MENENTUKAN TOPIK PERSOALAN PENELITIAN

b. WawancaraInterview

  Wawancara dalam penelitian dapat dibedakan dalam dua bentuk (Sugiyono, 2008:194-199; Suparno, 2008:50-54), yakni: wawancara tertutup (terstruktur) dan wawancara terbuka (tidak terstruktur).

  Contoh wawancara tertutup:

  1) Apakah saudaramu-saudaramau ramai bila kamu sedang belajar? Ya atau tidak?

  2) Suasana rumahmu tenang atau ramai saat kamu sedang belajar? Ya atau tidak?

  3) Apakah di sore dan malam hari listrik di rumahmu menyala dengan terang atau tidak? Ya atau tidak?

  4) Orang tuamu duduk di dekat kamu saat kamu sedang belajar? Ya atau tidak?

  5) Apakah orang tuamu menonton TV atau video selama kamu belajar ? Ya atau

  6) Waktu kamu tidak belajar di rumah, apakah orang tuamu mengingatkan atau tidak?

  7) Apakah kamu senang dengan pelajaran agama?

  a. Sangat senang

  b. Senang

  c. Kurang senang

  d. Tidak senang

  8) Di rumah kamu membaca kitab suci,

  a. Selalu

  b. Sering

  c. Kadang-kadang

  d. Tidak pernah Contoh wawancara terbuka:

  1) Coba ceritakan bagaimana suasana rumahmu waktu kamu belajar!

  2) Apa yang kamu harapkan dari orang tuamu saat kamu sedang belajar di rumah!

  3) Coba ceritakan apa yang biasanya dilakukan orang tuamu saat kamu sedang belajar!

  4) Apa yang dapat membuat kamu senang dengan pelajaran agama?

c. Survei

  Survei adalah sekumpulan pertanyaan yang disusun dengan jelas untuk mendapatkan jawaban dari subjek tentang hal, kegiatan, pendapat, kebiasaan, dll yang ingin diketahui oleh peneliti. Model survey sering disebut model angket atau kuesioner. Survei dapat dilakukan langsung pada subjek, atau secara tidak langsung melalui orang lain, telepon, faksimili, e-mail atau pun on-line via computer.

  Dibedakan dua bentuk survey berdasarkan pertanyaannya: - Pertanyaan pilihan ganda atau tertutup. Siswa hanya memilih jawaban yang sudah

  disediakan. - Pertanyaan terbuka. Siswa dapat leluasa menjelaskan jawabannya.

  Dalam menyusun pertanyaan sedapat mungkin sederhana, jelas, mudah dimengerti dan menarik. Sebaiknya dalam suatu angket terdapat pertanyaan petanyaan terbuka. Berikut ini contoh angket tentang minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

ANGKET

  Angket no: ……………..

Pengatar

  Bacalah dengan teliti pertanyaan-pertanyaan berikut, kemudian pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan situasi, pemikiran, pengalaman anda selama ini, dengan cara melingkari pada huruf jawaban yang anda pilih. Ini bukan ulangan jadi tidak akan mempengaruhi nilai-nilai dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

  Pertanyaan

  1. Apakah kamu menyukai pelajaran agama di kelas anda?

  a. Sangat suka

  b. Suka

  c. Kurang suka

  d. Tidak Suka

  2. Apa yang kamu lakukan untuk mempersiapkan pelajaran agama saat kamu di rumah?

  a. Saya selalu membaca buku pelajaran agama.

  b. Saya kadang-kadang membaca buku pelajaran agama.

  c. Saya jarang membaca buku pelajaran agama

  d. Saya tidak pernah membaca buku pelajaran agama.

  3. Apakah yang anda lakukan sebelum pelajaran agama dimulai?

  a. Saya selalu membaca buku pelajaran agama sebelumnya.

  b. Saya kadang-kadang membaca buku pelajaran agama sebelumnya.

  Tabel 2.7. Contoh Kartu Data

  TEMPAT BELAJAR

  SISWI

  SISWA

  Perpustakaan sekolah

  IIII IIII

  IIII

  Ruang kelas

  IIII IIII IIII

  IIII IIII II

  Gang sekolah

  III

  IIII IIII IIII I

  Halaman sekolah

  IIII IIII IIII II

  IIII IIII IIII

  Aula sekolah

  IIII IIII

  IIII

  Kantin

  IIII IIII IIII I

  IIII IIII I

  5) Website, Jurnal Kelas, E-Mail

  Untuk dunia dewasa ini penggunaan website dan e-mail sudah bukan barang langkah dan baru lagi. Guru sebagai peneliti perlu menggunakan sarana-sarana tersebut untuk menemukan data dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.

