Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan id

PENDAHULUAN

  Peningkatan mutu pendidikan menjadi tugas semua pihak, baik pemerintah, ilmuwan maupun praktisi pendidikan. Salah satu upaya peningkatan pendidikan dalam lingkup sekolah adalah dengan melakukan riset pendidikan. Sudah lama dalam dunia riset pendidikan, pihak sekolah atau guru tidak banyak dilibatkan karena riset sering dilakukan oleh pihak luar tanpa banyak melibatkan pihak sekolah atau guru untuk selanjutnya diadakan perbaikan yang berarti bagi sekolah dan bagi guru untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

  Para pelakupraktisi pendidikan seperti kepala sekolah dan guru merasa bahwa hasil dan laporan penelitian terlalu sulit dimengerti karena memakai batasan-batasan penelitian yang ormal dan sulit dicerna, apalagi langsung digunakan di lapangan. Para kepala sekolah dan guru memerlukan penelitian yang lebih dekat dengan praktik pendidikan sehari-hari yang mudah digunakan dalam peningkatan mutu dan praktik pendidikan. Untuk itulah riset tindakan menjadi penting karena dekat dengan praktisi pendidikan sendiri (Soeparno, 2008:4). Bahkan dilaksanakan oleh para pelaku pendidikan itu sendiri yakni guru danatau kepala sekolah yang lebih mengenal dan memahami situasi dan karakteristik praktek pendidikan.

  Kemmis (1997:173) mengungkapkan bahwa riset tindakan merupakan usaha untuk mencari relasi antara teori pendidikan dengan praktek pendidikan sehari- hari. Riset diintegrasikan dengan latar (setting) pendidikan yang nyata sehingga dapat langsung mempengaruhi dan mengembangkan praktek pendidikan yang ada. Dengan demikian, riset tindakan dapat menjembatani jarak antara peneliti dengan praktisi karena praktisi menjadi peneliti.

  Uraian tentang riset tindakan ini terdiri dari tiga bab. Bab satu tentang konsep umum peneltian tindakan. Bab dua tentang proses penelitian tindakan. Bab tiga tentang membuat laporan dan menyajikan hasil riset tindakan.

BAB I KONSEP UMUM PENELITIAN TINDAKAN

  Pada bagian pertama tulisan ini akan disajikan tentang konsep umum riset tindakan. Sehingga diharapkan dengan mengkaji konsep umum riset tindakan akan memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang riset tindakan yakni tentang pengertian, sejarah, tujuan, jenis, sifat dan kegunaan riset tindakan.

1.1. PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN

  Kemmis Mc Taggart (1982) mengatakan: ”Action research is the way groups of people can organize the conditions under which they can learn from their own experiences and make their experience accessible to others.“ Riset tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain (Sukardi, 2003:210). McNiff (2002) menerangkan bahwa riset tindakan sebagai riset praktisi karena dilakukan oleh praktisi sendiri tentang apa yang sedang dilakukan. Riset ini menuntut peneliti berpikir cermat tentang apa yang dibuat, atau menjadi semacam relfeksi. Dalam hal ini peneliti melakukan riset di tempat kerjanya sendiri (Soeparno, 2008:6). Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan riset tindakan sebagai bentuk releksi diri kolektif yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi social dengan tujuan untuk memajukan produktivitas, rasionalitas, keadilan pada persolan social, atau praktek pendidikan. Partisipan tersebut adalah guru, siswa, kepala sekolah, orang tua, anggota masyarakat atau semua yang terkait dengan dunia pendidikan di sekolah. Riset tindakan dalam pendidikan digunakan dalam rangka pengembangan kurikulum, profesi, program sekolah, perencanaan dan kebijakan sekolah.

  Wikipedia (ensiklopedi dalam internet) menyatakan: “Action research is a reflective process of progressive problem solving led by individuals working with others in teams or as part of a "community of practice" to improve the way they address issues and solve problems. Action research can also be undertaken by larger organizations or institutions, assisted or guided by professional researchers, with the aim of improving their strategies, practices, and knowledge of the environments within which they practice. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

  Dalam pengertian di atas mengungkapkan bahwa riset tindakan adalah riset yang dapat dilakukan oleh orang yang sedang melakukan sesuatu pekerjaan untuk mengembangkan pelaksanaan pekerjaan itu atau dalam lingkup institusi yang besar untuk mengembangkan strategi, praktek serta pengetahuan yang ada pada institusi itu.

  Kurt Lewin (1944) mengatakan: “Action research as a comparative research on the conditions and effects of various

  forms of social action and research leading to social action that uses a spiral of steps, each of which is composed of a circle of planning, action, and fact-finding about the result of the action.” (From Wikipedia, the free encyclopedia).

  Dalam pengertian tersebut terkandung makna bahwa riset tindakan sebagai riset yang mengkomparasikan pelbagai kondisi dan dampak dari situasi sosial dengan menggunakan menggunakan langkah-langkah yang berbentuk spiral dimulai dari perencanaan, aksi dan membangun fakta sebagai suatu tindakan.

