Sistem Perencanaan Pembangunan Wilayah

masyarakat misalnya apabila perencanaan itu bersifat teknis pelaksanaan, bersifat internal, menyangkut bidang yang sempit, dan tidak secara langsung bersangkut paut dengan kepentingan orang banyak. Persetujuan DPRD pun umumnya tidak dimintakan untuk perencanaan seperti itu. Perencanaan yang bersangkut paut dengan kepentingan orang banyak mestinya melibatkan masyarakat tetapi dalam prakteknya masyarakat hanya diwakili oleh orang-orang yang dikategorikan sebagai tokoh masyarakat. Dalam praktik, kedua pembagian di atas tidaklah mutlak. Artinya, perencanaan sering mengambil bentuk diantara keduanya. Perencanaan yang melibatkan masyarakat luas hanya mungkin untuk wilayah yang kecil, misalnya lingkungan, desa atau kelurahan, dan kecamatan. Untuk wilayah yang lebih luas, biasanya hanya mungkin dengan cara mengundang tokoh-tokoh masyarakat atau pimpinan organisasi kemasyarakatan. Seringkali tokoh masyarakat atau organisasi kemasyarakatan hanya dilibatkan pada diskusi awal untuk memberikan masukan dan pada diskusi akhir untuk melihat bahwa aspirasi mereka sudah tertampung. Perencanaan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak biasanya harus mendapat persetujuan DPRD sebagai perwakilan dari kepentingan masyarakat.

2.2. Sistem Perencanaan Pembangunan Wilayah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber daya yang ada. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing maupun peningkatan indeks manusia Kuncoro,2005. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional tahun 2004 dikeluarkan pemerintah untuk memperbaiki berbagai kelemahan perencanaan pembangunan yang dirasakan dimasa lalu. Sasaran perbaikan yang diharapkan antara lain adalah mewujudkan keterpaduan dan sinergi pembangunan antar dinas dan instansi dan antar daerah, keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran serta untuk lebih mengoptimal kan pemanfaatan partisipasi masyarakat dalam penyusunan perencanaan. Rencana pembangunan menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 terdiri dari: 1. RPJP 2. RPJM 3. RKP 4. Renstra kementrianSKPD 5. Renja kementrianSKPD Ad 1. RPJP Rencana Pembangunan Jangka Panjang Koordinasi pembangunan jangka panjang secara nasional dilakukan melalui penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP, baik untuk pemerintah, pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupatenkota untuk periode 20 tahun. RPJP-Nasional, propinsi maupun kabupatenkota berisikan visi, misi dan arah pembangunan secara nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan terbentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. RPJP ini selanjutnya dijadikan landasan utama penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM untuk periode 5 tahun. Ad 2. RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM memuat strategi pembangunan, kebijakan umum, program kementerian lembagaSKPD, program kewilayahan serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian nasionaldaerah secara menyeluruh, termasuk kebijakan fiskal dan kerangka pendanaan. RPJM tersebut selanjutnya dijadikan dasar utama untuk penyusunan Rencana Tahunan Annual Planning yang bersifat operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. Bahkan rencana tahunan yang harus dibuat tersebut telah menggunakan istilah lain yaitu Rencana Kerja Pemerintah RKP pada tingkat nasional atau RKPD untuk tingkat daerah yang mengisyaratkan bahwa rencana tahunan tersebutlah yang menjadi rencana kerja pemerintah untuk tahun yang bersangkutan. RKPDRKP tersebut berisikan prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro, program kementerianlembaga, program kewilayahan dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Dengan mempedomani rancangan RPJP Daerah yang telah selesai disusun, Pemerintah Daerah diwajibkan pula menyusun RPJM Daerah yang berisikan arah dan strategi kebijakan pembangunan daerah dan program kerja satuan perangkat daerah, baik yang bersifat lintas sektoral maupun lintas wilayah. Termasuk