Tabel 1. Metode Pengujian Aktivitas Enzim Protease
Blanko ml
Standard ml
Sampel ml
Bufer Borat 0,01 M, pH 8 Substrat Kasein 20 mmol, pH 8
Enzim dalam CaCl
2
2mM Tirosin Standard
Aquadest 1,0
1,0 -
- 0,2
1,0 1,0
- 0,2
- 1,0
1,0 0,2
- -
Inkubasi pada 37 C selama 10 menit
TCA 0,1 M CaCl
2
2mM Enzim dalam CaCl
2
2mM 2,0
- 0,2
2,0 -
0,2 2,0
0,2 -
Inkubasi pada 37 C selama 10 menit
Sentrifugasi 4000 rpm selama 10 menit pada suhu 4 C
Filtrat Na
2
CO
3
0,4M Pereaksi Folin 1:2
1,5 5,0
1,0 1,5
5,0 1,0
1,5 5,0
1,0 Diamkan selama 20 menit pada suhu 37
C Baca absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm
Aktivitas ptotease dihitung dalam satuan PU Protease Unit per ml ekstrak enzim Djajasukma, 1993.
PU = X
Keterangan : PU
: Unit Aktivitas Protease Unitml Asb
: Nilai Absorbansi Sampel Ast
: Nilai Absorbansi Standard Abl
: Nilai Absorbansi Blanko T
: Waktu
3. Uji Kemampuan Isolat Bacillus thuringiensis Bt Dalam
Menggunakan Karbohidrat
Uji kemampuan isolat Bt dalam menggunakan karbohidrat meliputi uji fermentasi dan uji hidrolisis CMC Carboxy Methyl Cellulose. Uji
fermentasi dilakukan dengan menambahkan 1 ml suspensi ke dalam 9 ml media Lactose Broth, Sucrose Broth, Glucose Broth, Fructose Broth, dan
Galactose Broth + indikator Phenol Red dalam tabung reaksi berisi tabung Durham. Uji degradasi CMC dilakukan dengan point plate pada
media NB + 1 wv CMC. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Kemudian isolat Bt tersebut diinkubasi selama 24 jam. Aktivitas
fermentasi oleh Bt dapat dilihat dari adanya gelembung udara pada tabung Durham dan terbentuknya asam yang ditandai dengan perubahan warna
media menjadi kuning, sedangkan hidrolisis CMC dapat dilihat dari terbentuknya zona bening disekitar koloni Brown, 2007.
F. Diagram Alir
Identifikasi Bacillus thuringiensis Berdasarkan Uji Toksisitas Pada Ulat
Uji Proteolitik
Uji Aktivitas Protease Metode Bergmeyer dan Grassl
Uji Fermentasi Gula Hidrolisis CMC
Produksi Enzim Protease
Penentuan Aktivitas Enzim Protease Dengan spektrofotometer pada
= 578 nm
Analisis Data Analisis Aktivitas Isolat Bt
Sajian Data Deskriptif + Zona Bening
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Isolat Bt PBR
1
memiliki aktivitas protease paling tinggi yaitu sebesar 0,0045 Uml, isolat Bt PBG
1
sebesar 0,0014 Uml, sedangkan aktivitas protease terendah terdapat pada isolat Bt PML yaitu sebesar 0,0006 Uml.
Ketiga isolat Bt tergolong sebagai bakteri dengan aktivitas protease
sedang.
2. Terdapat perbedaan karakteristik biokimia isolat Bt PBR
1
, PML, dan PBG
1
dalam menggunakan karbohidrat. Pada media laktosa, isolat Bt PBR
1
, PML, dan PBG
1
bersifat heterofermentatif, pada media sukrosa, glukosa dan galaktosa, isolat Bt PBR
1
, PML, dan PBG
1
bersifat homofermentatif, dan pada media fruktosa, isolat Bt PBR
1
bersifat homofermentatif, sedangkan isolat Bt PML dan PBG
1
tidak dapat
memfermentasi fruktosa.
3. Isolat Bt PML dan PBR
1
dapat menghidrolisis CMC, sedangkan isolat Bt PBG
1
tidak dapat menghidrolisis CMC.
B. Saran
1. Berdasarkan hasil uji proteolitik, fermentasi, dan hidrolitik, isolat bakteri
Bt PBG
1
, PML, dan PBR
1
dari tanah naungan di lingkungan Universitas Lampung dapat dikembangkan sebagai kandidat bioinsektisida,
khususnya pada larva Papilio memnon.
2. Perlu dilakukan uji efektivitas senyawa toksin isolat bakteri Bt PBG
1
, PML, dan PBR
1
terhadap larva serangga lain.
3. Perlu dilakukan uji lingkungan optimum isolat bakteri Bt PBG
1
, PML, dan PBR
1
untuk aktivitas proteolitik, fermentasi, dan hidrolitik.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Baehaki, A., Rinti, dan A. Budiman. 2011. Isolasi Dan Karakterisasi Protease Dari
Bakteri Tanah Rawa Indralaya, Sumatera Selatan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XXII 1 : 10-16.
Bahagiawati. 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis Sebagai Bioinsektisida. Buletin AgroBio, 5 1 : 21-28.
Barchia, F. Aini, dan Prawito. 2007. Bahan Organik dan Respirasi di Bawah Beberapa Tegakkan pada Das Musi Bagian Hulu. Jurnal Akta Agrosia Edisi
Khusus No. 2 : 172-175. Belitz, H.D. and Grosch W. 2009. Food Chemistry. Springer Verlag. Germany.
Bergmeyer, H. U. and M. Grassl. 1983. Methods of Enzymatic Analysis Vol 2.
Verlag Chemie. Weinheim. Bravo, A. S., S. Sarabia, L. Lopez, H. Ontiveros, C. Abarca, A. Otrhz, L. Lina, F.
J. Villalobos, G. Pena, M. E. Nunez-Valdes, M. Soberon and R. Quintero. 1998. Characterization Of Cry Genes In Mexican Bacillus thuringiensis
Strain Collection. Appl. Environ. Microbiol. 64 : 4965-4972.
Brotonegoro, S., Sutrisno, B. Soegiarto, B. Listanto, Dan B. Santoso. 1997. Perbaikan Sifat Beberapa Isolat Bacillus thuringiensis Untuk Mendukung
Pemanfaatannya Sebagai Insektisida Mikroba. Laporan Hasil Penelitian APBN. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor.
Brown, A. E. 2007. Laboratory Manual In General Microbiologi. Mc Graw Hill. New York.
Budiyanto. 2010. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Mikroba. http:zaifbio.wordpress.com20101108faktor-lingkungan-yang-
mempengaruhi-mikroba. Diakses tanggal 27 Agustus 2013. Darkuni, N. 2001. Mikrobiologi Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi. UM
Press. Malang.