  Sedangkan Reason Bradbury (2001) mengatakan: “Action research is an interactive inquiry process that balances problem solving actions implemented in a collaborative context with data-driven collaborative analysis or research to understand underlying causes enabling future predictions about personal and organizational change.” (From Wikipedia, the free encyclopedia).

  Zuber Skerritt (1982) sebagaimana dikemukakan oleh Riding, dkk, (1995) Zuber Skerritt (1982) sebagaimana dikemukakan oleh Riding, dkk, (1995)

  Glencoe (2006) mengemukakan bahwa riset tindakan dalam dunia pendidikan dimengerti sebagai proses sistematis untuk mengetes ide atau gagasan baru di kelas, ruang kuliah dan sekolah; lalu menganalisis akibatnya dan akhirnya mengambil keputusan untuk pelaksanaan ide baru itu seterusnya. Biasanya, ide baru itu dapat berupa model pembelajaran yang baru, cara pendekatan guru yang baru atau teori pembelajaran yang baru, cara pendekatan guru yang baru atau teori pembelajaran yang baru. Menariknya penelitian itu dilakukan oleh guru sendiri. Misalnya, seorang guru ingin menerapkan model simulasi, dia dapat mengunakan riset tindakan apakah model itu dapat mengembangkan siswa belajar. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

  Dewasa ini selain istilah penelitian tindakan pendidikan dikenal istilah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Kedua istilah ini sebenarnya tidak jauh berbeda. Penelitian tindakan pendidikan lebih memiliki pengertian yang lebih luas. Karena penelitian yang dilakukan bisa dalam lingkup yang lebih luas, yakni lingkup sekolah. Sedangkan penelitian tindakan kelas lebih fokus pada penelitian yang dilakukan di dalam kelas.

  Gwynn Mettetal (1998) mengatakan: “Classroom Action Research is research designed to help a teacher find out what is happening in his or her classroom, and to use that information to make wise decisions for the future. Methods can be qualitative or quantitative, descriptive or experimental.” (From Wikipedia, the free encyclopedia).

  Dalam pengertian tersebut mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai penelitian untuk membantu guru mengetahui apa yang terjadi dalam kelas mereka dan menggunakan semua informasi yang didapat untuk membuat keputusan yang bijaksana untuk masa depan. Metode yang dapat dipergunakan dapat menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, atau eksperimen.

  Penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Kegiatan penelitian dilakukan oleh guru dalam kelas tempat mengajarnya untuk penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Aqib, 2006:13; Susilo, 2007:16).

1.2. SEJARAH SINGKAT PENELITIAN TINDAKAN

  Dari segi isi riset tindakan sudah dirintis oleh John Dewey dalam bukunya How We Think, 1933 (Tomal, 2003:7) dengan metode ilmiah dalam memecahkan persoalan. Akan tetapi para ahli dan peneliti riset tindakan sekarang lebih memandang Kurt Lewin sebagai bapak riset tindakan. Kurt Lewin adalah seorang praktisi dan teoretisi, ia mendirikan pusat riset untuk dinamika kelompok, yaitu The Research Center for Group Dynamics di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Lewin adalah orang yang pertama menggunakan istilah action research (riset tindakan) pada tahun 1946 dalam makalanya “action research and minority peoblems.” Lewin menggunakan riset tindakan untuk memecahkan persoalan sosial di masyarakat waktu itu lalu terjadilah perubahan social. Dalam riset tindakan. Lewin menekankan pentingnya kerja-sama dalam mengumpulkan data sosial. Sampai tahun 1970, metode Lewin belum bergema dalam dunia pendidikan.

  Riset tindakan mulai digunakan dalam dunia pendidikan pada awal tahun 1970-an, bertepatan dengan munculnya gerakan “guru sebagai peneliti-teacher-researcher’ di Inggris. Tokoh yang penting mengembangkan riset tindakan dalam duni pendidikan di Inggris adalah Lawrence Stenhouse. Pada tahun 1975 di Inggris, ia membantu para guru untuk melakukan penelitian sambil mengajar di kelas. Guru diajak berefleksi secara kritis dan sistematis tentang praktek mengajar sehingga dapat memabngun teori kurikulum sendiri. Guru harus menjadi ahli dalam bidangnya lewat penelitian terhadap tindakannya sendiri. Guru mulai dimasukkan ke dalam proses riset dan hal ini dianggap sangat tepat karena guru kelaslah yang dapat melihat persoalan dan mencari pemecahan tentang persoalan pengajaran di kelasnya (Soeparno, 2008:11). Pada awalnya riset tindakan lebih dilaksanakan di sekolah menengah ke bawah, namun dewasa ini berkembang pula dalam

  Pada tahun 1970, Paulo Freire mengembangkan riset tindakan yang partisipatif. Wikipedia ensiklopedi menulis:

  “Participatory action research has emerged in recent years as a significant methodology for intervention, development and change within communities and groups. It is now promoted and implemented by many international development agencies and university programs, as well as countless local community organizations around the world.” (From Wikipedia, the free encyclopedia).

