporan kegiatan dinas secara periodik

dan insidentil

 Mengkoordinasikan penyusunan RKA dan DPA lingkup Dinas

 Melaksanakan kordinasi dengan instansi yang terkait

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

kesekretariatan.

3. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Tugasnya adalah :

 Memimpin pelaksanaan tugas sub bagian umum dan kepegawaian

 Menyusun rencana dan program kerja sub bagian umum dan kepegawaian

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan surat menyurat, kearsipan, aset

dan kerumahtanggaan

 Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU), Rencana Tahunan

Barang Unit (RTBU), pengadaan barang lingkup Dinas

 Melaksanakan perencanaan SDM melalui usulan kebutuhan, pemanfaatan


(20)

 Melaksanakan usulan pengembangan SDM melalui diklat atau pelatihan teknis, tugas belajar, izin belajar dan lainnya

 Menyiapkan bahan pembinaan kepegawaian

 Menyelengarakan pengelolaan administrasi kepegawaian meliputi

penyusunan DUK, Nominatif pegawai, penyiapan DP 3, pembuatan Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga (SKUM PTK), pengusulan kenaikan pangkat , gaji berkala, pengusulan pembuatan Karis/karsu, karpeg, askes, pembuatan absen pegawai dan administrasi kepegawaian lainnya

 Membuat laporan kegiatan bulanan, tri wulan , tahunan dan insidentil

kepada atasan langsung

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas Sub

bagian umum

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

4. Kepala Sub Bagian Program dan Perundang-undangan Memiliki tugas antara lain :

 Memimpin pelaksanaan tugas sub bagian program dan

perundang-undangan


(21)

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan

 Menyusun rencana dan program kerja serta rencana anggaran bidang

pendapatan

 Menyusun Laporan Keterangan Pertanggung jawaban (LKPJ), Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) dan laporan lainnya dalam lingkup dinas

 Melaksanakan koordinasi dengan bidang-bidang dalam menyusun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja (Renja) lingkup Dinas

 Melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang pendapatan

 Menghimpun data,informasi dan dokumentasi sebagai bahan penyusunan

evaluasi dan pelaporan lingkup dinas

 Melaksanakan pemutahiran dan validasi data

 Melaksanakan dan mengoordinasikan perumusan perundang-undangan,

telaahan hukum, pengembangan hukum serta penyiapan bahan pertimbangan atas masalah yang timbul dalam pelaksanaan tugas

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas sub


(22)

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya 5. Kepala Sub Bagian Keuangan

Tugasnya adalah :

 Memimpin pelaksanaan tugas Sub Bagian Keuangan

 Menyusun rencana dan program kerja sub bagian keuangan

 Menyusun konsep naskah dinas yang berkaitan dengan sub bagian

keuangan

 Melaksanakan penyusunan dan pengelolaan anggaran

 Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi

penerimaan, pembukuan, penyimpanan, pembayaran, dan penyetoran pendapatan

 Mengelola gaji dan tunjangan pegawai

 Mengkordinir penyusunan RKA dan DPA, penyerapan dana program dan

pelaporan

 Memproses dan menghimpun laporan keuangan dana-dana yang

bersumber dari bantuan pemerintah, pemerintah provinsi, bantuan luar negeri dan lainnya

 Membuat laporan realisasi keuangan bulanan, triwulan, tahunan/ neraca

dinas dan insidentil kepada atasan langsung

 Menghimpun dan menyusun RKA dan melaksanakan DPA


(23)

 Memberi saran pertimbangan kepada atasan

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas sub

bagian keuangan

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

6. Kepala Bidang Pendapatan Dana Bagi Hasil Tugasnya antara lain :

 Memimpin pelaksanaan tugas bidang dana bagi hasil.

 Menyusun Rencana dan program kerja bidang dana bagi hasil

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Membimbing hasil kerja bwahan dan mengevaluasi kerja bawahan dalam

upaya meningkatkan produktivitas kerja

 Merumuskan penyusunan RKA dan DPA lingkup Dinas

 Melaksanakan kordinasi dengan instansi yang terkait

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

dana bagi hasil

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

7. Kepala Seksi Dana Bagi Hasil Pusat Memiliki tugas :

 Memimpin pelaksanaan tugas bidang dana bagi hasil pusat.


(24)

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan.