  Jurnal pendidikan dapat dibuat dalam lingkup kelas atau sekolah. Jurnal memuat tentang apa yang mereka kerjakan, pengalaman, perasaan dan usulan-usulan mereka. Pengisian jurnal dapat memanfaatkan komputer untuk menyimpan, menata, mengorganisir dan mengakses data para siswa.

e. Testing

  Metode tes dapat dipergunakan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data. Jenis-jenis tes yang dapat dipergunakan adalah tes IQ, tes hasil belajar. Dalam penelitian guru sebagai peneliti jangan hanya menjadikan tes sebagai satu-satunya metode pengumpulan data. Tes dapat dipergunakan sebagai pelengkap atau sebagai pembanding dari data yang lain. Tes dapat berbentuk essay atau objektif. Dapat dbuat sendiri oleh guru atau tes standar yang sudah disiapkan.

2.4.4. SKALA PENGUKURUAN

  Pada bagian sebelumnya sudah diberikan contoh menyusun angket. Namun ada baiknya dikenal juga beberapa skala pengukuran dalam penelitian secara umum yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas (Sugiyono, 2008:134-149).

a. Skala Likert

  Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial tertentu. Fenomena sosial dapat terjadi dalam dunia pendidikan juga dalam lingkup pendidikan dan kelas. Skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

  a. Sangat setuju (5)

  a. Selalu (4)

  b. Setuju (4)

  b. Sering (3)

  c. Ragu-ragu (3)

  c. Kadang-kadang (2)

  d. Tidak setuju (2)

  d. Tidak pernah (1)

  e. Sangat tidak setuju (1)

  a. Sangat positif (4)

  a. Sangat baik (4)

  b. Positif (3)

  b. Baik (3)

  c. Negatif (2)

  c. Tidak baik (2)

  d. Sangat negatif (1)

  d. Sangat tidak baik (1)

  Untuk keperluan analisis, maka jawaban itu dapat diberi skor seperti nampak angka-angka pada setiap gradasi. Instrumen penelitian yang menggunakan skal likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Contoh bentuk checklist:

  Berilah jawaban dengan menggunakan tanda “V” pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

  NO PERTANYAAN

  agama V

  semua siswa harus membawa Kitab Suci

  2 Dalam

  pelajaran

  agama V

  semua siswa harus dapat berdoa spontan

  3 ………………………………..

  SS

  = Sangat setuju

  RG = Ragu-ragu

  : skor 3

  TS

  = Tidak setuju

  : skor 2

  STS = Sangat Tidak setuju

  : skor 1

  Contoh cara menganalisisnya akan dibahas pada uraian selanjutnya.

  Bentuk pilihan ganda (lihat contoh sebelumnya pada halaman 55-58).

b. Skala Guttman

  Skala pengukuran Guttman menutut responden menjawab dengan tegas, “ya- tidak”,; “benar-salah”, pernah-tidak pernah”; positif-negatif, dll. Jadi hanya ada dua interval. Contoh lihat halaman 52. Skala Guttman dapat dibuat pilihan ganda atau checklist. Contoh pilihan ganda:

  1. Apakah kamu kamu merasa senang dengan pelajaran Matematika?

  a. Ya

  b. Tidak

  Contoh checklist

  NO

  PERTANYAAN

  PERNAH TIDAK

  PERNAH

  1 Guru agama menggunakan V film rohani dalam pelajaran agama

  2 ……………………………….

c. Semantic Defferensial

  Skala pengukuran ini ditemukan oleh Osggod. Bentuknya sebagai berikut:

  Mohon diberi nilai terhadap nilai gaya

  kepemimpinan wali kelas kamu dengan cara melingkar angka yang sesuai

  menurut penilaian anda

  Bersahabat

  5 4 3 2 1 Tidak bersahabat

  Tepat janji

  5 4 3 2 1 Lupa janji

  Memberi pujian

  Semakin besar besar nilai (maksimal 5) yang diberikan berarti semakin postif, sdangkan semakin kecil semakin negatif. Pada angka 3 berarti netral.

d. Rating Scale

  Ketiga model skala pengukuran di atas semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Pada rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka

  Contoh: Seberapa baik ruang kelas di kelas anda? Berilah jawaban dengan angka

  4. bila tata ruang ruangan itu sangat baik.