  Riset model Freire melibatkan setiap bagian yang terkait untuk secara aktif mengamati bersama tindakan yang sedang berlaku dengan tujuan mengubah atau mengembangkan. Mereka secara bersama melakukan dengan merefleksikan secara kritis apa yang terjadi dengan konteks historis, politik, budaya, ekonomis dan konteks yang lebih luas. Riset ini adalah riset yang dilakukan oleh orang local (setempat) demi keperluan kemajuan mereka. Dalam pengalaman Freire, riset ini dilakukan oleh orang-orang di masyarakat itu untuk meningkatkan dan mengubah budaya masyarakat yang ada.

  Dalam dunia pendidikan, riset tindakan partisipatoris oleh Freire digunakan untuk membangun pedagogi yang kritis, yang tidak lagi menganggap guru sebagai sosok yang lebih hebat, sedangkan siswa hanya boleh menurut saja. Untuk itu, riset ini dapat menggerakkan masyarakat karena semua terlibat dalam merefleksikan dan mengambil tindakan selanjutnya. Pengalaman menunjukkan bahwa riset ini telah mengubah budaya dan cara bertindak masyarakat. Mereka bersama saling memberdayakan diri.

  Antonio Gramsci pada abad ke-20 memberikan latar belakang filosofis terhadap perkembangan riset tindakan. Gramsci menulis: “All people are intellectuals and philosophers. ‘Organic intellectuals’ is how he terms people who take their local knowledge from life experiences, and use that knowledge to address changes and problems in society. (From Wikipedia, the free encyclopedia).

  Gramsci mengungkapkan bahwa ‘setiap orang adalah intelektual dan filsuf’. Dengan landasan ini, pada dasarnya setiap orang mampu untuk berpikir, berefleksi, melakukan penelitian kritis, demi memajukan hidup mereka sendiri. Keyakinan ini telah membantu banyak pendidik untuk memberikan kesempatan kepada siswa atau mahasiswa untuk berpikir kritis dan aktif berpartisipasi dalam menentukan perkembangan hidup mereka.

  Stephen Kemmis (1986) dalam McNiff (2002:45) dalam Educational Action Resarch, dengan menggunakan pendekatan Lewin, membuat bagan riset tindakan. Dia melukiskan adanya action planning dan refleksi yang terus-menerus. Selanjutnya John Elliot (1991) mengembangkan model Lewin dan Kemmis dengan menambah beberapa pikiran kritis untuk menyempurnakan model Lewin dan Kemmis.

  Dewasa ini riset tindakan dalam dunia pendidikan sudah dikembangkan di banyak negara di Eropa maupun di AS dan Amerika Latin. Di kawasan Asia, Jepang sudah mengembangkannya dan tahun-tahun terakhir ini juga mulai dikembangkan di Indonesia.

1.3. TUJUAN PENELITIAN TINDAKAN

  Tujuan riset tindakan dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut (Soeparno, 2008:17):

   Untuk melakukan perubahan atau peningkatan praktek pendidikan yang teliti

  secara lebih langsung.  Untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktek guru di lapangan sehingga

  berdasarkan hasil riset guru dapat memperbaiki kinerjanya.  Mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam lingkup kerja.

1.4. SIFAT PENELITIAN TINDAKAN

  Riset tindakan memiliki beberapa sifat (Johnson, 2005:22-25; Kemmis, 1997:173- 179; Sukardi, 2003:211-212) sebagai berikut:

   Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi oleh

  praktisi pendidikan dan riset tindakan dilakukan oleh praktisi pendidikan sendiri.

   Sampelnya kecil, terbatas: siswa perorangan, kelas, beberapa kelas; kecuali bila

  riset menyangkut seluruh sekolah. Namun hasil riset pada satu kelas tidak dapat diterapkan pada kelas yang lain.

   Riset tindakan pendidikan dilakukan secara sistematis dengan metodologi yang

  jelas. Metodologi tidak perlu terlalu ketat dan tidak perlu berpikir pada efektivitasnya. Persoalannya adalah pada apa yang terjadi dan bagaimana dapat dikembangkan.

   Waktu riset tindakan untuk peningkatan profesionalitas pada umumnya pendek

  tidak perlu terlalu lama. Akan tetapi perlu dilakukan secara reguler dan berkali- kali.

   Riset tindakan bukan riset kunatitatif. Akan tetapi dapat menggunakan metode

  kuantitatif. Statistik yang digunakan lebih deskriptif:prosentase, mean (rata- rata), standar deviasi dan frekuensi.

