Kerangka Konseptual Kerangka Teoretis dan Konseptual

adalah doctrine of charitable immunity bahwa rumah sakit merupakan lembaga karitas. Artinya rumah sakit harus memiliki dan menerapkan nilai-nilai sosial, kemanusiaan yang dilandasi Ke-Tuhanan dan tidak mencari keuntungan.Berdasarkan doctrine of charitable immunity, rumah sakit pada waktu itu tidak dapat digugat jika melakukan kesalahan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian pasien. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka pada saat ini rumah sakit telah mengalami berbagai perkembangan, yang paling dapat dilihat bahwa rumah sakit telah berkembang menjadi pusat kesehatan health center dan pusat pendidikan serta penelitian.Oleh karena itu rumah sakit pada saat ini lebih mengarah pada institusi kesehatan health institution, bahkan secara tegas hanya membatasi pada aspek kesehatan saja.Pada akhirnya rumah sakit yang dahulu didirikan oleh pemerintah public hospital, saat ini rumah sakit banyak didirikan oleh badan-badan swasta private hospital.Dengan adanya rumah sakit yang didirikan oleh badan-badan swasta, maka fungsi rumah sakit berubah menjadi salah satu kegiatan ekonomi, bahkan rumah sakit telah dijadikan sebagai salah satu badan usaha yang mencari keuntungan profit making. 28 Pelayanan kesehatan di rumah sakit telah bergeser dari public goods menjadi private goods, sehingga penyembuhan kepuasan pasien semakin lama semakin kompleks dan semua rumah sakit bersaing untuk menarik pasien. 29 Sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang di atas, secara yuridis formal batasan tentang rumah sakit di Indonesia telah dituangkan dalam Pasal 1 butir 1 UU No. 44 Tahun 2009 bahwa rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan 28 Ibid. Hlm. 83 29 Sudarmono.2000. Reformasi Perumahsakitan Indonesia.Bagian Penyusunan Program dan Laporan Ditjen Yanmed Depkes RI-WHO, Jakarta. Hlm. 7 pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dengan demikian menurut UU No 44 Tahun 2009 tugas utama rumah sakit adalah memberi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan.Dalam kaitan tersebut, bagaimana dengan fungsi rumah sakit menurut UU No. 44 Tahun 2009?Sebelum mengemukakan fungsi rumah sakit, perlu diketahui tentang kata fungsi.Kata fungsi, berasal dari kata functio artinya jabatan, tugas, kegunaan.Kata fungsi menurut bahasa Belanda berasal dari kata functie artinya jabatan. Dalam bahasa Inggris fungsi berasal dari kata function yang mengandung arti kegunaan, tugas, pekerjaan. Black’s Law Dictionary, kata function mengandung dua pengertian yaitu: activity that is appropriate to a particular business or profession dan office; duty; the occupation of an office 30 . Dengan demikian, yang dimaksudkan dengan fungsi dalam konteks ini adalah tugas atau aktivitas yang bersifat khusus mengenai suatu pekerjaan. Fungsi suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya, fungsi dapat berubah-ubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Selanjutnya Pasal 5 UU No. 44 Tahun 2009 menegaskan bahwa fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut: 1. menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; 30 Henry Campbell Black. 2004. Black’s Law Dictionary.By West Piblishing Co, USA. Hlm. 463-464 2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan tingkat ketiga sesuai dengan kebutuhan medis; 3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan 4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 UU No. 44 Tahun 2009, menunjukkan bahwa luasnya pelayanan rumah sakitmulai dari pengobatan, pemulihan kesehatan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. Selanjutnya selain fungsi tersebut di atas, rumah sakit harus mempunyai fungsi sosial sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 29 ayat 1 huruf f UU No. 44 Tahun 2009, bahwa rumah sakit mempunyai kewajiban melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasientidak mampumiskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan. Yang dimaksud dengan fungsi sosial rumah sakit adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat pada setiap rumah sakit, yang merupakan ikatan moral dan etik dari rumah sakit dalam membantu pasien khususnya yang kurangtidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan Penjelasan Pasal 2 UU No. 44 Tahun 2009. Menurut ketentuan Pasal 19 UU No. 44 Tahun 2009: rumah sakit menurut jenis pelayananan dapat dibagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah Sakit Umum RSU memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Selanjutnya, menurut Pasal 20 UU No. 44 Tahun 2009 rumah sakit dapat digolongkan menjadi rumah sakit privat dan rumah sakit publik. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero. Rumah sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba.Badan hukum nirlaba dimaksudkan di sini adalah bahwa badan hukum yang sisa hasil usahanya tidak dibagikan pada pemilik, tetapi digunakan untuk kepentingan pelayanan antara lain yayasan, perkumpulan dan Perusahan Umum.Selain itu, rumah sakit publik yang dikelola oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Rumah sakit publik yang dikelola oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi rumah sakit privat. Lebih lanjut Pasal 51 UU No. 44 Tahun 2009 menegaskan, bahwa: “Pendapatan rumah sakit publik yang dikelola oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah digunakan secara langsung untuk biaya operasional rumah sakit dan tidak dapat dijadikan pendapatan Negara atau Pemerintah Daerah”.

