Teknik pengendalian gulma meliputi : pengendalian secara preventif, mekanisfisik, kultur teknis, hayati, genetis, kimiawi, dan terpadu Sembodo, 2010.
Pada umumnya teknik pengendalian yang sering dilakukan pada budidaya jagung
adalah secara mekanis, namun teknik ini akan mengalami kendala apabila pengusahaan tanaman jagung dalam skala luas dan adanya keterbatasan dalam waktu
dan tenaga kerja Sebayang, 2002 dalam Listyobudi, 2011. Oleh karena itu, teknik pengendalian yang tepat adalah dengan menggunakan teknik pengendalian kimiawi.
Teknik pengendalian kimiawi adalah teknik pengendalian gulma dengan
menggunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia atau kultur hayati yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Kelebihan
menggunakan herbisida dalam mengendalikan gulma adalah gulma dapat dikendaikan sejak dini, efisien dalam waktu, tenaga kerja dan biaya yang digunakan,
dapat mengendalikan gulma yang sulit dikendalikan dengan cara lain, dan dapat mencegah erosi serta mendukung konsep olah tanah konservasi OTK. Namun, ada
kekurangan dalam mengunakan herbisida yaitu dalam pengaplikasiannya memerlukan kecakapan khusus, memerlukan invenstasi alat aplikasi, dan kurang
mendukung kelestarian dan kualitas lingkungan Sembodo, 2010 2.3.3
Glifosat
Glifosat adalah herbisida sistemik dan nonselektif yang diplikasi pada post-
emergence untuk gulma semusim maupun tahunan. Cara kerja glifosat adalah menghambat kerja enzim 5-enolpyruvini-shikimate-3-phosphaate sintase EPSPS
dalam pembentukan asam amino aromatic seperti triptofan, tirosin dan fenilalanin, semuanya diperlukan untuk sisntesis protein Sanseman, 2007. Rumus molekul
herbisida glifosat adalah C
3
H
8
NO
5
P dengan rumus bangun seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur molekul glifosat N-phosphonomethylglycine Tomlin, 2004
Menurut Sembodo 2010 glifosat termasuk dalam golongan herbisida
organofosforus. Herbisida organofosforus akan aktif bekerja jika diaplikasikan melalui daun. Herbisida ini tidak aktif di dalam tanah karena mudah terdegradasi
atau terikat kuat oleh koloid tanah dan tidak ada degradasi dalam tubuh tumbuhan Sriyani, 2012.
Gejala pertama yang ditimbulkan dari penggunaan glifosat adalah pertumbuhan tumbuhan akan terhambat, kemudian daun akan terlihat menguning klorosis. Gejala
ini akan lambat muncul jika pada saat aplikasi keadaan lingkungannya dingin dan mendung. Lima sampai 10 hari setelah aplikasi, klorosis akan beubah menjadi
nekrosis dan tumbuhan akan mati Wiley, 2010. Apabila terjadi hujan sebelum 6 jam setelah aplikasi maka akan menurunkan daya racun herbisida glifosat ini
Sembodo, 2010.
P O
HO CH
2
NHCH
2
CO
2
H HO
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Kebun Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan
Desember 2012 sampai April 2013.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih jagung hibrida P31, pupuk NPK, herbisida
Grindup 480 SL bahan aktif isopropilamina IPA glifosat, dan karbofuran Furadan 3G.
Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer bernosel merah, ember plastik,
ruber bulb, kantong plastik, patok bambu, meteran, cangkul, sabit atau arit, oven, timbangan, moisture tester.