   Riset tindakan terbatas pada persoalan apa yang ingin dikembangkan dan

  diperbaiki.  Proses riset tindakan adalah refleksi spiral: perencanaan, tindakan, obsevasi,

  refleksi, rencana diperbaiki, implikasi lebih lanjut, refleksi, dst.  Riset tindakan adalah riset partisipatoris, yaitu orang aktif bekerja untuk

  memajukan prakteknya.  Riset tindakan adalah riset kolaboratif, semua pihak ikut di dalamnya, bukan

  hanya peneliti saja.  Riset tindakan dapat disebut teorisasi praktek karena menemukan teori dari

  praktek lapangan.  Riset tindakan membantu praktisi menjadi kritis terhadap prakteknya. Praktisi

  merefleksikan dan mengevaluasi apa yang dilakukan dan mengembangkan yang perlu dimajukan.

1.5. KEGUNAAN PENELITIAN TINDAKAN

  Kegunaan riset tindakan dalam lingkup pendidikan (Soeparno, 2008:22-24), antara

  lain:

   Memecahkan persoalan pendidikan yang dihadapi guru dan sekolah.  Membantu guru untuk merefleksikan kembali pekerjaannya sehari-hari sebagai

  pendidik dan pengajar.  Guru dapat menguji-coba metode-metode baru dan dapat melihat apakah efektif

  membantu siswa.  Guru lebih percaya mengadakan perbaikan karena berdasarkan riset dan

  mengadakan perubahan yang konkrit dan lebih yakin akan profesinya.  Melibatkan guru dalam pengajaran secara profesional di sekolah, dalam lingkup

  ilmiah dan wawasan menjadi lebih luas dan mendalam.  Guru dapat terlibat dalam pengambilan keputusan kebijakan sekolah

  berdasarkan riset mereka.  Guru secara nyata dapat mengembangkan mutu pendidikan dan menjadi

  sumbangsi yang berguna untuk peningkatan mutu pendidikan secara lebih luas.  Model riset tindakan dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan

  model pendekatan problem solving.

1.6. JENIS PENELITIAN TINDAKAN

  Jenis riset tindakan dapat dilihat dalam beberapa aspek: berdasarkan teori riset tindakan, berdasarkan pelaku, (Soeparno, 2008:18-20), dan berdasarkan cara kerja (Aqib, 2006:19-20).

1.6.1. DUA TEORI UTAMA PENELITIAN TINDAKAN

  Dua teori utama riset tindakan, yaitu: 1) riset tindakan kritis, 2) riset tindakan praktis.

a) Riset Tindakan Kritis

  Riset tindakan kritis (critical action research) disebut juga riset emansipatoris karena tujuannya adalah demi pembebasan seseorang atau kelompok melalui pengetahuan. Riset tindakan kritis menyatakan bahwa semua riset pendidikan harus secara sosial tanggap atau membantu proses:

  a. Demokratisasi, yang mempersiapkan partisipasi orang.

  b. Partisipatoris, membangun komunitas pembelajar.

  c. Empowering, membebaskan dari penindas.

  d. Life enhancing, mengungkapkan potensi manusia penuh.

b) Riset Tindakan Praktis

  Riset tindakan praktis (practical action research) lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu untuk memajukan pendidikan lewat proses tindakan. Setiap guru dan tim peneliti adalah otonom dan dapat menentukan penyelidikan sendiri, demi perkembangan profesi dan sekolah mereka. Guru menentukan fokus, teknik pengumpulan data, cara analisis, intervensi, tindakan aksi, dll.

  Secara singkat kekhasan kedua teori riset tindakan tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut (bdk. Mills, 2007:8-9):

  Tabel. 1.1 Perbedaan Konsep Riset Tindakan Kristis Praktis

  KONSEP RISET TINDAKAN

  KONSEP RISET TINDAKAN

  KRITIS

  PRAKTIS (GURU)

  Dasar pendekatan filosofis: kritik Pendekatan: pratek, tidak filosofis; sosial-pembebasan postmodern: bagaimana

  dapat

  memajukan

  kebenaran relatif, pengetahuan pendidikan berdasarkan pengalaman.

  1. Partisipatoris demokratis

  1. Guru otonom dalam mengambil

  masyarakat dan terjadi dalam

  2. Guru komitmen pada perkembangan

  konteks.

  profesi dan kemajuan sekolah.

  3. Riset tindakan membantu guru

  3. Guru refleksi atas praktek mereka.

  meneliuti praktek sehari-hari.

  4. Hasil riset dapat membebaskan

  pendekatan

  sistematis untuk

  guru, siswa, administrator dan

  merefleksi praktek mereka.

  memajukan pembelajaran dan

  5. Guru akan memilih fokus, cara

  manajemen

  pengumpulan

  data, analisis, interpretasi data dan rencana tindakan sendiri.

1.6.2. TIGA KELOMPOK PENELITIAN TINDAKAN BERDASARKAN PELAKU

  Berdasarkan pelaku riset tindakan dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu:

  1. Riset Tindakan individual. Riset ini dilakukan oleh guru, kepala sekolah,

  administrator, dosen, atau peneliti di sekolah. Misalnya riset dilakukan oleh guru kelas untuk menguji-coba apakah metode mengajar dengan permainan dapat membantu siswa dalam belajar. Atau riset yang dilakukan oleh kepala sekolah tentang efektivitas pelayanan sekolah kepada para siswa. Atau tentang efektivitas dan gaya kepemimpinannya dalam lingkup sekolah.