B. Asas-Asas Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Berkaitan dengan masalah asas atau prinsip beginsel, principle, secara leksikal berarti sesuatu yang menjadi dasar tumpuan berfikir atau bertindak atas kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir, bertindak dan sebagainya. 31 Van de Velden mengemukakan bahwa asas hukum adalah tipe putusan tertentu yang dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai situasi atau digunakan sebagai pedoman berprilaku.Asas hukum didasarkan atas suatu nilai atau lebih yang menentukan sesuatu yang bernilai yang harus direalisasi 32 .Paul Scholten berpendapat bahwa asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang tidak boleh harus ada 33 .Selanjutnya, Asser menyatakan bahwa asas hukum berisi penilaian susila, pemisahan yang baik dan yang buruk yang menjadi landasan hukum.Jadi di dalam asas hukum terdapat sifat etis 34 . Berdasarkan pandangan-pandangan tentang asas hukum tersebut di atas, Sudikno Mertokusumo 35 menyimpulkan sebagai berikut: “Bahwa asas hukum bukan merupakan hukum konkrit melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif 31 Agus Yudha Hernoko. 2010. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Hlm. 21 32 Sari Murti Widiastuti, 2007, Penjelasan Pers Atas Konsistensi Asas Pertanggungjawaban Perdata dalam Hukum Khusus Terhadap Asas Pertanggungjawaban Perdata dalam Hukum Umum, Ringkasan Disertasi Untuk Ujian Promosi Doktor dari Dewan Penguji Sekolah Pasca Sarjana UGM. Hlm. 17 33 Sudikno Mertokusumo. 2004. Mengenal Hukum. Liberty, Yogyakarta. Hlm. 3 34 Siti Sumarti Hartono, 1992, Penuntun dalam Mempelajari Hukum Perdata Belanda, Bagian Umum, Liberty, Yogyakarta. Hlm. 89 35 Sudikno Mertokusumo, Op. cit. Hlm. 33 dan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut”. Dalam melakukan pelayanan kesehatan, rumah sakit perlu memperhatikan asas-asas hukum kesehatan baik yang tersirat dalam UU No. 36 Tahun 2009 maupun yang dikenal dalam doktrin 36 hukum kesehatan. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Asas legalitas Asas legalitas tersirat dalam rumusan Pasal 23 ayat 2 dan ayat 3 UU No.36 Tahun 2009 yang menentukan bahwa kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki, serta dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah sakit tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah. Hal ini berarti pelayanan kesehatan hanya dapat terselenggara jika tenaga kesehatan bersangkutan telah memenuhi persyaratan dan perizinan yang diatur dalam perundang-undangan. 2. Asas keseimbangan Hukum selain memberi kepastian dan perlindungan terhadap kepentingan manusia, juga memulihkan keseimbangan tatanan masyarakat yang terganggu ke keadaan semula restitutio integrum, maka asas keseimbangan sangat diperlukan dalam pelayanan kesehatan. Asas keseimbangan terkandung dalam rumusan Pasal 2 UU No.36 Tahun 2009 yang berbunyi: “bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan gender dan 36 Asas-asas pelayanan kesehatan secara konkrit dikemukakan oleh Patricia Staunton dan Mary Chiarella dalam bukunyaNursing and The Law, . Hlm. 33