Pemanfaatan Musik Tradisional Dalam Masyarakat Hutumuri

C. Pemanfaatan Musik Tradisional Dalam Masyarakat Hutumuri

Seni musik pada dasarnya adalah suatu pengungkapan atau penyampaian sesuatu hal secara artistik yang mengandung pernya- taan atas pergulatan hidup manusia. Bermain musik bagi orang Am- bon sesungguhnya bukan sekadar keisengan atau pelontaran naluri- naluri rendah tanpa kontrol tetapi merupakan ekspresi ungkapan ji- wa kehidupan orang yang memainkannya.

Ekspresi tersebut menyangkut pemaknaan dirinya terhadap lingkungan disekitarnya, ungkapan hati saat berada dalam keadaan bersukacita atau berduka ataupun di saat sedang berada dalam si- tuasi acara formal. Musik dalam kehidupan masyarakat Ambon bu- kanlah sesuatu yang baru tetapi telah melekat sejak dahulu sehingga orang luar menganggap semua orang ambon itu pandai bernyanyi atau pandai bermain musik. Hal ini memang tidak dapat disalahkan oleh karena umumnya orang-orang Ambon telah dianugerahi suara yang merdu dan bakat bermain musik dari sang pencipta, dalam situasi dan kondisi apa sekalipun musik selalu ada. Itulah sebabnya telah menjadi tradisi di mana-mana orang Ambon didaulat untuk bernyanyi atau bermain musik.

Orang-orang Ambon biasanya memanfaatkan musik (tradisi- onal) dalam berbagai kesempatan antara lain dalam acara-acara pesta keluarga, pesta negeri, upacara adat, ibadah, bahkan dalam suasana dukacita. Alat-alat yang digunakanpun sederhana mulai dari toleng- Orang-orang Ambon biasanya memanfaatkan musik (tradisi- onal) dalam berbagai kesempatan antara lain dalam acara-acara pesta keluarga, pesta negeri, upacara adat, ibadah, bahkan dalam suasana dukacita. Alat-alat yang digunakanpun sederhana mulai dari toleng-

1. Pemanfaatan Musik Tradisional Dalam Ibadah

Di waktu dahulu orkes suling bambu adalah satu-satunya gr- up musik dalam ibadah (jemaat) yang dimanfaatkan gereja-gereja sebagai pengiring lagu dalam ibadah. Untuk lebih memantapkan pe- rannya keberadaan orkes suling bambu ini dimasukkan dalam str- uktur organisasi gereja bersama-sama dengan perkumpulan Muha- beth. Walaupun kedudukan orkes suling bambu telah berada dalam organisasi gereja kenyataannya pemerintah negeri tetap memanfa- atkan orkes suling bambu untuk menunjang kegiatan-kegiatan peme- rintahan misalnya menghibur tamu-tamu kehormatan di rumah raja atau menyambut kedatangan tamu-tamu terhormat di negeri. Kea- daan ini menunjukkan bahwa musik tradisional bukan saja diman- faatkan demi kepentingan rohani namun juga kepentingan pemerin- tahan.

Gambar 52.

Orkes Suling Bambu Dalam Sebuah Acara Sipil Pemerintahan

Begitu pentingnya orkes suling bambu dalam kehidupan masyarakat maka musik tradisional itu dimasukkan dalam stuktur organisasi ge- reja seperti terlihat di bawah ini.

Tabel 6.

Struktur Jemaat

Majelis Jemaat

Sekolah Minggu Kelompok Katekis

Kelompok Pemuda

Paduan Suara

Orkes Suling

Muhabeth

Kelompok Kelompok Kaum Ibu Pekabaran Injil

Sumber: Cooley,1999:283

Sejalan dengan pemanfaatan musik tradisional di waktu da- hulu kebutuhan akan musik itu cukup memusingkan dan dapat menimbulkan perselisihan antara kepentingan gereja dan kepen- tingan pemerintah negeri. Pada waktu bersamaan misalnya Gereja dengan Pemerintah Negeri ingin memanfaatkan orkes suling bambu, saat raja meminta orkes suling bambu untuk mengisi suatu acara sipil pada waktu yang sama pula orkes suling bambu juga harus melayani ibadah di gereja. Untuk mengatasi hal ini Gereja Protestan Hindia Belanda dan Residen Maluku Tengah membuat sebuah Surat Keputusan bersama dimana pada Pasal 12 dalam Surat Keputusan itu dijelaskan tentang Hubungan Antara Desa-Desa dan Jemaat Kristen Pribumi di Maluku yang masuk dalam Gereja Protestan yang dinya- takan bahwa perselisihan yang timbul dari peraturan-peraturan ini dan yang menyangkut orkes suling bambu akan diputuskan dalam perundingan antara Kepala Pemerintahan Daerah dan Pengurus Ge- reja di Ambon dan pada akhirnya persoalan kepentingan ini dapat diredakan (Cooley, 1999:283). Demikian keadaannya hingga sekara- ng ini orkes suling bambu umumnya di bawah pembinaan gereja.