  2. Riset grup. Riset ini dilakukan oleh sekelompok orang atau grup. Misalnya oleh

  sekelompok guru yang serumpun dalam mata pelajaran. Misalnya kelompok guru IPA melakukan penelitian tentang sikap siswa dalam belajar sains. Guru dalam kelompok bahasa meneliti tentang cara pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dalam pembelajaran bahasa. Atau beberapa orang guru agama (Katolik) di sekolah negeri meneliti tentang nilai-nilai kekatolikan bagi para guru dan siswa di sekolah negeri. Dalam riset dapat dibantu oleh tenaga ahli dari luar sekolah.

  3. Riset gabungan guru, kepala sekolah, administrator, stakeholders. Riset ini biasanya 3. Riset gabungan guru, kepala sekolah, administrator, stakeholders. Riset ini biasanya

1.6.3. BERDASARKAN CARA KERJA

  Menurut Chen (1990) penelitian tindakan kelas terdiri atas empat jenis, yakni PTK diagnostik, partisipsi, empiris dan eksperimental (Aqib, 2006:19).

  1) PTK Diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di dalam lata penelitian. Contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, perkelahian atau konflik yang terjadi antar siswa dalam suatu kelas atau sekolah, peneliti mendiagnosis siatuasi yang melatarbelakanginya.

  2) PTK Partisipan, ialah penelitian yang dilakukan di mana peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan.

  3) PTK Empiris, ialah penelitian yang dilakukan di mana peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan mencatat dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung.

  4) PTK Eksperimental, ialah penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pelbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar- mengajar.

1.7. MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN

  Dalam perkembangan riset tindakan sedikitnya dikenal empat model penelitian tindakan sesuai dengan nama pengembangnya, yakni model Kurt Lewin, model Kemmis Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model Mc Kernan (Sukardi, 2003:214-218; Aqib, 2006:21-4).

1.7.1. MODEL KURT LEWIN

  Sudah dikemukakan bahwa riset tindakan pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Oleh Ernest T. Stringer (1996) model Kurt Lewin dielaborasi menjadi tiga langkah yakni perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing) dan penelitian (evaluating).

  Observasi

  Observasi

  act

  act

  Reflektif

  Reflektif

  PLAN

  Gambar 1.1 PTK Model Kurt Lewin

1.7.2. MODEL KEMMIS TAGGART

  Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988 mengembangkan model Kurt Lewin dalam suatu sistem spiral dengan empat komponen utama, yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Namun yang Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988 mengembangkan model Kurt Lewin dalam suatu sistem spiral dengan empat komponen utama, yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Namun yang

  Observasi

  Observasi

  act

  act

  Reflektif

  Reflektif

  PLAN

  REVISED PLAN

  Gambar 1.2 Siklus Model Kemmis

1.7.3. MODEL EBBUT

  Model Ebbut terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama, ide awal kembangkan menjadi langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana umum tahap kedua.

  Tingkat kedua, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya, kemudian laksanakan, monitor efek tindakan yang terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk pada langkah ketiga.

  Tingkat ketiga, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya, dilakukan, didokumentasikan efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum penelitian tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat terpecahkan.

  Tabel 1.2 Siklus Model Ebbut

  efek tindakan

  tindakan

  - Monitoring

  sebagai bahan

  - Monitoring

  efek tindakan

  untuk masuk

  efek tindakan

  ke tingkatan

  sebagai bahan

  ketiga

  evaluasi tujuan penelitian

1.7.4. MODEL ELLIOT

  Model ini dikembangkan oleh Elliot Edelman. Mereka mengembangkan model dari Kemmis, dibuat lebih rinci pada setiap tingkatannya, agar lebih memudahkan dalam tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut digunakan untuk menyusun laporan penelitian.

  Dalam penelitian tindakan model Elliot, setelah ditemukan ide dan permasalahan yang menyangkut dengan peningkatan praktis maka dilakukan tahapan reconnaisance atau peninjauan ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan semacam studi kelayakan untuk mensinkronkan antara ide utama dan perencanaan dengan kondisi lapangan, sehingga diperoleh perencanaan yang lebih efektif dan dibutuhkan subjek yang diteliti.

  Setelah diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapngan maka tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subjek yang diteliti. Pada akhir tindakan, peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang mungkin berupa keberhasilan dan hambatan disertai dengan faktor-faktor penyebabnya. Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneliti dapat menggunakannya sebagai bahan perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai diperoleh informasi atau kesimpulan tentang apakah permasalahan yang telahdirumuskan dapat dipecahkan.