 Penyiapan data rencana penerimaan dana bagi hasil pusat

 Penatausahaan dana bagi hasil pusat

 Membuat laporan realisasi penerimaan dana bagi hasil pusat

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi dana bagi hasil pusat

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

8. Kepala Seksi Dana Bagi Hasil Provinsi Tugasnya adalah :

 Memimpin pelaksanaan tugas bidang dana bagi hasil provinsi.

 Menyusun Rencana dan program kerja bidang dana bagi hasil provinsi

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Penyiapan data rencana penerimaan dana bagi hasil provinsi

 Membuat laporan realisasi penerimaan dana bagi hasil provinsi

 Menghimpun dan menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Memberi saran pertimbangan kepada atasan

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi dana bagi hasil provinsi


(25)

9. Kepala Seksi Bagi Hasil Pajak Dan Non Pajak Tugasnya antara lain :

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi bagi hasil pajak dan non pajak.

 Menyusun Rencana dan program kerja seksi bagi hasil pajak dan non

pajak.

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Membimbing hasil kerja bwahan dan mengevaluasi kerja

 Melaksanakan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak terhutang

(SPPT) dan Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) PBB

 Melaksanakan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

 Melaksanakan penatausahaan dan menyusun laporan realisasi Penerimaan

dana perimbangan serta bagi hasil pajak lainnya

 Melaksanakan urusan penerimaan hibah dan non pajak

 Melaksanakan penetapan kebijakan pengelolaan BUMD

 Menghimpun dan menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Memberi saran pertimbangan kepada atasan

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi bagi hasil pajak dan non pajak


(26)

10. Kepala Bidang Pendapatan Pajak Daerah Tugasnya adalah

 Memimpin pelaksanaan tugas bidang pendapatan pajak daerah.

 Menyusun Rencana dan program kerja bidang pendapatan pajak daerah.

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan bawahan

 Menghimpun dan menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Memberi saran pertimbangan kepada atasan

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

bidang pendapatan pajak daerah

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

11. Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan Pajak Daerah Tugasnya adalah :

 Memimpin pelaksanaan tugas bidang pendataan dan penetapan pajak

daerah.

 Menyusun Rencana dan program kerja bidang pendataan dan penetapan

pajak daerah.

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.


(27)

 Melaksanakan pendataan dan pendaftaran objek dan wajib pajak daerah

 Melaksanakan perhitungan penetapan pokok pajak daerah dan perhitungan

denda serta sanksi lainnya.

 Melaksanakan penetapan pajak daerah kepada wajib pajak melalui surat

pemberitahuan pajak daerah dan menerbitkan NPWPD

 Menghimpun data dan membuat Kartu Tanda serta menyusun Daftar

induk wajib pajak.

 Menyusun rencana dan melaksanakan pemeriksaan objek pajak daerah

dan menatausahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak daerah

 Menghimpun dan menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Memberi saran pertimbangan kepada atasan

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

bidang pendataan dan penetapan pajak daerah

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

12. Seksi Penagihan dan Pembukuan Pajak Daerah Memiliki tugas :

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi penagihan dan pembukuan pajak

daerah.

 Menyusun Rencana dan program kerja seksi penagihan dan pembukuan


(28)

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan.

 Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah

 Melaksanakan pembukuan penerimaan pajak daerah, menyiapkan laporan

tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Memberi saran pertimbangan kepada atasan

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi penagihan pembukuan pajak daerah

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

13. Kepala Seksi Verifikasi dan Penanganan Keluhan Pajak daerah Tugasnya ialah :

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi verifikasi dan Penanganan keluhan

pajak daerah

 Menyusun Rencana dan program kerja seksi verifikasi dan penanganan

keluhan pajak daerah.

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Melaksanakan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah

 Menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak


(29)

pemindahbukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan dinas tentang pemberian restitusi dan pemindahbukuan.

 Menerima surat keberatan dari wajib pajak daerah dan meneliti keberatan

wajib pajak daerah serta membuat pertimbangan atas keberatan wajib pajak daerah

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi verifikasi dan penanganan keluhan pajak daerah

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

14. Kepala Bidang Pendapatan Retribusi daerah Memiliki tugas

 Memimpin pelaksanaan tugas bidang pendapatan retribusi daerah

 Menyusun Rencana dan program kerja bidang pendapatan retribusi daerah

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

bidang pendapatan retribusi daerah


(30)