  3. bila tata ruang itu cukup baik.

  2. bila tata ruang itu kurang baik.

  1. bila tata ruang itu sangat tidak baik. Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

  NO

  PERTANYAAN TENTANG TATA

  INTERVAL

  RUANG KELAS

  JAWABAN

  1 Penataan meja murid guru sehingga 4 3 2 1

  pembelajaran lancar

  2 Cahaya alam dalam ruangan kelas

  3 Cahaya buatanlistrik dalam kelas

  4 Warna lantai kelas

  5 Sirkulasi udara dalam ruang kelas

  perlengkapan dalam kelas

  7 Kebersihan ruangan kelas

  8 Penempatan almari buku

e. Skala Thurstone

  Skala Thurstone adalah model skala pengukuan di mana responden diminta untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. Contoh: Mengukur persepsi para siswa tentang cara guru agama mengajar.

  Pilihlah 5 dengan cara melingkari nomor pernyataan dari 10 pernyataan yang sesuai menurut kamu.

  a. Saya merasa senang dan bersemangat dengan cara guru agama mengajar.

  b. Saya mengalami kesulitan memahami pelajaran agama walaupun guru agama sudah menjelaskan bahan pelajaran.

  c. Saya cepat bosan dan mengantuk dengan cara mengajar guru agama.

  d. Saya dapat memahami bahan pelajaran bila guru agama mengajar.

  e. Guru agama saya sangat kreatif dalam mengajar pelajaran agama.

  f. Guru agama saya pada umumnya kalau menjelaskan membaca buku pegangan.

  g. Guru agama kalau mengajar kadang menarik kadang membosankan.

  h. Guru agama sering memberikan tugas terlalu sulit untuk dikerjakan.

  i. Saya senang karena guru agama saya, menghargai pendapat dari para siswa. j. Saya merasa guru agama tidak pernah memberikan kesempatan kepada para siswa

  untuk bertanya.

  Sebelumnya guru sebagai peneliti untuk keperluan analisis memberikan nilai pada setiap item sebagai berikut:

  No item pernyataan a

  Nilai tertinggi: 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = 40, 40:5 = 8 Nilai terendah: 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15, 15:5 = 3

  Misalnya: Hasil jawaban seorang siswa bernama Andy ditabulasikan sebagai berikut:

  No item pernyataan

  a b c d e f g h i j

  Jawaban Andy

  Nilai 4 dari Andy adalah nilai respon yang cenderung pada nilai rendah, berarti cara mengajar guru

2.4.5. METODE ANALISIS DATA

a. Syarat-syarat Analisis Data

  Dalam analisis data perlu diperhatikan beberapa syarat, yakni validitas, kredibiltas dan reliabilitas data.

1) Akurasi dan Kredibilitas

  Data disebut akurat dan kredibel bila data yang diambil sungguh-sungguh menunjukkan dan menciptakan gambaran yang benar dan realistis apa yang diteliti. Misalnya kalau kita ingin meneliti tentang keaktifan siswa di kelas, data yang diapakai harus benar-benar rekaman gambaran kegiatan siswa di kelas, bukan cerita guru tentang suasana kelas.

2) Validitas

  Data yang valid adalah data yang menunjukkan data yang sungguh-sungguh mengukur apa yang akan diukur. Misalnya untuk mengukur tingkat kegembiraan siswa belasjar Bahasa Inggris, maka data yang disajikan menunjukkan kegembiraan siswa dalam belajar bahasa Inggris, bukan kegembiraan bermain di lapangan.

  McNiff(2002:105-107) mengungkapkan minimal ada tiga model validitas, yaitu (1) validitas pribadi, (2) lewat teman, (3) secara ilmiah. Secara pribadi peneliti selalu bertanya dalam dirinya (1) apakah yang saya katakan dan tulis memang benar, (2) apakah kita menggunakan bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh orang lain, (3) apakah hasil yang kita ungkapkan dapat didiskusikan.