  Ide utama

  Peninjauan

  Perencanaan

  Tindakan 2

  Monitor

  Tindakan 1

  Gambar 1.3. Siklus Model Elliot

1.7.5. MODEL McKERNAN

  Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci, yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek dan dinyatakannya hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam setiap tingkatan atau daur. Setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai. Jika ternayata sudah dapat memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri. Pabila belum dapat memecahkan permasalahannya maka peneliti dapat masuk pada tingkat berikutnya. Siklus model Mc Kernan dapat dilihat sebagai berikut:

  Daur 1

  Daur 1

  Daur n

  tindakan 1 kebutuhan

  Hipotesis ide

  Impliksi

  Hipotesis ide

  tindakan 1

  tindakan 2

  Tindakan 1

  Tindakan 1

BAB II PROSES PENELITIAN TINDAKAN

2.1. LANGKAH UMUM

  Gwynn Mettetal (1998) dalam Wikipedia, the free encyclopedia mengemukakan langkah-langkah umum penelitian tindakan (Steps for Classroom Action Research) sebagai berikut:

  1. Decide on a question-Meaningful and important to you (Menentukanmerumuskan pertanyaan, dan makna dan pentingnya penelitian).

  2. Read literature on your topic (Kajian pustaka).

  3. Plan your overall research strategy and data collection strategies (Merencanakan strategi penelitian dan pengumpulan data).

  4. Collect data-refine methods as needed (Pengumpulan data-dengan menggunakan metode yang diperlukan).

  5. Make sense of the data-qualitative andor quantitative. (Menganalisis data dengan cara kualitatif danatau kuantitatif)

  6. Reach conclusions about your question. What is the practical significance of your findings? (Menentukan kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian. Apakah memiliki signifikansi yang praktis untuk pengembangan?)

  7. Take action based on your conclusions (Melakukan tindakan berdasarkan kesimpulan penelitian).

  8. Share your findings with others (Mensharingkan usulan-usulan pengembangan kepada pihak lain).

  Menurut Johnson (2005), Tomal (2003), Mills (2007), langkah-langkah umum penelitian tindakan kelas (Suparno, 2008:28-30) adalah sebagai berikut:

1. Indetifiksi persoalan atau topik permasalahan

  Langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah menentukan persoalan yang akan diteliti. Apa yang ingin diteliti? Apa ada persoalan dalam kelas, cara guru mengajar, suasana siswa, sikap siswa, bahan, yang perlu diperhatikan secara khusus atau ingin dikembangkan? Apa yang menarik untuk diteliti di kelas atau sekolah?

2. Menempatkan topik atau persoalan dalam konteks teori

  Topik atau persoalan perlu ditempatkan dalam konteks teori pendidikan yang ada. Untuk itu peneliti perlu memiliki pemahaman yang cukup tentang teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan dan mengaitkan dengan topik atau persoalan penelitian. Oleh karena itu perlu membaca literatur seperti majalah, jurnal pendidikan, buku, laporan hasil penelitian, internet, dan lain-lain.

3. Pengumpulan data

  Sebelum mengumpulkan data, peneliti perlu secara cermat merencanakan data macam apa yang ingin dikumpulkan. Bagaimana data itu dikumpulkan, metode yang digunakan serta instrumennya? Di samping itu juga perlu merencanakan kapan dan seberapa sering data tersebut akan dikumpulkan? Berapa lama waktu akan digunakan? Dalam penelitian tindakan peneliti dapat mengadakan perubahan persoalan atau pertanyaan selama pengumpulan data. Oleh karena itu selama pengumpulan data dapat terjadi perubahan strategi mengajar, sumber data diubah dan bahkan fokus studi dapat berubah.

4. Analisis data

  Setelah instrumen danatau pokok-pokokpedoman observasi atau wawancara dibuat, selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Setelah pengumpulan data atau sudah terkumpul data yang cukup maka peneliti dapat melakukan analisis data untuk dapat menarik kesimpulan dalam penelitian. Dalam analisis perlu dicermati tentang tema, kategori, serta pola yang muncul sehingga temuan penelitian dapat dimunculkan kemudian dapat menarik kesimpulan. Data yang terkumpul dapat bersifat kualitatif Setelah instrumen danatau pokok-pokokpedoman observasi atau wawancara dibuat, selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Setelah pengumpulan data atau sudah terkumpul data yang cukup maka peneliti dapat melakukan analisis data untuk dapat menarik kesimpulan dalam penelitian. Dalam analisis perlu dicermati tentang tema, kategori, serta pola yang muncul sehingga temuan penelitian dapat dimunculkan kemudian dapat menarik kesimpulan. Data yang terkumpul dapat bersifat kualitatif

5. Membuat kesimpulan dan rekomendasi

  Langkah berikut adalah membuat kesimpulan dari data yang ada berkaitan dengan persoalan yang akan diteliti, kemudian membuat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.

6. Membuat rencana aksi

  Kekhususan dari penelitian tindakan adalah membuat rencana tindakan berdasarkan penemuan. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk semakin memperbaiki kinerja, situasi, persoalan yang diteliti. Model rencana aksi (actin plan) yang dapat menggunakan salah satu model penelitian yang sudah dikemukakan.

