Pembangunan Jepang Di Lihat Dari Kekuatan Teknologi dan Ekonomi

BAB III PEMBANGUNAN NEGARA JEPANG PASCA PERANG DUNIA II

3.1 Pembangunan Jepang Di Lihat Dari Kekuatan Teknologi dan Ekonomi

Pada tahun1960 setelah Jepang mengalami kekalahan dalam perang dunia II dan dibawah kekuasaan Amerika, segera memperbaiki kinerja pembangunan ekonominya. Awal puncak kemajuan ekonomi Jepang dimulai pada saat pergantian kabinet PM. Kishi Nobusuke kabinet di mulai 25-2-1957 sd 19-7-1960 ke kabinet PM Ikeda Hayato kabinet di mulai 19-7-1960 sd 9-11-1964 . PM Ikeda mengambil kebijaksanaan untuk membangun Jepang di bidang ekonomi setelah hancurnya Negara akibat pemboman Hiroshima dan Nagasaki . setelah Perang Dunia II, Jepang harus membayar ganti rugi perang dan harus mengubah Undang-Undang Dasar Meiji menjadi Undang-Undang Dasar yang melambangkan kedemokrasian sesuai dengan tuntutan Amerika. Rakyat Jepang juga pada saat itu mengalami depresi karena perekonomian yang tidak stabil dan demokrasi yang harus diterapkan oleh masyarakat Jepang terutama di bidang politik dan kepemerintahan. Awal puncak perekonomian Jepang di mulai dari PM Ikeda yang menitik beratkan toleransi dan kesabaran. Namun, PM Ikeda mengesampingkan permasalahan UU Jepang. Karena pada saat itu UU Jepang yang berlaku masih ketetapan UU Jepang menurut peraturan Amerika. Pokok kebijakan PM Ikeda dalam bidang ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat,perbaikan dan peningkatan pokok industri dalam Universitas Sumatera Utara negeri. Pemerintah Jepang dalam kebijakan ekonomi membuka perbaikan di bidang teknik, investasi dan supply dari Amerika. Pada tahun 1955 mulai diadakan perjanjian pembayaran gaji pekerja di perusahaan. Pendapatan karyawan dan buruh menjadi naik, dan tingkat konsumsi pun meningkat. Pasar dalam negeri semakin dibutuhkan dan terus berkembang sehingga ekonomi Jepang terus maju. Peningkatan konsumsi terjadi pada televisi, kulkas, mesin cuci, kebutuhan alat elektronik rumah tangga. Secara internasional Jepang terus berkembang terutama menjadi anggota IMF dan tahun 1965 mata uang Jepang termasuk pertukaran mata uang internasional. Jepang sebagai group negara industri dan masuk anggota badan perekonomian internasional OECD. Bagi para politikus awal kemajuan ekonomi Jepang pada waktu itu merupakan keuntungan besar tetapi semakin majunya ekonomi Jepang pengikut partai demokratik liberal makin menurun .ini disebabkan karena partai-partai tersebut berpedoman pada paham konservatif yang menjunjung tinggi adat dan kebiasaan leluhur. Akibat perekonomian yang meningkat pesat perombakan budaya dan tatanan masyarakat desa dan kota sehingga adat istiadat leluhur makin pudar. Para petani serta masyarakat desa pindah ke kota untuk mencari kerja dan kehidupan yang lebih baik dari pada di desa. Di lain pihak partai Sosialis mendapat keuntungan yang besar karena melalui perkembangan besar jumlah para buruh perusahaan terutama di kota besar. Partai sosialis mempunyai kebijaksanaan untuk mengadakan perubahan di dalam negeri. Sehingga pengikut partai ini semakin meningkat. Pada tahun 1960 kebijaksanaan pemerintah Jepang memusatkan industri dan peningkatan buruh pekerja dalam kehidupan masyarakat sedangkan partai demokratik liberal terus mempertahankan keadaan yang lama. Jepang masuk menjadi negara industri maju. Amerika sangat membantu peranan Jepang untuk menjadi negara Universitas Sumatera Utara industri. Maka Amerika menjalankan strategi militernya yang baru. Dengan membuka perang dengan Vietnam. Jepang menjadi Basis bantuan perang Amerika dalam menghadapi perang dengan Vietnam. Perkembangan yang sangat cepat di dalam Jepang menimbulkan masalah yang kompleks di dalam masyarakat. Semakin meningkatnya perbaikan dan keuntungan yang di terima masyarakat semakin banyak masalah kesejahteraan masyarakat. Terjadi ketidakseimbangan antara masyarakat dan perkembangan kota dan rasa ketidakpuasanpun muncul. Berdasarkan latar belakang tersebut, partai sosialis, mencalonkan gubernur dari partai komunis untuk membantu mengadakan perubahan di dalam negeri. Hasilnya yaitu munculnya perubahan baru pada