3.3
Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji
hipotesis, perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam penelitian ini
menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok RAK dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perlakuan herbisida glifosat
No Perlakuan
Dosis Formulasi lha
Glifosat kgha
1 TOT + Glifosat
2.25 1.08
2 TOT + Glifosat
3.00 1.44
3 TOT + Glifosat
3.75 1.80
4 TOT + Glifosat
4.50 2.16
5 TOT dan Penyiangan 2x
- -
6 OTS dan Penyiangan 2x
- -
7 Kontrol
- -
Keterangan : TOT = Tanpa Olah Tanah; OTS= Olah Tanah Sempurna Herbisida yang diuji adalah herbisida glifosat Grindup 480 SL dengan kadar
bahan aktif IPA glifosat 480 gl. Penyiangan manual dilakukan pada 3 dan 6 minggu setelah tanam MST. Sebagai pembanding yang digunakan untuk melihat
pengaruh herbisida terhadap tanaman jagung adalah pengendalian gulma secara manual tanpa olah tanah dan pengendalian secara manual dengan pengolahan
tanah secara sempurna. Untuk menilai pengaruh penggunaan herbisida terhadap pertumbuhan gulma digunakan perlakuan kontrol. Homogenitas ragam digunakan
uji Bartlett dan addivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data akan dianalisis dengan sidik ragam dan uji perbedaan nilai tengah perlakuan
akan diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf 5.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penentuan Petak Perlakuan
Lahan percobaan yang akan diberikan aplikasi herbisida glifosat pada berbagai
taraf dosis disiapkan tanpa pengolahan tanah. Selanjutnya, petak-petak percobaan dibuat sebanyak 24 petak perlakuan, dan 4 petak yang lain adalah
dengan olah tanah sempurna. Ukuran setiap petak 4 m x 7,5 m dan jarak antarpetak 1 m.
Ul 1 P1
P2 P3
P4 P5
P6 P7
Ul 2 P3
P4 P5
P6 P7
P1 P2
Ul 3 P5
P6 P7
P1 P2
P3 P4
Ul 4 P7
P1 P2
P3 P4
P5 P6
Gambar 2. Tata Letak Percobaan Keterangan:
P1 : TOT + glifosat 1,08 kgha P2 : TOT + glifosat 1,44 kgha
P3 : TOT + glifosat 1,80 kgha P4 : TOT + glifosat 2,16 kgha
P5 : TOT + penyiangan 2x P6 : OTS + penyiangan 2x
P7 : TOT Kontrol tanpa pengendalian gulma 3.4.2 Aplikasi Herbisida Glifosat
Aplikasi herbisida dilakukan pada setiap plot sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan. Herbisida diaplikasikan 1 kali pada 2 minggu sebelum tanam dan penutupan gulma sasaran lebih dari 75 dengan menggunakan sprayer punggung
bernosel warna merah. Sebelum dilakukan aplikasi, knapsack sprayer dikalibrasi
terlebih dahulu dengan menggunakan metode luas. Hasil dari kalibrasi knapsack sprayer yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah 400 lha.
3.4.3 Penanaman
Penanaman benih jagung dilakukan 2 MSA minggu setelah aplikasi. Jarak
tanam yang digunakan 80 cm x 20 cm. Metode penanaman dengan cara ditugal dan setiap lubang tanam diberi satu benih jagung. kemudian dilakukan pemberian
karbofuran pada setiap lubang tanam. Kegiatan pemupukan dilakukan pada saat umur 9 HST dengan menggunakan pupuk NPK Phonska 15:15:15 sebanyak 300
kgha dan urea 100 kgha dengan cara ditugal. Pemupukan kedua dan ketiga pada 21 HST dan 45 HST masing-masing menggunakan urea dengan dosis 100 kgha.
3.4.4 Pengambilan Sampel Gulma Pengambilan sampel gulma dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada 2 minggu
sebelum tanam, dan 2, 5 , dan 8 Minggu Setelah Aplikasi MSA di semua petak percobaan. Bagan pengambilan sampel gulma dari petak percobaan seperti
Gambar 3.
4 m
Gambar 3. Bagan pengambilan gulma dari masing-masing petak contoh seluas 0.5
m x 0.5 m dan petak panen pada tanaman tengah. Keterangan :
= Gulma pada petak contoh yang diambil saat aplikasi
= Gulma pada petak contoh yang diambil 0 MST
= Gulma pada petak contoh yang diambil 3 MST
= Gulma pada petak contoh yang diambil 6 MST
= Petak panen x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x
2 1
1 2
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
4 m 1 m
7.5 m
-2
1
2
-2 -2