15. Kepala Seksi Pendataan dan Penetapan retribusi daerah Tugasnya adalah

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi pendataan dan penetapan retribusi

daerah

 Menyusun Rencana dan program kerja seksi pendataan dan penetapan

retribusi daerah

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan bawahan

 Melaksanaan pendataan objek retribusi daerah

 Melaksanakan perhitungan penetapan pokok retribusi daerah dan

perhitungan denda serta sanksi lainnya

 Melaksanakan penetapan retribusi daerah kepada Wajib Retribusi melalui

Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah dan menerbitkan SKRD

 Menyusun rencana dan melaksanakan pemeriksaan objek retribusi daerah

dan mentatausahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek retribusi daerah

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi pendataan dan penetapan retribusi daerah


(31)

16. Kepala Seksi Penagihan dan Pembukuan Retribusi Daerah Tugasnya :

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi penagihan dan pembukuan retribusi

daerah

 Menyusun Rencana dan program kerja seksi pendataan dan penetapan

retribusi daerah

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Melaksanakan penagihan atas tunggakan retribusi daerah

 Melaksanakan pembukuan penerimaan retribusi daerah, menyampaikan

laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan Retribusi daerah

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi penagihan dan pembukuan retribusi daerah

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

17. Kepala Seksi Verifikasi dan Penanganan keluhan Retribusi Daerah Tugasnya adalah :

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi verifikasi dan Penanganan keluhan

Retribusi daerah

 Menyusun Rencana dan program kerja seksi Verifikasi dan penanganan


(32)

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan.

 Melaksanakan verivikasi tentang penetapan dan penerimaan retribusi

daerah

 Menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak

daerah, meneliti kelebihan retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi atau pemindahbukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan dinas tentang pemberian restitusi dan pemindahbukuan.

 Menerima surat keberatan dari wajib retribusi daerah dan meneliti

keberatan wajib pajak daerah serta membuat pertimbangan atas keberatan wajib retribusi daerah

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi verifikasi dan penanganan retribusi daerah

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

18. Kepala Bidang Pasar Tugasnya antara lain:

 Memimpin pelaksanaan tugas bidang pasar

 Menyusun Rencana dan program kerja bidang pasar

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas


(33)

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

bidang pasar

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

19. Kepala Seksi Pengutipan Retribusi Pasar Tugasnya :

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi pengutipan retribusi pasar

 Menyusun Rencana dan program kerja seksi pengutipan retribusi pasar

 Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan.

 Mengkordinasi dan mengawasi kegiatan pengutipan retribusi pasar,

mengevaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pengutipan retribusi pasar

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi pengutipan retribusi pasar

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

20. Kepala Seksi Ketertiban dan Penataan Pasar Tugasnya adalah

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi ketertiban dan penataan pasar


(34)

 Melaksanakan semua kegiatan ketertiban tempat-tempat berjualan di pasar

 Melaksanakan semua kegiatan penataan tempat-tempat berjualan di pasar

 Melaksanakan operasi penggusuran, melaksanakan pengambilan alihan

hak sewa Ruko, Kios dan Stand dari penyewa yang menunggak

 Melaksanakan kordinasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan tugas

operasi penertiban pasar

 Menyusun RKA dan melaksanakan DPA

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas

seksi ketertiban dan penataan pasar

 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

21. Kepala Seksi Pendataan dan Pengembangan Pasar Tugasnya antara lain :

 Memimpin pelaksanaan tugas seksi pendataan dan pengembangan pasar

 Menyusun Rencana dan program kerja seksi pendataan dan

pengembangan pasar

 Melaksanakan pendataan jumlah Ruko, Kios dan Stand serta jumlah

pedagang Penyewa ruko, kios dan stand di Pasar daerah

 Melaksanakan kegiatan dalam bidang kebersihan lingkungan pasar,

perawatan bangunan pasar dan mencegah terjadinya gangguan keamanan , banjir dan kebakaran


(35)

 Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala dinas tentang langkah-langkah dipertimbangkan untuk pengembangan pasar

 Menyusun laporan dan mempertanggung jawab

kan pelaksanaan tugas seksi pendataan dan pengembangan pasar


(36)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PARKIR

A. Pengertian Pajak Parkir

Sebelum membahas masalah Pajak Parkir, ada baiknya kita mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Pajak Daerah dan apa dasar hukumnya.

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Dasar hukum Pajak Daerah adalah UU No. 18 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No.34 Tahun 2000.

Pajak Daerah dikelola oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah berbeda dengan Pajak Pusat yang dikelola oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak (DJP). Pajak Daerah ini terdiri dari Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten / Kota.