  Validitas teman dapat diperoleh dengan meminta pertimbangan, masukan dan kritik dari teman-teman guru tentang penelitian dan temuan kita. Semakin banyak masukan dan tanggapan maka akan lebih valid. Sedangkan data atau hasil penelitian kita memiliki validitas ilmiah apabila penelitian dan penemuan kita dapat diterima seara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Di antaranya adalah dengan menunjukkan relasi kausal antara teori dan praktik yang sudah ada; ada kritik reflektif; ada tanggung- jawab. Analisis dan laporan penelitian sebaiknya disertai dengan penjelasan-penjelasan yang ilimiah, bukan hanya sekedar laporan observasi atau deskripsi apa yang terjadi.

  Lincoln dan Guba (1981) mengemukakan empat kriteria validitas suatu penelitian kualitatif (Moleong, 2005:324), yakni kredibilitas (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).

  Kredibilitas dapat dicapai melalui; penelitian yang lama, observasi secara tetapkonstanajeg, interkasi dan kreksi dari teman lain, triangulasi atau membandingkan dengan yang lain, menggunakan pelbagai sumber data, ada pengecekan dari subjek yang diteliti dan ditunjang dengan referensi yang kuat.

  Transferabilitas dapat dikembangkan dengan mengumpulkan data deskriptif secara detail dan mengembangkan deskripsi dari konteks. Dependabilitas artinya data saling melengkapi, diperoleh melalui metode-metode yang saling melengkapi dan mengaudit secara cermat data yang dikumpulkan. Konfimabilitas, netralitas atau objektivitas data diperoleh melalui triangulasi yakni menyoroti persoalan dari berbagai sudut dan melakukan refleksi terus-menerus, membuat jurnal riset sehingga data makin lengkap.

3) Reliabilitas

  Reliabilitas artinya data yang diambil akan tetap sama meski diambil dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas menunjukkan apakah suatu tes itu konsisten atau tidak. Jadi data tidak berubah dalam perjalanan waktu; diukur hari ini atau esok, hasilnya tetap sama. Misalnya hasil tes dari siswa Rita hari ini untuk mata Pelajaran Agama, maka minggu depan skornya tetap sama.

  Dalam penelitian tindakan kelas, apabila kita akan mengukur apakah siswa kreatif di kelas, maka perlu adanya pengamatan secara tetap, misalnya setiap minggu sampai sekitar dua bulan. Bila sampai dua bulan siswa tersebut kreatif, maka dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut memang kreatif.

b. Jenis Analisis Data

  Dalam analisis data, peneliti dapat menggunakan analisis kualitatif ataupun kuantitatif sederhana sesuai dengan model instrumen yang digunakan.

  Analisis data kualitatif dapat menggunakan cara kategorisasi yang dibuat dengan cara koding (mengkode). Peneliti dapat melihat pola (pattern) yang menonjol. Analisis Kuantitatif dapat menggunakan statistik sederhana (statistik deskriptif). Tidak perlu menggunakan statistik inferensial yang agak kompleks dan ketat. Statistik deskriptif yang dapat dipergunakan adalah menghitung frekuensi, persentase, rata-rata (mean). Standar deviasi (ketersebaran data) dan korelasi sederhan.

1) Analisis Data Kualitatif

  Analisis data kualitatif dapat ditempuh dengan cara induktif kualitatif. Analisis data induktif adalah cara analisis dengan cara menemukan pola-pola tertentu dari data yang dikumpulkan. Peneliti dalam membaca, melihat dan mendengarkan data, perlu melihat pola-pola yang selalusering muncul baik ungkapan, kejadian, perasaan atau sikap dari subjek.

  Analisis induktif kualitatif dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Suparno, 2008:72-79): - Membuat transkrip data. Semua transkrip data dibuat dalam bahasa tulisan dalam

  kertas, kartu atau file komputer dengan diberi nama yang berbeda menurut isi, tanggal dan waktu observasi.

  - Memberi kode, label (coding). Semua data yang sudah ditulis dalam kalimat diberi kode

  atau label yaitu istilah singkat atau kata yang menungkapkan tema, kegiatan, suasana, karakter, dll yang mewakili data penelitian. Kode disesuaikan dengan topik persoalan penelitian.

