4 m
Gambar 3. Bagan pengambilan gulma dari masing-masing petak contoh seluas 0.5
m x 0.5 m dan petak panen pada tanaman tengah. Keterangan :
= Gulma pada petak contoh yang diambil saat aplikasi
= Gulma pada petak contoh yang diambil 0 MST
= Gulma pada petak contoh yang diambil 3 MST
= Gulma pada petak contoh yang diambil 6 MST
= Petak panen x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x
2 1
1 2
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
x x
4 m 1 m
7.5 m
-2
1
2
-2 -2
3.5 Pengamatan Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan
pengamatan terhadap beberapa variabel berikut: 3.5.1 Gulma
1. Bobot kering gulma
Pengamatan bobot kering gulma dilakukan dengan cara mengambil gulma
dipotong tepat setinggi permukaan tanah pada 2 kuadran masing-masing berukuran 50 cm x 50 cm pada 0, 2, 5, dan 8 MSA sebanyak 2 kuadran setiap
petak, kemudian gulma dipilih sesuai jenisnya. Selanjutnya gulma dikeringkan dalam oven pada suhu 80
C selama 2 hari atau telah mencapai bobot konstan, kemudian ditimbang.
2. Summed Dominance Ratio SDR
Setelah didapat nilai bobot kering gulma, maka dapat dihitung SDR Summed
Dominance Ratio untuk masing-masing spesies pada petak percobaan dengan menggunakan rumus :
a. Dominansi Mutlak DM Bobot kering jenis gulma tertentu dalam petak contoh.
b. Dominansi Nisbi DN Dominansi Nisbi = DM satu spesies x 100
DM semua spesies c. Frekuensi Mutlak FM
Jumlah kemunculan gulma tertentu pada setiap ulangan.
d. Frekuensi Nisbi FN Frekuensi Nisbi FN = FM jenis gulma tertentu x 100
Total FM semua jenis gulma e. Nilai Penting NP
Jumlah nilai semua peubah nisbi yang digunakan DN + FN f.
Summed dominance ratio SDR Nilai Penting = NP
Jumlah peubah nisbi 2
Nilai SDR yang didapatkan akan digunakan untuk menghitung nilai koefisien
komunitas C yang dihitung dengan rumus: C = 2Wa+b x 100
Ketrangan : C = koefisien komunitas
W = jumlah komunitas dari dua nilai terendah yang dibandingkan untuk masing- masing komunitas
a = jumlah dari seluruh nilai SDR pada komunitas I b = jumlah dari seluruh nilai SDR pada komunitas II kontrol
jika nilai C lebih dari 75 maka dua komunitas yang dibandingkan dianggap
memiliki tingkat kesamaan komposisi Tjitrosoedirdjo dkk., 1984.
3.5.2 Tanaman
1. Populasi
Pengamatan populasi tanaman jagung dilakukan pada 1, 3, dan 6 MST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung semua tanaman jagung pada 3 baris
tengah petak percobaan seluas 18 m
2
.
2. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai daun terpanjang yang
dilakukan pada saat 3 dan 6 MST. Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter dengan menggunakan meteran. Jumlah tanaman yang diukur adalah 10
tanamanplot yang ditentukan secara acak pada 3 baris tengah petak perlakuan.
3. Hasil pipilan kering
Hasil pipilan kering diukur dari setiap petak yang berada di tengah petak
percobaan dengan luasan petak panen sebesar 18 m
2
. Produksi jagung diukur pada kadar air 14.
Bobot jagung pipilan kering panen dikonversikan pada bobot jagung pipilan
kering kadar air 14 dengan rumus: Bobot pipilan kering pada KA 14 = 100-Ka terukur x bobot panen pipilan
100-14 kering terukur