Pajak Provinsi ada 4 jenis yaitu :

1. Pajak Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air.

2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

3. Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air Permukaan.

4. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Diatas Air. Sedangkan Pajak Kabupaten / Kota yaitu :

1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran


(37)

3. Pajak Hiburan 4. Pajakn Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C

7. Pajak Parkir

Dapat kita lihat bahwa Pajak Parkir merupakan salah satu dari Pajak Kabupaten / Kota. Dalam hal ini Pajak Parkir dikelola Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi. Tetapi Pajak Parkir diDinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi memiliki nama yang berbeda yaitu Pajak Perparkiran dan Penyimpanan Kendaraan Bermotor. Selain itu Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi juga mengelola Retribusi Parkir yang dikelola oleh Dinas Perhubungan. Retribusi Parkir itu sendiri memiliki definisi yaitu Retribusi yang dikenakan atas penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

Dan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2001, Pajak Perparkiran dan Penyimpanan Kendaraan Bermotor adalah “ Pajak yang dikenakan pada setiap pelayanan perparkiran dan penyimpanan kendaraan bermotor”.

B. Ketentuan Pajak Parkir dalam Perundang-undangan

Ketentuan Umum Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2001 1. Daerah adalah Kota Tebing Tinggi

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Tebing Tinggi 3. Kepala Daerah adalah Walikota Tebing Tinggi

4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Perpajakan Daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

5. Dinas Perhubungan Kota Tebing Tinggi adalah Unsur Pelaksana Pemerintah


(38)

6. Usaha Perparkiran adalah Usaha Parkir Kendaraan Bermotor yang diselenggarakan oleh orang atau badan hukum dengan memungut bayaran (biaya)

7. Garasi adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat

menyimpan kendaraan bermotor dengan dipungut bayaran

8. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD) adalah Surat yang oleh Wajib

Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan / atau pajak terhutang menurut Peraturan Perundang-undangan Pajak Daerah

9. Surat Setoran Pajak Daerah ( SSPD) adalah surat yang oleh Wajib Pajak

digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terhutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah 10. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) adalah Surat

Ketetapan Pajak Daerah yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang,jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar

11. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan

12. Surat Ketetapan Pajak daerah Lebih Bayar (SKPDLB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terhutang atau tidak seharusnya terutang

13.

Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD ) adalah surat untuk melakukan tagihan

pajak dan / atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

Objek dan Subjek Pajak

1. Objek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan fasilitasnya oleh Badan Swasta dengan pembayaran Objek Pajak, meliputi :


(39)

a. Fasilitas Tempat Parkir

b. Fasilitas Tempat Panyimpanan Mobil Pribadi

c. Fasilitas Tempat Penyimpanan Mobil Barang / Orang

2. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas Tempat parkir dan Penyimpanan Kendaraan Bermotor

3. Wajib Pajak Adalah Orang pribadi atau badan yang menyediakan Perparkiran dan Penyimpanan Kendaraan Bermotor.

Dasar Pengenaan, Tarif Pajak dan Cara Perhitungan

1. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada

orang pribadi maupun perusahaan yang menyelenggarakan tempat parkir / penyimpanan kendaraan bermotor

2. Tarif pajak ditetapkan sebesar 15 %

3. Besarnya Pajak Terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak

dengan dasar pengenaan pajak

4. Pengecualian terhadap objek Pajak adalah setiap kegiatan pada :

a. Penyelenggaraan Tempat Parkir oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Kota

b. Penyelenggaraan Tempat Parkir Lainnya yang diatur oleh Peraturan

Daerah.

5. Contoh Perhitungan Pajak:


(40)

Sebuah garasi tempat Perparkiran dan Penyimpanan Kendaraan Bermotor Berdasarkan Nota (Register ) Pembukuan pada bulan September 2003 memperoleh total pembayaran Dari jasa Pelayanan yang diberikan sebesar Rp. 7500.000

Perhitungan Pajaknya:

Pajak September 2003 : tarif pajak x jumlah pembayaran ( omset ) : 15 % x Rp. 7.500.000

: Rp. 1.125.000

C. Tata Cara Penagihan Pajak

1. Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak yang dikeluarkan 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran

2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal diterimanya Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang Sejenisnya, wajib pajak harus melunasi pajak yang terhutang

3. Surat Teguran, Surat Peringatan, atau Surat lain yang sejenisnya dikeluarkan oleh pejabat

4. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang Sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar / ditagih dengan surat paksa


(41)

5. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 hari sejak tanggal Surat Teguran, Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis

6. Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa , Pejabat segera menerbitkan surat perintah melaksanakan Penyitaan dan Pencabutan Izin Usaha

7. Setelah dilakukan Pencabutan Izin Usaha dan Wajib pajak belum juga

melunasi utang pajaknya setelah lewat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melaksanakan Penyegelan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara

8. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari , tanggal, jam dan tempat

pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.