  Misalnya persoalan kita, mengapa siswa-siswi gaduh selama berada di laboratorium Fisika.

  1. Alternatif kodenya: gaduh, alat kurang, berebut peralatan, heran akan hasil percobaan, bermain, dll.

  2. Data yang menunjukkan peristiwa atau kejadian tersebut diberi kode yang sesuai. Contoh:

  Tabel 2.8. Contoh Data Transkrip Observasi Pelajaran Fisika

  Data transkrip dari observasi

  Kodelabel

  Kejadian di lab Fisika, ruangannya kecil, dengan dua meja praktikum di tengah.Di lab ada dua set Alat Kurang peralatan Fisika dengan jumlah siswa 20 anak.

  Suasana praktikum ramai, gaduh. Beberapa siswa Gaduh berebut peralatan, tarik-menarik, teriak. Beberapa siswa tidak dapat mencoba, hanya melihat dari jauh. Alat kurang Mereka ini ngobrol saja, tidak dapat aktif melakukan percobaan.

  Kelompok kedua tiba-tiba berteriak, gembira, kaget. Gaduh Mereka semua memandang sesuatu yang tampak aneh, Heran, keluar asap kuning dari tabung percobaan mereka. hal aneh Mereka saling bicara, bertanya kejadian apa itu. Dst.

  Contoh lain misalnya persoalan bagaimana cara guru membuat siswa aktif dalam pelajaran agama.

  1. Alternatif kodenya: aktif, pasif, diam, tidak menjawab, bingung, malu-malu, bertanya, menunjuk, memberi pujian, dsb.

  2. Data yang menunjukkan peristiwa atau kejadian tersebut diberi kode yang sesuai. Contoh:

  Tabel 2.9. Contoh Transkrip Data Observasi dalam Pelajaran Agama

  Data transkrip dari observasi

  Kodelabel

  Guru masuk ruangan belajar. Guru membuka pelajaran dengan doa dan nyaian. Guru mengajak siswa berdiri untuk berdoa dan bernyanyi.

  Saat guru mengajak berdiri berdoa dan bernyanyi ada siswa yang tidak langsung berdiri. Mengajak Ada yang masih sibuk dengan buku-bukunya. Ada Tidak aktif yang masih bersenda-gurau dengan teman-teman Sibuk sendiri yang lain. Guru mengajak kembali semua siswa Mengajak untuk berdoa dan bernyanyi.

  Guru mulai membuka pelajaran dengan bertanya Bertanya bahan pelajaran minggu yang lalu. Semua siswa Diam diam. Guru bertanya lagi. Tida ada yang Tidak menjawab menjawab. Banyak yang tertunduk, masih sibuk Sibuk dengan menulis (tidak tau apa yang ditulis).

  Guru menunjuk seorang siswa. Dia diam. Guru Menunjuk, diam bertanya kembali. Nampak siswa-siswi yang lain Bertanya berbisik-bisik saling memandang. Siswa tersebut Diam tetap diam. Guru bertanya kepada siswa yang lain. Bertanya Siswa tersebut belum menjawab dengan baik. Guru mengarahkan. Jawaban siswa mendekati harapan Menjawab guru. Guru memberi pujian. Nampak semua siswa Pujian senyum. Guru bertanya lagi. Banyak siswa yang Bertanya mengangkat tangan. Bahkan ada yang langsung Menjawab, menjawab. Suasana kelas mulai gaduh.

  gaduh

  Guru meredahkan suasana. Guru menunjuk Menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab. Siswa Menjawab tersebut menjawab dengan baik.

  Guru merangkum semua jawaban siswa. Guru selanjutnya menerangkan tentang tema pelajaran dan menulis tema pelajaran di papan tulis. Dst.

  Kadang-kadang peneliti tidak dapat langsung memberi kode pada kalimat yang tertulis langsung, tetapi harus mencoba menangkap maksud data yang tertulis bukan kata yang digunakan atau maksud yang lebih menyeluruh. Adakalanya data dalam satu lembar kerta hanya dapat diberi satu kode saja. Untuk itu seorang peneliti perlu membaca kembali seluruhnya dengan berefleksi. Bisa saja kode yang sudah diberikan tidak cocok sehingga perlu diganti.