7. Melaksanakan tindakan lanjut

  Rencana aksi yang dibuat berdasarkan hasil penelitian, coba dilaksanakan di lapangan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. Dalam pelaksanaan ini perlu dilibatkan banyak orang yang terkait dengan segala prosedurnya.

8. Evalusi

  Setelah melakukan tindakan lanjut, perlu dievaluasi apakah tindakan itu memang berjalan baik, membantu mengembangkan pendidikan atau tidak. Bila ada kendala dalam implikasi perlu ditelusuri lebih lanjut. Evaluasi dapat digunakan juga untuk perencanaan selanjutnya.

9. Menyiapkan proposal penelitian tindakan

  Sebelum melakukan penelitian, terutama kalau riset akan dimintakan danasponsor dari pihak lain, biasanya harus mengajukan proposal penelitian. Berikut contoh skema proposal penelitian tindakan.

JUDUL BAB 1. PENDAHULUAN

  1. Pengantar Topik

  a. Identifikasi persoalan atau wilayah penelitian

  b. Latar belakang masalah

  2. Tujuan penelitian

  a. Tujuan umum

  b. Tujuan Khusus

  3. Pentingnya penelitian

  a. Mengapa penelitian ini penting

  b. Contoh kepetingannya

  4. Definisi Termistilah-pernyataan

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

  1. Teliti penelitian yang telah adasebelumnya yang berhubungan dengan topik penelitian kita

  2. Kaitkan topik anda dengan literatur yang dipelajari

  3. Beberapa teori tentang topik penelitian ini

  4. Bencmarking?

BAB 3. METODOLOGI

  1. Partisipan yang telibat dalam penelitian - Orang yang terlibat (subjek) - Lingkungan sekolah, kelas, komunitas (setting)

  2. Material yang digunakan - Jelaskan sarana dan peralatan yang digunakan dalam penelitian - Jelaskan semua peralatan ukur yang digunakan

  3. Prosedur - Jelaskan lama studipenelitian - Bagaimana mengumpulkan data, berapa banyak, berapa sering - Jelaskan prosedur atau teknik khusus dalam metodologi (perencanaan,

  observasi, tindakan, refleksi).

  4. Analisis - Jelaskan bagaimana anda akan menganalisis data

  - Kuantitatif data biasanya dianalisis dengan frekuensi, nilai total, rata-

  rata dan standar deviasi

BAB 4. PERENCANAAN DI LAPANGAN

  1. Jadwal waktu penelitian

  2. Sarana dan prasarana yang digunakan termasuk perizinan

  3. Dana yang dibutuhkan

  Kepustakaan

2.2. MENENTUKAN TOPIK PERSOALAN PENELITIAN

  Pertanyaan-pertanyaan pokok yang dapat diajukan dalam menentukan topik dalam praktik pendidikan antara lain:

  - Apa ada persoalan dalam praktik pendidikan yang perlu didalami dan dicari

  pemecahan untuk dikembangkan? - Apakah ada persoalan yang menganggu jalannya proses pendidikan di eklas, sekolah

  dan ingin dicari tahu termasuk jalan keluarnya? - Apakah kita ingin memajukan suatu model pembelajaran dalam kelas,

  mengevaluasinya atau memilih model yang lain? - Apakah ada hal yang menarik perhatian kita dalam praktik pendidikan yang kiranya

  dapat lebih diungkap secara jelas?

  Berikut beberapa contoh persoalan pendidikan dalam lingkup sekolah danatau kelas.

  1. Unsur siswa: Apakah di dalam eklas sikap siswa semua baik, serius, konsentrasi pada pelajaran? Apakah tida ada siswa yang selalu menganggu kelas, yang merusak suasana kelas? Apakah tidak ada siswa yang harus dibantu secara khusus dalam proses pendidikan dan pengajaran? Bagaimana kerukunan di antara siswa, kerja- sama antar siswa? Apa ada siswa aneh, selalu sedih, tidak bersemangat, selalu menganggu teman, yang perlu mendapatkan penanganan dan perhatian secara khusus? Apakah siswa teliti dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal? Apakah semua siswa aktif mengajukan pertanyaan? Mengapa ada siswa yang selalu terlambat datang ke sekolah atau malas mengerjakan PR?

  2. Unsur guru: Bagaimana cara mengajar guru selama ini menarik atau tidak? Terampil dalam menggunakan alat dan media pembelajaran? Apakah guru secara kreatif menghadapi murid dengan latar belakang yang berbeda-beda? Bagaimana sikap guru dalam membimbing para siswa? Apakah ada perbedaan tingkat keberhasilan pembelajaran antara guru pria dan wanita? Apakah pendidikan- pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh guru membantu peningkatan kinerja guru?