dalam RPJM Daerah ini adalah rencana kerja dan kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. Agar perencanaan menjadi lebih kongkrit, maka target-target yang ditetapkan perlu diusahakan secara kuantitatif, walaupun disadari hal ini tidak dapat dilakukan untuk semua sektor. Target yang bersifat kuantitatif tersebut nantinya juga sangat diperlukan pada waktu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan terhadap pelaksanaan program. Rancangan RPJM-Daerah yang telah selesai selanjutnya dijadikan dasar menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD yang merupakan rencana tahunan Annual Planning bersifat operasional. RKPD pada dasarnya merupakan jabaran dari RPJM Daerah yang berisikan rencana kerja pembangunan daerah, prioritas, dan program pembangunan daerah, berikut pendanaannya, baik yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung oleh pemerintah daerah untuk tahun yang bersangkutan Gani, J.Y, 2005. Ad 3. RKP Rencana Kerja Pemerintah Peranan RKP demikian penting karena dokumen perencanaan ini adalah memadukan perencanaan pembangunan jangka menengah yang kurang operasional dengan perencanaan anggaran yang sangat operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. Dengan adanya RKPD tersebut maka akan terdapat keterpaduan antara perencanaan, program dan pendanaan sesuai dengan prinsip Ilmu Perencanaan yaitu Planning, Programming and Budgetting System PPBS. Disini sudah jelas terlihat bahwa SPPN-2004 berupaya untuk mewujudkan perencanaan pembangunan terpadu, baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat daerah melalui keterkaitan yang erat antara RPJP, RPJM, Renstra SKPD, dan Renja SKPD dan penyusunan anggaran. Keterpaduan ini sangat penting artinya untuk mewujudkan proses pembangunan yang saling menunjang menuju kepada suatu arah pembangunan masa depan nasional yang jelas. Sementara itu, masing -masing daerah membuat perencanaan pembangunan untuk daerahnya berdasarkan visi dan misi Kepala daerahnya masing-masing tanpa melihat kaitan dengan RPJP, RPJM dan RKPD daerah sekitarnya. Pada dasarnya, RKP tersebut merupakan jabaran dari RPJM dan berisikan program dan proyek pembangunan yang kongkrit dan operasional sesuai dengan dana pembangunan yang tersedia pada tahun bersangkutan. Bahkan SPPN 2004 selanjutnya menetapkan pula bahwa RKP menjadi dasar penyusunan RAPBN dan RKPD sebagai dasar penyusunan RAPBD. Dengan demikian, sistem penyusunan RAPBD yang biasanya dilakukan oleh Tim KUA Kebijakan Umum Anggaran sesuai dengan KEPMENDAGRI 29, tahun 2003 sudah tidak berlaku lagi dan diganti dengan PERMENDAGRI 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Undang-undang No.17, tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa dalam proses penyusunan Rencana Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD, pemerintah diwajibkan menyusun Kebijaksanaan Umum Anggaran KUA, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPAS dan Rencana Kerja Anggaran RKA. Penyusunan KUA dimaksudkan untuk dapat memilah dan menentukan program dan kegiatan yang menjadi urusan daerah sehingga dapat dibiayai dengan APBD. PPA dimaksudkan untuk dapat menentukan program dan kegiatan yang diprioritaskan untuk dibiayai pada tahun bersangkutan berikut plafon anggarannya, baik untuk tingkat program maupun untuk SKPD secara keseluruhan. Sedangkan RKA dimaksudkan untuk dapat memadukan antara program dan kegiatan yang telah diprioritaskan pelaksanaannya dengan penyusunan anggaran sesuai dengan plafon yang ditetapkan melalui Nota Kesepakatan antara Kepala Daerah dan DPRD. Dengan cara demikian, keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran akan dapat terlaksana dalam praktek Sjafrizal, 2008. Ad 4. Renstra-SKPD Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Dalam praktek di daerah kelihatannya RENSTRADA lebih banyak diperhatikan oleh Pemerintah Daerah karena Departemen Dalam Negeri mengaitkan dokumen perencanaan ini dengan pertanggungjawaban Kepala Daerah. Karena itu dalam penyusunan APBD, RENSTRADA ini lebih