  3) Membuat duplikat data tertulis. Supaya data aman, maka perlu membuat duplikat, salinan duplikat asli dengan jalan misalnya dengan menfotocopy. Data salinanfotocopy yang dijadikan bahan analisis dan diberi kode.

  4) Mengumpulkan data-data yang berkode sama. Data kode yang sama dijadikan satu kategori, pengertian yang lebih luas. Pada contoh persoalan kegaduhan siswa di lab Fisika, kategori dapat berupa: - gaduh karena :

  1) peralatan lab tidak mencukupi

  2) terheran-heran pada hasil percobaan

  3) siswa yang lain bermain

  4) siswa mau melakukan percobaan lebih dulu Pada persoalan bagaimana cara guru mengajak siswa aktif dalam pelajaran agama. - cara membuat siswa aktif:

  1) mengajak untuk terlibat

  2) bertanya

  3) menunjuk untuk menjawab

  4) memberi pujian

  5) Dari semua kategori yang akan terlihat kategori mana yang paling banyak. Kemuadian

  6) Alasan kegaduhan dan cara membuat siswa aktif dapat ditentukan dari kategori yang paling banyak muncul.

  7) Apabila kategori jumlahnya banyak maka kategori yang mirip atau dekat dikelompokkan lagi menjadi konsep utama. Konsep utama dirutkan dari yang paling banyak terjadi dan itulah hasil dari penelitian.

  8) Membuat rangkuman dalam bentuk narasi atau kalimat terhadap apa yang ditemukan. Secara skematis proses induktif kualitatif dapat digambarkan sbb:

  Data

  Kode

  Kategori

  Konsep

  Gambar 2.1. Proses Induktif Kualitatif

  Petunjuk lain yang dapat dilakukan dalam analisis kualitatif, yakni:

  1. Melihat pola yang muncul dari data. Oleh karena itu penting melihat dengan jelas kejadian yang sering terulang, kata-kata yang sering terungkap, jawaban-jawaban yang sering muncul.

  - Perhatikan apa yang unik, yang berbeda dari biasanya. Kemudian bertanya mengapa

  itu terjadi di sini, sekarang bukan di tempat lain atau waktu lain. - Menggunakan peta konsep untuk melihat persoalan yang ada. Unsur-unsur yang

  muncul dicoba dijadikan satu peta konsep. Lalu dari sana akan terlihat mana yang saling berkaitan dan mana yang tidak, mana yang menjadi sebab utama dan mana yang bukan.

  - Peneliti dapat menggunakan kategori dengan pertanyaan who, what, where, when, why,

  how. - Menggunakan kata kerja, karena menunjukkan suatu tindakan. Apalagi meneliti apa

  yang dilakukan siswa.

2) Analisis Data Kuantitatif Sederhana

  Dalam penelitian tindakan diperlukan juga pengumpulan data secara kuantitatif, walaupun tidak harus selalu dalam penelitian tindakan menggunakan analisis kuantitatif. Sudah disebutkan sebelumnya analisis kuantitatif dapat menggunakan statistik sederhana seperti frkuensi, rata-rata, standar deviasi, persentase dan korelasi sederhana.

  Contoh analisis kuantitatif berbasarkan instrumen dengan bentuk skala likert: Berilah jawaban dengan menggunakan tanda “V” pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

  NO PERTANYAAN

  agama V

  semua siswa harus membawa Kitab Suci

  2 ………………………………..

  SS

  = Sangat setuju

  RG = Ragu-ragu

  : skor 3

  STS = Sangat Tidak setuju

  : skor 1

  Angket diberikan kepada 30 orang siswa. Setelah Hasilnya sebagai berikut:

  9 orang menjawab

  : Sangat Setuju

  8 orang menjawab

  : Setuju

  5 orang menjawab

  : Ragu-ragu

  4 orang menjawab

  : Tidak setuju

  4 orang menjawab

  : Sangat tidak setuju

  Berdasarkan data tersebut 17 orang (9+8) atau 64 siswa menjawab setuju dan sangat setuju. Jadi kesimpulan 64-65 siswa setuju bahwa dalam pelajaran agama perlu membawa Kitab Suci.