(42)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Prosedur Penerimaan Pajak Parkir 1. Pendaftaran

Setiap penyelenggara parkir wajib membayar pajak atas penyelenggaraan parkirnya , namun sebelumnya ia harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu di Dinas Pendapatan Daerah. Pendaftaran terdiri dari kegiatan mengisi formulir pendaftaran dan pendataan. Setelah itu seksi penetapan menyerahkan formulir yang harus di isi oleh calon Wajib pajak, didalamnya calon Wajib Pajak tersebut harus mencantumkan nomor Surat Izin Usaha yang dapat diperoleh diKP2T beserta data-data lain yang diperlukan. Apabila masih terdapat kesalahan dalam pengisian maka formulir tersebut dikembalikan untuk diperbaiki. Jika sudah benar akan diberi tanda dan tanggal yang akhirnya akan dimasukkan kedalam Daftar Induk Wajib Pajak dan untuk si Wajib Pajak akan diberikan NPWPD ( Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah ).

2. Membayar Pajak

Wajib Pajak yang telah melakukan pendaftaran harus mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah) SPTPD ini harus di isi dengan jelas , benar dan lengkap. Bentuk isi serta tata cara pengisian ditetapkan oleh Kepala Daerah. Setelah SPTPD di isi harus ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya setelah itu


(43)

disampaikan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 15 hari setelah berakhirnya Masa Pajak.

Berdasarkan SPTPD, Kepala Daerah menetapkan Pajak Terutang dengan cara menerbitkan SKPD, dengan SKPD tersebut, Wajib Pajak telah mengetahui berapa besarnya jumlah Pokok Pajak. Adapun SKPD tersebut terdiri dari 3 lembar. Lembar ke 1 (warna putih ) diberikan kepada Wajib Pajak, Lembar Ke-2 (warna merah ) untuk BKP Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi, lembar ke-3 (warna kuning ) untuk Seksi Pembukuan, lembar ke 4 warna biru muda untuk Seksi Penagihan, lembar ke-5 warna hijau muda digunakan sebagai arsip. Sebelum SKPD tersebut diberikan kepada Wajib Pajak terlebih dahulu harus ditanda tangani oleh Kepala Unit Kerja Penetapan atas nama Kepala Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi . Setelah Wajib Pajak mengetahui pokok pajak yang terhutang maka Wajib Pajak dapat

melakukan pembayaran. Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang ditetapkan dalam SPTPD atau SKPD. Dalam melakukan pembayaran, Wajib Pajak menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

Apabila Wajib Pajak telah menerima SKPD, dan SKPD ini tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak setelah lewat waktu paling lambat 30 hari sejak SKPD ini diterima , maka akan dikenakan sanksi berupa bunga 2 % perbulan. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.


(44)

Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terhutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

Selain itu, Kepala Daerah juga dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan denda 2 % sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Persyaratan untuk menunda maupun mengangsur pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan ditetapkan oleh Kepala Daerah. Setiap pembayaran diberikan tanda bukti pembayaran.

Realisasi Pajak Parkir

TAHUN TARGET REALISASI PERSENTASE

2006 9.960.000 9.960.000 100%

2007 9.960.000 9.960.000 100%

2008 10.458.000 12.465.000 119.19%


(45)

Analisis Data Tahun 2006

Target pajak parkir yang ditetapkan oleh Kepala Daerah pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 9.960.000 sedangkan untuk realisasinya adalah sebesar Rp.9.960.000.maka dapat kita lihat realisasinya sama dengan target yang ingin dicapai.yaitu mencapai 100 %. Dan dari data-data yang telah diberikan, target untuk tahun 2006 sama dengan 2 tahun sebelumnya. Menurut pihak Dinas Pendapatan sendiri hal itu disebabkan oleh keadaan Wajib Pajak yang masih sangat terbatas jadi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi tidak menaikkannya.

