Perundingan Linggajati Perjuangan Secara Diplomasi

Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SDMI Kelas V 124 Ternyata Belanda memang tidak bisa dipegang janjinya. Belanda kembali mengingkari hasil perjanjian yang telah dibuat dengan Indonesia. Pada 19 Desember 1948 Belanda kembali melancarkan agresi militernya, yang dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda II. Dalam agresi ini Belanda berhasil merebut Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Indonesia. Belanda juga menangkap dan mengasingkan Sukarno-Hatta ke Pulau Bangka. Sebelum tertangkap, Presiden Sukarno berhasil menghubungi Mr. Syarifuddin Prawiranegara melalui siaran radio. Presiden Sukarno memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Mr. Gambar 8.11 Perjanjian Renville Sumber: www.swaramuslim.net Syarifuddin Prawiranegara yang berada di Sumatra untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia PDRI dengan ibu kotanya Bukit Tinggi. Agresi Militer Belanda II mendapatkan tentangan dari dunia internasional, terutama negara-negara Asia yang simpati akan perjuangan Bangsa Indonesia. Mereka menuntut agar Belanda segera ditarik keluar dari Indonesia. PPB membentuk UNCI United Nation Commission for Indonesia atau Komisi PBB untuk Indonesia untuk kembali membantu menyelesaikan masalah Indonesia dan Belanda. UNCI memrakarsai perundingan Roem Royen dan Konferensi Meja Bundar.

c. Perundingan Roem Royen

Pada tanggal 4 April 1949 Indonesia dan Belanda dipertemukan lagi dalam meja perundingan oleh UNCI. Perundingan tersebut disebut perundingan Roem Royen dan dilaksanakan di Jakarta. Dalam perundingan ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem dan delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. Van Royen. Isi Perjanjian Roem Royen adalah sebagai berikut. 1 Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta pada 1 Juli 1949. 2 Menghentikan semua gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik 3 Belanda menyetujui Republik Indonesia Serikat sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat. 4 Akan diselenggarakan Konferensi Meja Bundar antara Belanda dan Indonesia di Den Haag setelah Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta. Gambar 8.12 Perundingan Roem-Royen Sumber: www.swaramuslim.net

d. Konferensi Meja Bundar KMB

Sebagai tindak lanjut Perundingan Roem Royen, pada 23 Agustus 1949 – 2 November 1949 dilaksanakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Dalam perundingan ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr. Moh. Hatta dan delegasi BFO Badan Musyawarah Negara-Negara Federal dipimpin oleh Sultan Hamid II, dan Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen. Sementara UNCI dipimpin oleh Chritchley. Isi perundingan KMB sebagai berikut : 1 Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat RIS dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949. 2 RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia-Belanda. Bab 8 | Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 125 Gambar 8.13 Konferensi Meja Bundar Sumber: 30 tahun indonesia merdeka, 1986 Gambar 8.14 Penyerahan Kedaulatan Indonesia Sumber: www.anri.go.id Ke giatan 1 Buatlah ringkasan mengenai perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya. Tuliskan dalam buku tugasmu Kerjakan soal-soal berikut ini 1. Siapakah pemimpin pendaratan tentara Inggris di Surabaya? 2. Setiap tanggal berapa hari infanteri diperingati? 3. Sebutkan latar belakang terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api 4. Siapakah yang memelopori pembentukan Barisan Pemuda Indonesia di Medan? 5. Apa yang dimaksud dengan Fix Boundaries Medan Area? 6. Sebutkan delegasi Indonesia dalam perundingan Lingggajati ? 7. Mengapa isi perundingan Renville merugikan Indonesia? 8. Sebutkan tanggal terjadinya Agresi Militer Belanda I dan II 9. Sebutkan komisi PBB yang memrakarsai perundingan Roem-Royen 10. Kapan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RIS ? Tes Ke m a m pua n 3 Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda. Berdasarkan isi perjanjian KMB, pada 27 Desember 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RIS. Penandatanganan dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Belanda dan di Indonesia. Di Belanda, perjanjian ditandatangani oleh Drs. Moh. Hatta sebagai wakil dari Indonesia dan Ratu Juliana sebagai perwakilan dari Belanda. Adapun di Indonesia pengakuan kedaulatan ditandatangani oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai perwakilan dari Indonesia dan Mr. A.H.S. Lovink sebagai perwakilan dari Belanda. Dengan ditandatanganinya pengakuan kedaulatan oleh Belanda, sejak hari itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia dan berdirilah Negara Republik Indonesia Serikat.