Sistem Pewarisan Musik Tradisional Masyarakat Hutumuri
C. Sistem Pewarisan Musik Tradisional Masyarakat Hutumuri
Musik tradisional seperti musik suling bambu, tahuri, yang terdapat di Negeri Hutumuri adalah salah satu warisan budaya orang-orang Hutumuri. Sudah tentu kekayaan budaya milik masya- rakat ini perlu dilestarikan dalam arti dipelihara dan dikembangkan Musik tradisional seperti musik suling bambu, tahuri, yang terdapat di Negeri Hutumuri adalah salah satu warisan budaya orang-orang Hutumuri. Sudah tentu kekayaan budaya milik masya- rakat ini perlu dilestarikan dalam arti dipelihara dan dikembangkan
Transmisi tradisional adalah membiarkan seorang pemuda duduk di belakang pentas, melihat, mendengarkan maka sekaligus ia belajar, sedangkan transmisi modern adalah melalui proses pembela- jaran secara sistematis. Foto di bawah ini menunjukkan proses belajar suling bambu secara berkelompok dan sistematis.
Gambar 65.
Siswa Sekolah Belajar Meniup Suling Bambu
Sesuai dengan hasil wawancara dengan pelatih grup musik tahuri beliau mengaku bahwa cara untuk melestarikan musik-musik tradisional ini adalah dengan melatih. Seseorang untuk dapat mema- inkan alat-alat musik, ia melatih dengan cara sederhana saja yaitu ka- dang kala ia sengaja membiarkan seseorang mencoba alat musiknya, tanpa mendapat petunjuk khusus. Kalau memang berbakat orang ter- sebut akan sekaligus belajar sendiri. Seorang anak kecil bila memiliki bakat akan kelihatan, dia akan belajar dengan sendirinya ambil ber- main ia akan meniup tahuri yang memang tersedia dirumahnya. Na- mun menurut sang pelatih pada umumnya anak cucunya yang lebih Sesuai dengan hasil wawancara dengan pelatih grup musik tahuri beliau mengaku bahwa cara untuk melestarikan musik-musik tradisional ini adalah dengan melatih. Seseorang untuk dapat mema- inkan alat-alat musik, ia melatih dengan cara sederhana saja yaitu ka- dang kala ia sengaja membiarkan seseorang mencoba alat musiknya, tanpa mendapat petunjuk khusus. Kalau memang berbakat orang ter- sebut akan sekaligus belajar sendiri. Seorang anak kecil bila memiliki bakat akan kelihatan, dia akan belajar dengan sendirinya ambil ber- main ia akan meniup tahuri yang memang tersedia dirumahnya. Na- mun menurut sang pelatih pada umumnya anak cucunya yang lebih
Gambar 66.
Berlatih Sendiri Sejak Kecil
Adakalanya sang pelatih membiarkan seseorang terlibat tetapi belum diperkenankan untuk memainkan alat musik melainkan seka- dar menyaksikan, ikut dalam kegiatan pertunjukan sebagai penonton saja. Diyakini lama-lama yang bersangkutan dapat bermain sendiri. Hal ini menurut Bapak Carolis itu adalah bakat alam yang telah di- miliki, hanya tinggal di asah saja.
Hingga saat ini pendidikan secara formal untuk belajar me- niup alat musik tahuri maupun suling bambu belum ada. Beberapa kali menurutnya telah ada beberapa keluarga lain mencoba membe- rikan pelatihan meniup tahuri tetapi pada latihan itu gagal sehingga akhirnya latihan-latihan untuk meniup suling bambu atau tahuri di- serahkan kembali kepada dirinya. Menurut keyakinannya hal ini ad- alah sehubungan dengan amanah dari leluhur bahwa dari mataru- mah atau keluarganya saja yang diperbolehkan untuk mengadakan pelatihan.
Gambar 67.
Pelatih Bapak Carolis
Dari semua alat musik tradisional ternyata alat musik tahuri yang paling sulit dipelajari. Untuk itu diperlukan sebuah pelatihan serius yang dimulai dengan latihan pernafasan. Untuk memperoleh pernafasan yang kuat dan baik maka calon pemain harus rajin be- rolah raga lari dengan melakukan push up maupun sit up. Moto yang digunakan oleh grup adalah dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat untuk berekspresi.
Gambar 68.