Analisis Data Tahun 2007

Target pajak parkir yang ditetapkan oleh kepala daerah pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 9.960.000 dan realisasinya adalah Rp.9.960.000. Target ini tetap dikarenakan keadaan Wajib pajak yang masih terbatas jadi pihak dinas tetap tidak menaikkan targetnya.

Analisis Data Tahun 2008

Target pajak parkir yang ditetapkan oleh kepala daerah adalah Rp. 10.458.000 dan realisasinya adalah Rp. 12.465.000. Dapat kita lihat bahwa target yang ditetapkan telah meningkat dan juga hasil realisasinya yang sudah melebihi target yaitu Rp. 2.007.000 atau dalam persentase yaitu119.19 %. Persentase diperoleh dari :


(46)

Rp. 12.465.000 x 100% = 119.19% Rp. 10.458.000

Peningkatan itu terjadi dikarenakan keadaan Wajib pajak yang sudah mulai meningkat, hal ini juga tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi.Usaha-usaha yang dilakukan antara lain :

1. Pendekatan secara personal dengan Wajib Pajak sehingga timbul rasa saling percaya, karena dengan adanya rasa saling percaya ini wajib Pajak tidak akan ragu untuk memberikan data-data yang benar mengenai jumlah pajaknya ataupun data-data lainnya yang memang diperlukan.

2. Pemberian pengarahan dan penyuluhan kepada Wajib Pajak yang belum

memahami prosedur dan tatacara pembayaran Pajak Parkir. Dengan begitu akan menghilangkan anggapan bahwa membayar pajak merupakan kegiatan yang rumit atau menyusahkan.

3. Ekstensifikasi Wajib Pajak yaitu pencarian Wajib Pajak baru yang belum terdata. yaitu dengan lebih aktif lagi memantau kegiatan atau usaha-usaha perparkiran di daerah Kota Tebing Tinggi.

4. Intensifikasi Wajib Pajak yaitu memaksimalkan jumlah pajak yang dipungut dengan memantau kegiatan usaha. Karena dengan begitu kita akan lebih cepat mengetahui keadaan terbaru dari si wajib pajak

5. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian secara terus menerus agar penyimpangan dalam perpajakan dapat ditekan serendah mungkin. Dengan cara melakukan kunjungan mendadak kelokasi tempat usaha.


(47)

B. Objek , Subjek Pajak Parkir dan Dasar Pengenaan Pajak Parkir

1. Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan fasilitasnya oleh Badan

Swasta dengan pembayaran.maksudnya, apabila pengendara ataupun orang yang mendapatkan pelayanan parkir dan melakukan pembayaran kepada pengelola parkir maka akan menimbulkan objek pajak, jika tidak melakukan pembayaran maka objek pajak parkir tidak akan timbul. Objek Pajak, meliputi:

- Fasilitas Tempat parkir

- Fasilitas Tempat Panyimpanan Mobil Pribadi

- Fasilitas Tempat Penyimpanan Mobil Barang / Orang

- Fasilitas Tempat Penitipan Kendaraan Bermotor

- Fasilitas Garasi Tempat Penyimpanan Kendaraan Bermotor atau

Sejenisnya

2. Pengecualian dari pengenaan pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah kota, penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur oleh Peraturan Daerah termasuk didalamnya konsulat,mesjid, gereja, serta tempat ibadah lainnya

3. Subjek Pajak Parkir adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan

pembayaran atas Tempat Perparkiran dan Kendaraan Bermotor.dengan kata lain Subjek Pajak Parkir timbul karena Orang Pribadi atau Badan memberikan pelayanan parkir untuk tujuan komersil.Namun jika Orang Pribadi atau Badan itu menyelenggarakan pelayanan parkir namun tidak memungut biaya atau mengkomersilkannya maka tidak akan timbul Subjek pajak Parkir


(48)

4. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir,dasar pengenaan pajak parkir didasarkan pada klasifikasi tempat parkir , daya tampung, dan frekuensi kendaraan bermotor.setiap kendaraan bermotor yang parkir pada tempat parkir diluar badan jalan akan dikenakan tarif parkir yang ditetapkan oleh pengelola.

5. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 20% dan ditetapkan dengan peraturan kabupaten / kota yang bersangkutan.Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten / kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten / kota.dengan demikian, setiap daerah kabupaten/ kota diberikan kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan kota/ kabupaten lain, asalkan tidak melebihi 20%.Untuk Kota Tebing Tinggi sendiri,tarif Pajak Parkir dikenakan sebesar 15%.

