Area pada wajah yang menjadi fokus perhatian para ortodontis adalah jaringan lunak pada region wajah bagian bawah yang akan dipengaruhi intervensi
perawatan ortodonti. Salah satunya merupakan bibir yang mana posisinya dapat berubah secara signifikan ketika gigi geligi direposisi. Neger juga ikut menekankan
posisi anteroposterior dari bibir berkaitan erat dengan relasi gigi geligi. Oleh karena itu, perubahan jaringan lunak yang dapat diantisipasi dalam perawatan ortodonti
berada di sekitar bibir.
19,20
Maka evaluasi bibir dalam penilaian sebelum perawatan sangatlah penting. Dalam kepentingan evaluasi, diperlukan sebuah garis referensi. Beberapa garis telah
diperkenalkan guna menilai posisi anteroposterior dari bibir dan mengevaluasi profil estetis pasien. Namun pemilihan akan garis mana yang merupakan garis paling
konsisten dan terpercaya diantara yang lainnya sering kali menjadi sebuah permasalahan.
19,20
2.2 Garis-garis Referensi Analitik dari Posisi Bibir Horizontal
Garis profil merupakan sebuah garis referensi dari area pada wajah yang dipengaruhi oleh perawatan ortodonti dengan pergerakan gigi geligi. Beberapa garis
telah digunakan dalam mengevaluasi posisi anteroposterior bibir seperti garis E Ricketts, garis H Holdaway, garis S Steiner, garis B Burstone, garis S Sushner dan
sebagainya. Garis-garis referensi ini melibatkan titik-titik yang berbeda yang mana memungkinkan dihasilkannya hasil evaluasi posisi bibir yang berbeda. Maka
pemilihan akan garis mana yang paling tepat digunakan masih sering menjadi sebuah permasalahan.
20
2.2.1 Garis E Ricketts
Sejumlah garis dan sudut yang menghubungkan titik-titik antropometrik telah dikemukakan, salah satunya adalah garis estetis E yang dikemukakan oleh Ricketts.
Garis tersebut dapat mengidentifikasi secara proporsional apakah bibir terlalu maju
Universitas Sumatera Utara
atau hidung dan dagu yang terlalu mundur. Garis E merupakan salah satu garis yang paling sering digunakan sebagai garis referensi dalam diagnosis dan rencana
perawatan ortodonti karena kemudahan dalam pemakaian dan interpretasinya.
9,16,19,21
Garis ini digambarkan dari Pronasale Pn menuju pogonion jaringan lunak Pog’. Jarak antara bibir bawah dengan garis estetis ini adalah sebuah indikasi dari
keseimbangan jaringan lunak antara bibir dengan profil. Seseorang dengan profil yang harmonis, posisi bibir atas dan bibir bawah akan berada di belakang garis
tersebut dalam jarak 4 mm dan 2 mm secara berurut dan diikuti oleh standar deviasi tertentu. Ricketts menyatakan nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada
umur dan jenis kelamin.
9,16,19,21
Gambar 1. Garis E Ricketts
21
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Garis B Burstone
Burstone menyatakan bahwa, dalam diagnosa sebuah kasus ortodonti, jaringan lunak seharusnya menjadi sebuah standar bersama dengan struktur dental
dan skeletal karena jaringan lunak merupakan penentu terakhir dari keharmonisan dan estetis fasial. Burstone mengatakan bahwa postur bibir dapat merupakan salah
satu faktor etiologi yang menyebabkan malrelasi dari gigi geligi. Ia menyarankan bahwa postur bibir harus menjadi salah sebuah faktor primer dalam rencana
perawatan.
11,22
Garis B yang dinyatakan oleh Burstone pada tahun 1958 digambarkan dari Subnasale Sn menuju pogonion jaringan lunak Pog’. Pada penelitian terhadap ras
kaukasoid, ia menyimpulkan bahwa bibir atas dan bibir bawah berada pada anterior garis tersebut dengan jarak rata-rata 3,5 mm dan 2,2 mm secara berurut.
11,22
Gambar 2. Garis B Burstone
11
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Garis S Sushner S2
Sebuah garis S dikemukakan oleh Sushner pada tahun 1977Garis S2. Garis tersebut digambarkan dari nasion jaringan lunak N’ menuju pogonion jaringan
lunak Pog’.Sushner menyatakan posisi bibir terhadap garis ini terletak lebih anterior pada kalangan kulit hitam dibandingkan kalangan kulit putih. Pengukuran jarak garis
S2 ini terhadap bibir atas dan bibir bawah secara berurut adalah 8,8 mm dan 6,7 mm pada wanita berkulit hitam dan 10,3 mm dan 8 mm pada pria berkulit hitam.
10,11
Gambar 3. Garis S Sushner S2
11
2.2.4 Garis H Holdaway