Pendapatan Penghematan urbanisasi urbanization economies. Penghematan

Sebagian dari pendapatan ini tidak diterima oleh rumah tangga. Keuntungan-keuntungan perusahaan harus membayar pajak keuntungan, sedangkan pendapatan rumah tangga yang lain harus membayar pajak perseorangan. Setelah dikurangi pajak, pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk membiayai beberapa kegiatan pembelanjaan aatau ditabung. Yang paling penting untuk membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Sisa pendapatan rumah tangga, yaitu setelah dikurangi pajak, pengeluaran untuk konsumsi dan pengeluaran untuk membeli barang impor akan ditabung di lembaga keuangan, yang kemudian lembaga keuangan akan meminjamkan dana yang didapat dari tabungan rumah tangga kepada penanam modal. Menurut Sukirno 2007 untuk menghitung nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan oleh sesuatu perekonomian tiga cara penghitungan dapat digunakan, yaitu: 1. Cara pengeluaran. Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaranperbelanjaan ke atas barang- barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut. 2. Cara produksi atau produk neto. Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor lapangan usaha dalam perekonomian. 3. Cara pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Di dalam penghitungan pendapatan nasional digunakan istilah pendapatan, yang dimaksud adalah pendapatan pribadi dan pendapatan disposebel. Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apa pun, yang diterima oleh penduduk sesuatu negara. Pendapatan disposebel adalah pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh para penerima pendapatan. Dengan demikian hakikatnya pendapatan disposebel adalah pendapatan yang dapat digunakan oleh para penerimanya, yaitu rumah tangga yang ada dalam perekonomian, untuk membeli barang- barang dan jasa-jasa yang mereka ingini. Tetapi biasanya tidak semua pendapatan disposebel itu digunakan untuk tujuan konsumsi, sebagian darinya ditabung dan sebagian lainnya digunakan untuk membayar bunga, untuk pinjaman yang digunakan untuk membeli barang-barang secara menyicil. Untuk memudahkan mengingat hubungan di antara i pendapatan disposebel Y d dan pendapatan pribadi Y p , dan ii pendapatan disposebel Y d dengan konsumsi dan tabungan, di bawah ini dinyatakan formula rumus dari hubungan tersebut : i Y d = Y p - T ii Y d = C + S Pendapatan Nasional merupakan gabungan dari pendapatan wilayah - wilayah yang ada dilingkup perekonomian naisional. Peningkatan perekonomian wilayah berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi Nasional. Untuk itu diperlukan pembangunan disetiap wilayah guna menunjang perekonomian nasional. Gambar 2.10 Tabungan dan investasi Keadaan di pasaran modal pada mulanya adalah bersifat: keinginan untuk melakukan investasi dan meminjam modal digambarkan oleh kurva I dan penawaran tabungan adalah S F. Maka pasaran modal akan seimbang apabila investasi = I sama dengan suku bunga = r 0. Tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga adalah S =I 0, dan pengeluaran rumah tangga adalah C . Pada keseimbangan ini pengeluaran agregat adalah: C + I dan nilainya sama dengan Y F oleh karena Y F = C + I 0, sedangkan S = I 0, maka Y F = C + S = C + I . Dalam perekonomian dua sektor yang mencapai keseimbangan berlaku keadaan: I = S.

2.4.7 Distribusi Pendapatan

Kemakmuran masyarakat tidak semata-mata hanya didasarkan pada tolok ukur besarnya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita saja, namun juga bagaimana pendapatan nasional itu didistribusikan, apakah pendapatan nasional didistribusikan secara lebih merata ataukah timpang. Distribusi pendapatan dianggap kurang adil jika sebagian besar output nasional dikuasai oleh sebagian kecil penduduk. Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya menggunakan data BPS mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas. Data pengeluaran konsumsi dipakai sebagai suatu pendekatan proksi untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat. Walaupun diakui bahwa cara ini sebenarnya mempunyai suatu kelemahan yang serius data pengeluaran konsumsi bisa memberikan informasi yang tidak tepat mengenai pendapatan, atau tidak mencerminkan tingkat pendapatan yang sebenarnya. Pertumbuhan ekonomi yang selama ini dianggap sebagai salah satu indikator perbaikan ekonomi tidak bisa mengukur tingkat kesejahteraan dan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, tergantung dari mana sumber- sumber pertumbuhan itu berasal. Kesenjangan ekonomi atau ketidakmerataan dalam distribusi pandapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan poverty line Tambunan, 2001. Keyakinan mengenai adanya efek menetes ke bawah trickle down effects dalam proses pembangunan telah menjadi pijakan bagi sejumlah pengambil kebijakan dalam pembangunannya. Dengan keyakinan tersebut maka strategi pembangunan yang dilakukan akan lebih terfokus pada bagaimana mencapai suatu laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam suatu periode yang relatif singkat. Untuk mencapai tujuan tersebut, konsekuensi negatif yang dapat muncul sebagai akibat jalan pintas yang diambil berdasarkan pengalaman masa lalu adalah pusat pembangunan ekonomi nasional dan daerah dimulai pada wilayah-wilayah yang telah memiliki infrastruktur lebih memadai terutama Jawa. Selain itu pembangunan akan difokuskan pada sektor-sektor yang secara potensial memiliki kemampuan besar dalam mengasilkan nilai tambah yang tinggi terutama sektor industri dan jasa. Diantara para pengeritik pola pembangunan ekonomi yang telah ditempuh oleh kebanyakan Negara berkembang, termasuk Indonesia, terdapat banyak orang yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu dibarengi kenaikan dalam ketidakmerataan distribusi pendapatan atau ketimpangan relatif. Dengan perkataan lain, para pengeritik ini, termasuk banyak ekonom, beranggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan distribusi pendapatan terdapat suatu trade-off, yang membawa implikasi bahwa pemerataan dalam distribusi pendapatan hanya dapat dicapai jika laju pertumbuhan ekonomi diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu akan disertai kemerosotan dalam distribusi pendapatan atau kenaikan dalam ketidakmerataan relatif. Pertumbuhan versus distribusi pendapatan merupakan masalah yang menjadi perhatian di negara-negara sedang berkembang Arsyad, 2004. Banyak negara sedang berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi