Rencana Tata Guna Lahan

Menurut Herbes 1987 daerah sub urban yang baru dibangun oleh arus urbanisasi tumbuh dan berkembang mengikuti pola perkampungan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Meskipun kita menyadari sebagai proses pembangunan kota telah membawa implikasi terhadap ketimpangan wilayah, namun dengan adanya literatur tentang perencanaan wilayah dapat dijadikan sebagai dasar untuk mempersempit terjadinya ketimpangan wilayah Bahl dkk,1992.

2.3.2 Rencana Tata Guna Lahan

Suatu rencana tata guna lahan merupakan ekspresi kehendak lingkungan masyarakat mengenai bagaimana seharusnya pola tata guna lahan suatu lingkungan pada masa yang akan datang. Dalam rencana itu ditentukan daerah-daerah yang akan digunakan bagi berbagai jenis, kepadatan dan intensitas kategori penggunaan, misalnya penggunaan untuk pemukiman, perdagangan, industri dan berbagai kebutuhan umum. Ditentukan pula azas dan standar yang harus diterapkan pada pembangunan atau pelestarian di daerah itu. Di dalam suatu rencana tata guna lahan biasanya tercantum naskah uraian dan beberapa peta. Di dalam uraiannya terkandung kebijaksanaan- kebijaksanaan, sedangkan peta-peta menggambarkan penerapan rencana pada ruang yang tersedia, baik secara umum maupun terperinci, dengan menetapkan jenis penggunaan tertentu untuk daerah- daerah tertentu pula. Suatu rencana tata guna lahan biasanya merupakan bagian dari suatu rencana menyeluruh. Dalam bagian-bagian lain dibahas persoalan transportasi, utilitas umum; seperti listrik, gas dan air; berbagai macam prasarana masyarakat dan masalah-masalah khusus yang membutuhkan perhatian, misalnya pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Sifat rencana tata guna lahan bias berlainan karena jenis dan luas lingkungan, struktur pemerintahan serta peraturan- peraturan negara bagian dan kotamadya atau kabupaten yang mengatur soal perlahanan. Misalnya, suatu rencana tata guna lahan untuk sebuah dusun di pedesaan barangkali akan lain sekali ruang lingkupnya dan tidak begitu mendesak seperti rencana tata guna lahan di sebuah kota industri yang besar. Sebuah rencana tata guna lahan di daerah pemukiman sekitar pusat kota mungkin berorientasi lain daripada rencana tata guna lahan di daerah pusat kota. Suatu rencana tata guna lahan untuk suatu wilayah yang dikelola beberapa pemerintahan, misalnya suatu wilayah metropolitan, mungkin akan dilandasi rancangan pelaksanaan yang lain sama sekali daripada rencana sejenis untuk suatu wilayah kotamadya atau kabupaten dengan pemerintahan tunggal. Dan suatu rencana tata guna lahan untuk suatu lingkungan di dalam wilayah pemerintahan yang memiliki sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki peraturan-peraturan mengenai perencanaan lingkungan barangkali akan lain sekali bila dibandingkan dengan rencana tata guna lahan untuk wilayah pemerintahan yang memiliki perencanaan yang kuat serta peraturan-peraturan pelaksanaan rencana tata guna lahan. Jangka waktu rencana tata guna lahan juga berbeda-beda, tergantung berapa jauh jangkauannya ke masa depan. Suatu rencana jangka panjang biasanya menuju ke sasaran yang terletak 20 atau 25 tahun yang akan datang, sedangkan suatu rencana tata guna lahan yang dimaksudkan untuk melaksanakan program pembangunan tertentu mungkin hanya menjangkau sasaran 5 tahun atau kurang. Misalnya, kota Atlanta di Negara bagian Georgia, Amerika Serikat, memiliki peraturan yang mengharuskan penyusunan rencana-rencana tata guna lahan berjangka waktu 1,5 dan 15 tahun yang masing-masing harus diperbaharui tiap tahun. Oleh sebab perencanaan perkotaan bersifat menyeluruh dan integral, maka suatu rencana tata guna lahan biasanya hanya merupakan unsur fungsional dari suatu proses menyeluruh. Sekalipun merupakan unsur yang paling menentukan, perencanaan perkotaan dilengkapi dengan unsur-unsur fungsional dan hasil-hasil penelitian yang bersifat mendukungnya. Undang-undang negara bagian Florida mengandung contoh tentang hal itu. Berdasarkan pasal-pasal dalam Undang-undang tentang Pengaturan Perencanaan Menyeluruh serta Pengembangan Lahan Pemerintah Daerah Negarabagian Florida, tiap kotamadya dan kabupaten harus menyusun serta mensahkan rencana menyeluruh yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

1. Perbaikan modal 2. Rencana tata guna lahan untuk masa depan