Latihan Meniup Tahuri
Praktik latihan secara jelas dilakukan sebagai berikut. Peniup pemula mula-mula diberi petunjuk untuk memegang tahuri dengan posisi yang benar yaitu kedua tangan memegang tahuri dengan utuh, meletakkan lubang tahuri berada tepat pada bibir atas dan bawah. Cara pelatihannya antara sebagai berikut. Peniup tahuri diberi waktu untuk meniup tahuri dengan nada yang panjang kemudian dalam je-
da waktu tertentu ia disuruh beristirahat selanjutnya dilanjutkan la- gi, begitu terus berulang-ulang. Bila pelatih menganggap tiupan- tiupan itu telah benar dan pernafasannya tepat maka pelatih ke- mudian mengajarkannya untuk meniup guna memperoleh sebuah nada. Untuk diketahui sebuah tahuri atau kulit bia hanya memiliki sebuah nada. Sesuai dengan nama grup yaitu Grup Musik Tahuri maka yang menjadi primadona dalam orkes musik tersebut adalah tahuri sedangkan alat musik yang lain seperti kleper, bambu gesek, toleng-toleng, tifa dan totobuang adalah alat musik pembantu pe- ngiring. Untuk memainkan berbagai jenis alat-alat musik tersebut ti- daklah terlalu sulit yang penting kelincahan jari-jari dan pengetahu- an akan nada-nada dasar.
Apabila mereka tampil dalam sebuah pertunjukan baik dalam acara-acara gerejawi lokal sampai dengan even nasional maupun in- ternasional pakaian yang digunakan adalah baju adat yaitu baju hi- tam dan kain merah di pinggang, dilengkapi dengan sapu tangan merah yang diletakkan di bahu. Menurut pelatih karena ini musik tradisional apalagi tahuri yang biasanya ditiup oleh tete nene mo- yang (leluhur) di waktu dahulu maka mereka harus memakai pa- kaian daerah sebagai tanda penghormatan kepada mereka. Dengan tetap menggunakan pakaian adat khas daerah Maluku Tengah, cara ini sekaligus turut melestarikan busana adat daerah Maluku terutama suku bangsa Ambon.
Gambar 69.
Show Grup Musik Tahuri Di Gereja Maranatha
Selama ini anggota grup musik tahuri dapat mengiringi se- mua jenis lagu baik itu lagu daerah, lagu-lagu nasional bahkan per- nah juga mengiringi lagu kebangsaan Australia pada waktu penjem- putan wisatawan dari Australia yang berkunjung di Pantai Natsepa. Khusus untuk lagu-lagu pop Indonesia grup musik tahuri belum pernah membawakannya karena belum pernah diminta meskipun demikian mereka sanggup memainkannya. Lain halnya dengan lagu- lagu barat mereka sering membawakannya sesuai permintaan misal- nya dalam acara pesta perkawinan.
Alat musik tahuri sampai saat ini belum dijual belikan karena hanya diproduksi oleh satu keluarga saja dan telah dilakukan secara turun temurun. Sebagian besar alat musik tahuri diperoleh secara tu- run temurun mengingat alat musik ini termasuk benda yang cukup kuat, tidak cepat rusak, sedangkan untuk peralatan musik dari bam- bu seperti suling bambu atau alat musik gesek walaupun bahannya tidak sekuat tahuri tetapi benda-benda ini merupakan milik keluarga dan dijaga dengan baik sehingga bertahan cukup lama. Bila ada yang rusak dengan cepat dapat diganti karena baik bahan maupun cara membuatnya tidak sulit. Sama halnya dengan alat musik tahuri su- ling bambu juga jarang dipesan untuk dijual.
Bapak Cornalis tidak memberikan pelatihan untuk seseorang yang ingin belajar membuat suling bambu atau tahuri. Menurutnya cukup sulit melatih orang untuk mengerjakan alat-alat musik tiup tersebut terutama tahuri. Saat memberi lubang guna mencari nada- Bapak Cornalis tidak memberikan pelatihan untuk seseorang yang ingin belajar membuat suling bambu atau tahuri. Menurutnya cukup sulit melatih orang untuk mengerjakan alat-alat musik tiup tersebut terutama tahuri. Saat memberi lubang guna mencari nada-
Gambar 70.
Tahuri Kecil Dengan Beragam Nada
Untuk memperoleh nada-nada dasar notasi dari masing- masing tahuri atau kulit bia maka diperlukan pengetahuan dasar ten- tang musik, selain itu kesabaran dan ketelitian dari sang pembuat musik tahuri juga sangat dibutuhkan.