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pencapaian Target Pajak Parkir Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi dalam hail ini adalah seksi pajak daerah dalam melaksanakan tugasnya sering mengalami berbagai kendala maupun hambatan.Adapun kendala dan hambatan yang terjadi adalah:

- Rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, hal ini mungkin

dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya Wajib Pajak akan pentingnya pajak dalam pembangunan. Padahal jika pajak telah dikutip


(49)

dengan benar dan maksimal maka pembangunan Kota Tebing Tinggi akan lebih cepat.

- Ada pengusaha parkir yang enggan memberikan data sebenarnya dengan

berbagai alasan. Hal ini timbul disebabnya adanya rasa kurang percaya pengusaha parkir terhadap petugas.Dengan kata lain mereka takut petugas akan menarik pajak tidak sesuai dengan ketentuan atau lebih dari pajak yang terutang sebenarnya.

- Keengganan Wajib Pajak membayar langsung ke Kas Daerah maupun Kantor

Dinas Pendapatan Daerah, sehingga petugas harus mendatangi Wajib Pajak Langsung dan mengutip Pajak Parkir tersebut. Ini merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini dikarenakan Wajib Pajak yang terlalu sibuk atau disebabkan karena Wajib pajak memandang sebelah mata akan pentingnya membayar pajak.

- Sikap beberapa pengusaha parkir yang kurang bersahabat dengan tidak berada ditempat waktu petugas datang untuk mengutip. Terjadi disebabkan Wajib pajak itu sendiri ingin menghindari petugas pajak. Malah terkadang mereka sengaja menyangkal bahwa mereka bukan pemilik usaha tersebut.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sebagai hasil akhir dari keseluruhan PKLM yang dilaksanakan di Dinas Pandapatan Tebing Tinggi dapatlah dianbil kesimpulan :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak parkir :

- Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak

- Banyaknya atau sedikitnya tempat pelataran parkir atau penitipan

kendaraan untuk pelayanan parkir

- Pendekatan secara personal terhadap penyelenggara parkir

- Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Pendapatan

2. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan untuk meningkatkan

penerimaan Pajak Parkir

- Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang peranan Pajak

Daerah dalam pembangunan daerah

- Meningkatkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi

- Melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha perparkiran dan


(51)

B. Saran

Sebagai hasil akhir dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis juga

mempunyai saran-saran yang mungkin bermanfaat dan memotivasi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi maupun Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan Koordinasi antara pihak Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

dengan para pemilik pelayanan parkir

2. Intensifikasi yaitu dengan cara pengawasan usaha parkir

3. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pajak bagi

pembangunan

4. Penerapan sanksi-sanksi perpajakan yang lebih tegas

5. Peningkatan kerjasama antara pihak Dinas Pendapatan dengan pihak


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang P. Kesit. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah, Yogyakarta : Tim UII Press

Mardiasmo. 2002. Perpajakan, Yogyakarta : Andi

Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Undang-undang No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 34 tahun 2000, tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.18 Tahun 1997, tentang Pajak dan Retribusi Daerah

Peraturan Pemerintah No. 65 dan No. 66 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 11 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir

Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 13 Tahun 2009 tentang Struktur Organisasi Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 120 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah Lainnya, serta Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II Seluruh Wilayah Indonesia.


(1)

B. Objek , Subjek Pajak Parkir dan Dasar Pengenaan Pajak Parkir

1. Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan fasilitasnya oleh Badan Swasta dengan pembayaran.maksudnya, apabila pengendara ataupun orang yang mendapatkan pelayanan parkir dan melakukan pembayaran kepada pengelola parkir maka akan menimbulkan objek pajak, jika tidak melakukan pembayaran maka objek pajak parkir tidak akan timbul. Objek Pajak, meliputi:

- Fasilitas Tempat parkir

- Fasilitas Tempat Panyimpanan Mobil Pribadi

- Fasilitas Tempat Penyimpanan Mobil Barang / Orang - Fasilitas Tempat Penitipan Kendaraan Bermotor

- Fasilitas Garasi Tempat Penyimpanan Kendaraan Bermotor atau Sejenisnya

2. Pengecualian dari pengenaan pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah kota, penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur oleh Peraturan Daerah termasuk didalamnya konsulat,mesjid, gereja, serta tempat ibadah lainnya