  Data interval tersebut dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata (mean) jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut:

  Jumlah skor untuk 9 orang = 9 x 5 = 45 Jumlah skor untuk 8 orang = 8 x 4 = 32 Jumlah skor untuk 5 orang = 5 x 3 = 15 Jumlah skor untuk 4 orang = 4 x 2 = 8 Jumlah skor untuk 4 orang = 4 x 1 = 4

  Jumlah Total

  Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 30 (jumlah responden)= 150 (seandainya semua menjawab ”sangat setuju”). Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian adalah 112. Jadi berdasarkan data ini maka tingkat persetujuan siswa terhadap perlunya membawa Kitab Suci dalam pelajaran agama adalah (112:150) x 100 = 74,67 dari yang diharapkan 100. Secara kontinuum dapat digambarkan sebagai berikut:

  STS

  TS

  RG

  ST

  SS

  Gambar 2.2. Contoh Kontinuum Hasil Pengukuran

  Berdasarkan gambar terlihat bahwa nilai 112 berada pada daerah yang cenderung ragu-ragu dan setuju. Jadi ada kecenderungan belum semua siswa setuju membawa Kitab Suci dalam pelajaran agama. Temuan ini tentunya tidak ideal. Maka guru sebagai peneliti perlu mencari alasannya kemudian menentukan tindakan apa (tindakan kelas) yang tepat supaya para siswa dapat memiliki persepsi yang lebih meningkat lagi (persepsi positif) terhadap penggunaan Kitab Suci dalam pelajaran agama.

2.4.5. PENYAJIAN DATA

  Hasil penelitian dalam bentuk deskripsi data dan analisis data perlu disajikan secara menarik sehingga mudah dibaca. Penyajian dapat berbentuk tabel dan grafik (pictogram diagram garis, histogramdiagram batang atau model pie diagam lingkaran.

1. Tabel

  Ada beberapa model tabel yang dapat dipergunakan seperti nampak dalam beberapa contoh berikut.

  Contoh tabel data nominal

  Tabel 2.10 Data Siswa di SMA Don Bosco Manado

  KELAS X KELAS

  KELAS XII

  Contoh tabel data ordinal 1

  Tabel 2.11 Hasil Tes Siklus I Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VII

  SMP Pax Christi Manado

  NO

  NILAI

  JUMLAH SISWA PROSENTASE

  Contoh tabel data ordinal 2

  Tabel 2.12 Hasil Tes Siklus I Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas

  VII SMP Pax Christi Manado

  N

  NILAI

  JUMLAH SISWA

  PROSENTASE

  O

  Contoh tabel data Interval Tabel 2.13. Karakteristik Gaya Mengajar Guru Agama menurut Persepsi Siswa Kelas IX

  SMA Frater Don Bosco Manado

  () GAYA MENGAJAR

  Contoh tabel data Distribusi Frekuensi

  Tabel 2.14

  Hasil Tes Siklus II Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VII SMP Pax Christi Manado

  NO

  FREKUENS PROSENTAS

  Contoh tabel data kontigensi

  Tabel 2.15 Profil Hasil Penelitian Siklus I, II, III Penggunaan Multimedia dalam

  Pelajaran Agama Kelas VII SMP Pax Christi Manado

  SIKLUS I

  Minat belajar

  SIKLUS I

  SIKLUS I

  Hasil

  Prestasi

  II 40 88,89

  Belajar

  III

2. Grafik

  Ada beberapa jenis grafik yang dapat dipergunakan, seperti nampak dalam beberapa contoh berikut.

  Contoh grafik garis

  SIKLUS I

  SIKLUS II

  SIKLUS III

  Gambar 2.3 Profil Hasil Penelitian Siklus I, II, III

  Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VII SMP Pax Christi Manado

  Contoh pictogram (grafik bergambar)

  Minat East

  20 Gambar 2.4 Profil Minat Belajar dengan menggunakan

  0 Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VII

  Siklus I SMP Pax Christi Manado Profil Siklus II Siklus III

  Contoh histogram (grafik batang)

  M inat

  Perhatian Prestasi

  Siklus I

  Siklus II

  Siklus III

  Gambar 2.5 Profil Hasil Penelitian Siklus I, II, III

  Penggunaan Multimedia dalam Pelajaran Agama Kelas VII SMP Pax Christi Manado

  Contoh diagram pie (lingkaran)

  Siklus I Siklus II Siklus III

  Gambar 2.6 Profil Gaya Mengajar Guru Guru Agama

  menurut Persepsi Siswa