pembentukan daerah otonomi di kota besar. Pada tahun 1972 lahirlah kabinet PM Tanaka Kakuei. Kebijaksanaan PM Tanaka yaitu membuka pasar ekspor di luar negeri, membuka kerjasama internasional dengan Cina, memutuskan hubungan dengan Taiwan, sedangkan kebijaksanaan dalam negeri membuka kebijaksanaan moneter, memperbesar pasar domestikmelalui perluasan investasi publik. Ciri khas pada kabinet PM Tanaka adalah memperbaiki pulau yang ada di Jepang dengan membuka perkerjaan umum dan pekerjan bangunan secara meluas. Akhirnya partai demokratik liberal menjadi pendukung utama terhadap pembangunan masyarakat desa. Pada saat awal masuknya Jepang menjadi negara industri, di bagian politik terjadi kemajuan utama dalam kebijaksanaan para partai politik. Pada saat itu di sebut sistem politik tahun 1955 dan sistim politik tahun 1960. sebelum sistim politik tahun 1955 diawali pada saat Yoshida Shigeru. Yoshida Shigeru menggunakan kekuatan di bawah Amerika dan ikatan perjanjian San Fransisco. Kebijakannya banyak mendapat tantangan Universitas Sumatera Utara dari para anti Yoshida yang memusatkan gerakan kembalinya ke politik internasional. Gerakan ini mengakibatkan terbentuknya partai demokrasi Jepang 1954 sebagai pemimpinnya Hatoyama Ichiro. Ada sedikit perbedaan pada partai demokrasi dibanding dengan partai liberal di bidang internasional. Pembaharuan UUD Jepang terutama masalah kebijaksanaan keamanan Jepang Amerika Kebijaksanaan pemerintah setelah sistim politik tahun 1955 terbentuk, pemerintah di kuasai oleh sistem demokrasi liberal. Partai demokrasi liberal menetapkan kebijaksanaan dalam negeri sebagai berikut pemeriksaan ulang isi dari ketetapan peraturan hukum. Perubahan dan pengaturan secara ketat dalam pelaksanaan pembuatan buku isi sejarah jepang, perbaikan peraturan dalam sistim kepolisian, menjalankan UUD, pelaksanaan pemahaman arti demokrasi keseluruh wilayah Jepang.bagi para golongan kecil kebijakan tersebut menjadi halangan dan rintangan. Terutama golongan yang ingin mengadakan perbaharuan secara utuh. Gerakan demo terjadi sehingga pertentangn terjadi antara para polisi dan penentang. Setelah tahun 1960 Jepang memasuki puncak kejayaan ekonomi sehingga menjadi negara industri. Pada saat itu juga berkembang partai lain di jepang misalnya partai komunis, partai oposisi, partai sosialis terus berkembang dan partai lainnya terus bermunculan. Ekonomi pasar bebas dan terindustrisasi Jepang pada masa ini merupakan ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina dalam istilah paritas daya beli internasional. Ekonominya sangat efisien dan bersaing dalam area yang berhubungan ke Universitas Sumatera Utara perdagangan internasional, tapi produktivitas lebih rendah di bidang agriklutur, distribusi, dan pelayanan. Jepang menyerahkan posisinya sebagai ekonomi terbesar ke dua dunia kepada Cina pada 2010, karena produk domestik bruto PDB mengalami kontraksi pada kuartal empat di tengah menurunnya konsumsi dan juga permintaan konsumen. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dari 1960-an ke 1980- an, ekonomi Jepang merosot secara drastis pada awal 1990-an, ketika ekonomi gelembung jatuh. Persediaan kepemimpinan industri dan teknisi, pekerja yang berpendidikan tinggi dan bekerja keras, tabungan dan investasi besar dan promosi intensif pengembangan industri dan perdagangan internasional telah memproduksi ekonomi industri yang matang. Jepang memiliki sumber daya alam yang rendah, tetapi perdagangan menolongnya mendapatkan sumber daya untuk ekonominya. Meskipun prospek ekonomi jangka panjang Jepang masih bagus, namun sekarang dia berada dalam resesi terburuknya sejak Perang Dunia II. Harga saham dan properti tetap yang turun, menandai akhir dari ekonomi gelembung 1980-an. Pertumbuhan di Jepang pada dekade ini lebih rendah dari pertumbuhan negara maju lainnya. Jepang memasuki masa resesi pada awal millenia, dimulai oleh resesi di Amerika Serikat, tetapi sejak 2003 telah mulai tumbuh kembali dengan kuat dan pada 2004 menikmati pertumbuhan tertinggi sejak 1990. Universitas Sumatera Utara

3.2 Lima Nilai Budaya Sebagai Faktor Pendorong Pembangunan Jepang