3. Subjek Pajak Parkir adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran atas Tempat Perparkiran dan Kendaraan Bermotor.dengan kata lain Subjek Pajak Parkir timbul karena Orang Pribadi atau Badan memberikan pelayanan parkir untuk tujuan komersil.Namun jika Orang Pribadi atau Badan itu menyelenggarakan pelayanan parkir namun tidak memungut biaya atau


(2)

4. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir,dasar pengenaan pajak parkir didasarkan pada klasifikasi tempat parkir , daya tampung, dan frekuensi kendaraan bermotor.setiap kendaraan bermotor yang parkir pada tempat parkir diluar badan jalan akan dikenakan tarif parkir yang ditetapkan oleh pengelola.

5. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 20% dan ditetapkan dengan peraturan kabupaten / kota yang bersangkutan.Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten / kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten / kota.dengan demikian, setiap daerah kabupaten/ kota diberikan kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan kota/ kabupaten lain, asalkan tidak melebihi 20%.Untuk Kota Tebing Tinggi sendiri,tarif Pajak Parkir dikenakan sebesar 15%.

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pencapaian Target Pajak Parkir

Kantor Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi dalam hail ini adalah seksi pajak daerah dalam melaksanakan tugasnya sering mengalami berbagai kendala maupun hambatan.Adapun kendala dan hambatan yang terjadi adalah:

- Rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, hal ini mungkin dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya Wajib Pajak akan pentingnya pajak dalam pembangunan. Padahal jika pajak telah dikutip


(3)

dengan benar dan maksimal maka pembangunan Kota Tebing Tinggi akan lebih cepat.

- Ada pengusaha parkir yang enggan memberikan data sebenarnya dengan berbagai alasan. Hal ini timbul disebabnya adanya rasa kurang percaya pengusaha parkir terhadap petugas.Dengan kata lain mereka takut petugas akan menarik pajak tidak sesuai dengan ketentuan atau lebih dari pajak yang terutang sebenarnya.

- Keengganan Wajib Pajak membayar langsung ke Kas Daerah maupun Kantor Dinas Pendapatan Daerah, sehingga petugas harus mendatangi Wajib Pajak Langsung dan mengutip Pajak Parkir tersebut. Ini merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini dikarenakan Wajib Pajak yang terlalu sibuk atau disebabkan karena Wajib pajak memandang sebelah mata akan pentingnya membayar pajak.

- Sikap beberapa pengusaha parkir yang kurang bersahabat dengan tidak berada ditempat waktu petugas datang untuk mengutip. Terjadi disebabkan Wajib pajak itu sendiri ingin menghindari petugas pajak. Malah terkadang mereka sengaja menyangkal bahwa mereka bukan pemilik usaha tersebut.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sebagai hasil akhir dari keseluruhan PKLM yang dilaksanakan di Dinas Pandapatan Tebing Tinggi dapatlah dianbil kesimpulan :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak parkir :

- Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak

- Banyaknya atau sedikitnya tempat pelataran parkir atau penitipan kendaraan untuk pelayanan parkir

- Pendekatan secara personal terhadap penyelenggara parkir - Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas Dinas Pendapatan

2. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan untuk meningkatkan penerimaan Pajak Parkir

- Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang peranan Pajak Daerah dalam pembangunan daerah

- Meningkatkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

- Melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha perparkiran dan pengawasan terhadap penerimaan pajak parkir.


(5)

B. Saran

Sebagai hasil akhir dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis juga

mempunyai saran-saran yang mungkin bermanfaat dan memotivasi Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi maupun Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan Koordinasi antara pihak Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi dengan para pemilik pelayanan parkir

2. Intensifikasi yaitu dengan cara pengawasan usaha parkir

3. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pajak bagi pembangunan

4. Penerapan sanksi-sanksi perpajakan yang lebih tegas

5. Peningkatan kerjasama antara pihak Dinas Pendapatan dengan pihak Akademis


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang P. Kesit. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah, Yogyakarta : Tim UII Press

Mardiasmo. 2002. Perpajakan, Yogyakarta : Andi

Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Undang-undang No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah

Undang-undang No. 34 tahun 2000, tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.18 Tahun 1997, tentang Pajak dan Retribusi Daerah

Peraturan Pemerintah No. 65 dan No. 66 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 11 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir

Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi No. 13 Tahun 2009 tentang Struktur Organisasi Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 120 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah Lainnya, serta Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II Seluruh Wilayah Indonesia.