Di Negeri Hutumuri, orkes suling bambu mendapat jadwal untuk melyani jemaat dalam pelayanan ibadah minggu. Sebagai Di Negeri Hutumuri, orkes suling bambu mendapat jadwal untuk melyani jemaat dalam pelayanan ibadah minggu. Sebagai

2. Pemanfaatan Musik Tradisional Dalam Acara Hiburan

Musik tradisional bukan saja dimanfaatkan dalam acara peri- badatan tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana hiburan mi- salnya ketika ada jamuan makam malam tamu-tamu pemerintah daerah di mana tamu-tamu itu disuguhi dengan musik khas orang Ambon. Meskipun penampilan telah menggunakan gaya busana mo- dern namun alat musik dan lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu daerah. Baniang hitam yang biasa digunakan ketika mengiringi mu- sik grejawi dapat diganti dengan busana modern yaitu baniang me- rah, celana putih dan sepatu putih.

3. Pemanfaatan Musik Tradisional Dalam Ibadah Kedukaan

Dahulu apabila ada anggota keluarga yang meninggal maka malam hari diadakan ibadah penghiburan. Istilahnya mele-mele, me- nemani keluarga yang sedang berduka. Ibadah singkat dilaksanakan dipimpin oleh seorang pendeta didampingi majelis bertugas. Orkes suling bambu akan ibadah penghiburan itu dengan lagu-lagu peng- hiburan. Biasanya walaupun ibadah telah usia orkes suling bambu jemaat akan terus memainkan lagu-lagu yang bersumber dari buku- buku nyanyian jemaat hingga larut malam. Keesokan harinya pada saat acara ibadah pemakaman tiba orkes suling bambu kembali aktif mengiringi ibadah pemakaman yaitu dari ibadah di rumah sampai mengantar jenazah ke kubur.

Arak-arakan dari rumah ke tempat pekuburan biasanya di- iringi oleh orkes suling bambu yang memainkan lagu-lagu pengu- buran sepanjang jalan. Usai acara penguburan kegiatan belumlah se- lesai tetapi diikuti dengan kegiatan berjaga-jaga di rumah almarhum atau almarhumah selama beberapa hari. Keluarga dan handai taulan, Arak-arakan dari rumah ke tempat pekuburan biasanya di- iringi oleh orkes suling bambu yang memainkan lagu-lagu pengu- buran sepanjang jalan. Usai acara penguburan kegiatan belumlah se- lesai tetapi diikuti dengan kegiatan berjaga-jaga di rumah almarhum atau almarhumah selama beberapa hari. Keluarga dan handai taulan,

Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kesibukan masyarakat maka aktivitas berjaga-jaga itu telah diganti dengan iba- dah syukur usai pemakaman. Para pelayat diminta untuk kembali ke rumah duka untuk melakukan ibadah singkat tetap dengan iringan musik suling bambu atau musik terompet. Nampaknya upacara ma- lam ke tiga yang merupakan tradisi orang Ambon sudah tidak ter- pelihara lagi dan ini menunjukkan sisa-sisa kepercayaan lama se- makin lemah oleh pergantian zaman dan Gereja Protestan Maluku semakin kuat dan dewasa (Cooley, 1987:297). Jika di waktu dahulu musik suling bambu selalu digunakan untuk mengiringi acara pe- nguburan saat ini lebih banyak diganti oleh orkes grup terompet mi- lik jemaat.

4. Pemanfaatan Musik Tradisional Dalam Acara Resmi

Masyarakat Ambon memiliki sebuah kebiasaan yaitu meny- ambut tamu kehormatan yang berkunjung ke negerinya dengan me- nggunakan musik tradisional sama halnya dengan masyarakat di Hutumuri. Penyambutan tamu kehormatan biasanya dianggap acara besar atau setengah resmi sehingga perlu disambut dengan musik negeri. Ketika hal ini ditanyakan kepada salah seorang pemain tahuri Ia mengatakan menyambut tamu dengan musik adalah cara yang telah dilakukan sejak dahulukala oleh leluhur mereka sehingga ke- biasaan itu terus dilakukan dan ketika dikonfirmasikan dengan pe- latih Bapak Carolis ia pun membenarkan bahwa sejak dahulu leluhur merekapun telah melakukan hal yang sama dan ditambahkan inipun cara menunjukkan keramahan masyarakat Hutumuri. Grup musik- nya sering mendapat tugas untuk menyambut tamu terhormat yang datang ke Hutumuri

Gambar 53.

Orkestra Tahuri Menyambut Tamu

Sering kali grup musik tradisional tahuri diundang untuk me- meriahkan sebuah acara pemerintahan misalnya peresmian kantor atau peresmian sebuah gedung gereja. Grup tahuri pun pernah diu- ndang oleh Komandan Angkatan Laut Halong dalam rangka meres- mikan sebuah kapal perang yang diresmikan di Dermaga Angkatan Laut Halong Ambon. Lagu-lagu yang dibawakan adalah atas pesa- nan sang pemberi pesanan tetapi umumnya adalah lagu-lagu daerah Ambon yang berirama gembira.