banyak dijadikan dasar, sedangkan PROPEDA tidak terlalu banyak diperhatikan sehingga hanya tinggal di dalam lemari. Sebenarnya kedua dokumen tersebut mempunyai sifat yang berbeda dan saling mendukung satu sama lainnya. SPPN 2004 memberikan ketentuan yang sangat jelas tentang kedua dokumen perencanaan pembangunan ini. Di dalam SPPN dinyatakan secara tegas bahwa Rencana Strategis RENSTRA adalah dokumen perencanaan untuk institusi, sehingga ruang lingkupnya adalah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari institusi yang bersangkutan. Pada tingkat pusat, dokumen yang disusun adalah RENSTRA-KL karena institusi yang terlibat adalah kementerian dan lembaga. Sedangkan pada tingkat daerah dokumen yang disusun adalah RENSTRA-SKPD karena institusi yang terlibat adalah satuan kerja perangkat daerah seperti dinas dan instansi. Program Pembangunan Daerah PROPEDA yang sekarang bertukar nama dengan RPJM adalah merupakan dokumen perencanaan yang mencakup kesatuan wilayah tertentu baik secara nasional maupun pada tingkat daerah. Dalam satu wilayah biasanya terdapat berbagai institusi baik yang tergabung dalam unsur pemerintah, swasta maupun masyarakat. Karena itu, RPJM mencakup tidak hanya kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah saja, baik pusat maupun daerah, tetapi juga yang dilakukan oleh 298 pihak swasta maupun kelompok masyarakat lainnya. Karena itu, dalam mengelola kegiatan pembangunan, seharusnya pemerintah pusat maupun pemerintah daerah lebih banyak memperhatikan RPJM yang mencakup kegiatan pembangunan secara keseluruhan. Sedangkan RENSTRA merupakan jabaran dari RPJM untuk institusi tertentu, dan juga dapat berfungsi sebagai masukan untuk penyusunan RPJM yang sudah akan final melalui Musyawarah Rencana Pembangunan MUSRENBANG. Sesuai dengan SPPN 2004, MUSRENBANG mempunyai dua fungsi utama. Pertama, sebagai alat untuk melakukan koordinasi penyusunan perencanaan pembangunan antar berbagai pelaku kegiatan pembangunan. Tujuan koordinasi ini jelas adalah untuk dapat mewujudkan sistem pembangunan yang terpadu dan saling menunjang satu sama lainnya sehingga proses pembangunan akan menjadi lebih lancar. Kedua, sebagai alat untuk menyerap partisipasi masyarakat dalam penyusunan perencanaan dengan mengikutsertakan berbagai tokoh masyarakat, cerdik pandai, alim ulama dan pemuka adat. Tujuan utama dalam hal ini adalah agar perencanaan yang disusun dapat disesuaikan dengan aspirasi masyarakat umum sehingga dukungan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan akan dapat dioptimalkan. Ini berarti bahwa, MUSRENBANG juga berfungsi sebagai alat untuk dapat mewujudkan Perencanaan Partisipatif Participatory Planning yang merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan demokrasi dalam pelaksanaan pembangunan. Disini MUSRENBANG sebagai pengganti RAKORBANG dilakukan secara komprehensif, tidak hanya dalam rangka koordinasi program dan proyek yang akan dilakukan setiap tahun, tetapi dilakukan untuk semua tingkat perencanaan, baik RPJP, RPJM dan RKP. Hal ini dilakukan agar koordinasi dan singkronisasi dapat dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, baik secara sektoral maupun menurut tingkat pemerintahan Solihin, D, 2005. Ad 5. Renja-SKPD Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Penyusunan rencana dan kegiatan kerja ini memperhatikan hal-hal yang telah disepakati oleh masyarakat dan unsur pelaku pembangunan stakeholder dalam musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah dan yang telah disampaikan dalam Renja SKPD. Dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah berisikan tujuan, sasaran, program dan kegiatan. Indikator kinerja dan kelompok sasaran yang menggambarkan pencapaian Renstra SKPD. Dana Indikatif beserta sumbernya serta prakiraan maju berdasarkan pagu indikatif artinya jelas sumber dana yang dibutuhkan untuk menjalankan program dan kegiatan. Koordinasi penyusunan Renstra SKPD dan Renja SKPD dilakukan masing-masing SKPD. 2.3. Teori Kota dan Rencana Tata Guna Lahan 2.3.1 Kota