Lima Nilai Budaya Sebagai Faktor Pendorong Pembangunan Jepang

3.2 Lima Nilai Budaya Sebagai Faktor Pendorong Pembangunan Jepang

Menurut hasil pengamatan Prof Dr. Koentjaraningrat, antropolog Indonesia yang banyak mempelajari seluk beluk kebudayaan masyarakat Jepang, sebagai sesama Negara kepulauan, Bangsa Jepang mempunyai keunggulan dibanding bangsa-bangsa lain. Keunggulan ini sudah menjadi budaya di masyarakat Jepang itu sendiri yang membuatnya semakin maju. Disini penulis mengambil lima contoh nilai budaya Bangsa Jepang, yaitu : 1. Keseragaman Budaya Masyarakatnya Jika selama ini Bangsa Indonesia bangga dengan budaya daerah Nusantara yang demikian banyak ragamnya, Bangsa Jepang justru tidak memiliki kebanggaan ini. Dari ujung Utara hingga ujung Selatan kepulauan Jepang, masyarakat yang menghuninya, adat istiadat dan tradisinya, nyaris tak ada perbedaan. Mereka juga seragam dalam berbahasa sehingga mempermudah komunikasi. Dengan adanya budaya yang seragam ini, telah memberikan kepada mereka suatu modal dasar untuk mempermudah segala kegiatannya yang berskala nasional maupun lokal. Dengan budaya yang seragam ini juga lebih mudah untuk menyatukan pandangan dan tujuan dalam pembangunan berskala nasional maupun lokal. Tak ada hambatan teknis maupun psikologis dalam melaksanakan program-program apapun akibat perbedaan adat istiadat dan tradisi yang mereka miliki. Universitas Sumatera Utara 2. Ada Pendorong Psikologis untuk Membangun Negaranya Politik fasis-ekspansionis yang telah dilakukan rezim militer Jepang sejak Perang Dunia I hingga terpaksa harus menyerah kalah dalam Perang Dunia II, ternyata telah menciptakan rasa khawatir dikalangan rakyat Jepang akan adanya pembalasan. Lebih- lebih, ketika itu ancaman penjajahan semakin mendekati wilayah Jepang. Dan sebagai Bangsa yang merasa justru telah mempraktekkan penjajahan melalui jalur militerismenya, Bangsa Jepang merasa perlu untuk segera memperkuat diri agar tidak sampai dijajah oleh Bangsa lain. Salah satu caranya, Jepang harus melanjutkan politik ekspansionismenya. Hanya saja, karena kondisi dan situasi dunia yang sudah berubah, politik ekspansionisme ini dititikberatkan pada penguasaan aset-aset ekonomi dan teknoligi Negara lain, membangun system perekonomian yang membuat Negara lain tergantung kepadanya. Dan politik inilah yang telah membawa Jepang benar-benar menjadi Negara imperialis modern di belahan timur Asia sejak usainya Perang Dunia II. 3. Kesiapan Mental Orang Jepang untuk Membangun Negaranya Hal ini dapat dilihat dengan sikap orang Jepang yang suka bekerja keras dan suka menabung. Sikap budaya disiplin dan suka kerja keras yang menjadi bagian hidup Bangsa Jepang ini telah memberikan andil yang besar, antara lain dengan meningkatkan kualitas berbagai macam produk yang bisa diekspor dan mampu bersaing dipasaran internasional. Disamping itu mereka juga tekun melakukan berbagai penelitian, baik di lembaga-lembaga pendidikan maupu perusahaan. Universitas Sumatera Utara Salah satu sikap budaya disiplin dalam kehidupan sehari-hari Bangsa Jepang adalah dalam hal ketepatan waktu, baik dalam pekerjaan maupun dalam pertemuan atau janji dalam suatu kerjasama. Orang Jepang bukan hanya berdisiplin dalam hal mengatur jadwal waktu, tetapi juga dalam menjaga kebersihan dan menabung. Dan kegiatan inilah yang mengakibatkan perekonomian Jepang cepat maju dan penduduknya dapat meningkatkan kesejahteraannya. 4. Sistem Adat Waris Tanah yang Dimiliki Bangsa Jepang, yang Dapat Mendukung Proses Awal Pembangunan Dalam kebudayaan Jepang, hukum adat waris tanah ini bersifat patrilineal- primogenitur, dimana seluruh harta milik orang tua, baik tanah, rumah, dan perabotan, hanya diwariskan kepada anak lelaki tertua untuk dikelola dan diakumulasikan sebagai modal. Hasil akumulasi itulah yang dibagi-bagi. Bukan langsung seluruh warisan dibagi- bagi sehingga menjadi kecil-kecil dan tak ada manfaatnya kecuali menimbulkan rasa tidak adil saja bagi saudara-saudaranya yang menerima warisan. Budaya ini sangat mendukung proses kemajuan ketika bangsa Jepang memulai pembangunannya yang bertumpu pada sektor pertanian. Tanah-tanah untuk usaha pertanian tak sampai terpecah-pecah menjadi lahan usaha yang tidak produktif seperti yang terjadi dikalangan petani Indonesia. Tanah-tanah pertanian itu tetap dikelola secara utuh, bahkan bisa diperluas, dan dikendalikan pengelolaannya oleh seluruh anggota keluarga yang memiliki hak waris atas tanah tersebut. Universitas Sumatera Utara 5. Bangsa Jepang Memiliki Agama Lokal Shinto yang juga Menjadi Agama Negara Sebenarnya mayoritas penduduk Jepang memeluk agama Budha. Ada juga agama Kristen dan Islam. Namun kepercyaan Shinto sebagai agama negara dan sumber akar budaya serta tradisi, menduduki posisi amat besar dalam mempengaruhi pola hidup dan budaya bangsa Jepang, dan banyak mendukung proses pembangunan nasionalnya ketika mereka memasuki awal kebangkitannya kembali. Sikap budaya menghormati nenek moyang dan roh para dewa telah membentuk budaya masyarakat Jepang sangat menghormati para seniornya dan hal ini amat berperan dalam membangun sikap kepatuhan dan disiplin bangsa Jepang, bahkan hingga dewasa ini, ketika agama tersebut justru mulai banyak ditinggalkan terutama oleh generasi muda. Bangsa Jepang dapat berkembang dengan cepat karena semangat untuk bangkit yang luar biasa dan didukung oleh budaya bangsa Jepang yang tidak mudah menyerah serta mau belajar dari pengalaman. Ditambah strategi rekonstruksi yang tepat pasca perang dunia ke II hingga sekarang.

3.3 Restorasi Meji Sebagai Titik Awal Membangun Kekuatan Nasional