  3. Unsur motode mengajar: Guru dapat meneliti apakah metode mengajar yang selama ini digunakan sudah efektif meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa? Apakah siswa terkesan atau bosan dengan suatu motode terentu? Apakah suatu metode mengajar perlu direvisi dan diganti dengan metode lain atau tidak? Bagaimana metode mengajar yang bervariasi membantu siswa belajar? Apakah suatu motode baru dalam pemlajaran dapat diterapkan?

  4. Unsur materi pelajaran: Bagaimana urutan-urutan materi yang disajikan oleh guru? Cara penyajiannya? Apakah perlu menambah sumber bahan pelajaran? Manakah materi-materi yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk dikuasai siswa? Apakah perlu menambah waktu untuk pelajaran tertentu? Mengapa untuk mata pelajaran tertentu penambahan waktu perlu? Apakah materi-materi dalam buku pegangan guru sudah cocok dengan situasi dan kondisi siswa di sekolah kita? Apakah langkah-langkah dan pengelolaan pembelajaran dapat membantu siswa menguasai kompetensi yang diharapkan?

  5. Unsur peralatan dan sarana pendidikan dan pembelajaran: Apakah pengaturan dan penataan sarana pendidikan di sekolah dan kelas sudah baik membantu siswa belajar? Apakah sarana pembelajaran di sekolah sudah cukup? Bagaimana mengefektifkan sarana pembelajaran yang terbatas untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal? Bagaimana guru dan para siswa memanfaatkan laboratorium atau perpustakaan dengan optimal?

  6. Unsur pengelolaan kelas: Bagaimana mengelolah kelas supaya semua siswa dapat termotivasi mengikuti pelajaran? Bagaimana membuka danatau menutup pelajaran secara efektif? Bagaimana interkasi guru dan siswa dalam pembelajaran? Apakah pengelompokkan siswa dalam belajar efektif? Apakah pengaturan tempat duduk siswa dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar? Apakah tutor sebaya efektif? Apakah penempatan dan penggunaan papan tulis sudah maksimal dan efektif?

  7. Unsur hasil pembelajaran: Apakah penilaian pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu sudah secara berimbang mengukur tiga ranah pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor)? Bagaimana metode pengawasan yang tepat agar para siswa menjawab soal ulangan dengan jujur? Teknik evaluasi apa yang cocok untuk materi dan mata pelajaran tertentu? Mengapa hasil Ujian Bersama, UAN di sekolah tinggi? Atau sebaliknya rendah? Kenapa di sekolah banyak siswa yang tawuran? Mengapa di suatu sekolah banyak guru dan siswa yang membolos?

  8. Unsur lingkungan: Apakah lingkungan kelas sudah membantu siswa belajar dengan baik? Apakah lingkungan sekolah secara keseluruhan sudah cukup baik? Bagaimana lingkungan masyarakat atau keluarga mempengaruhi prestasi belajar siswa? Bagaimana tingkat ekonomi atau pendidikan orang tua mempengaruhi prestasi belajar siswa?

  Penentuan topik atau persoalan penelitian dapat dimulai dengan mengadakan pengamatan sejenak tentang praktik pembelajaran, lalu mencoba mempertanyakan praktik tersebut. Misalnya:

  - Pengamatan: Siswa kelihatannya makin banyak yang membolos saat pelajaran agama

  di sekolah negeri. Persoalannya: Mengapa banyak siswa yang membolos saat pelajaran agama? Apa penyebabnya?

  - Pengamatan: banyak siswa dalam suatu kelas tidak atau belum dapat bedoa secara

  spontan? Persoalannya: Bagaimana teknik guru mengajar cara bedoa yang baik? - Pengamatan: Siswa di kelas satu banyak yang tidak cermat mengerjakan soal-soal

  Fisika. Persoalannya: Bagaimana guru dapat membantu siswa menegrjakan soal Fisika dengan cermat?

  - Pengamatan: Siswa di kelas dua banyak yang belum bisa menulis tata bahasa

  Indonesia dengan benar sesuai dengan EYD? Persoalannya: Bagaimana carateknikmetode guru mengajar atau mendampingi siswa agar dapat menulis dengan tata bahasa Indonesia sesuai dengan EYD.

  Mills (2007:26-28) memberikan catatan agar semakin terfokus dalam nenentukan topik yang ingin diteliti, sebaiknya menggunakan reconnaissance (pengumpulan data awal). Proses tersebut dapat ditempuh dengan langkah-langkah seperti nampak pada tabel berikut:

  Tabel 2.1 Model Reconnaissance

  Refleksi diri

  - Refleksikan topik anda: dengan nilai dan keyakinan

  anda - Dengan pengertian anda tentang hubungan teori,

  praktik, sekolah dan masyarakat. - Apa yang anda ketahui tentang pembelajaran. - Bagaimana keadaan menjadi seperti sekarang.

  Deskripsi

  - Uraikan situasi yang ingin anda ubah - Uraikan bukti-bukti bahwa topik itu memang menjadi

  persoalan - Identifikasi faktor kritis yang mempenagruhi topik

  anda

  Eksplanasi

  - Jelaskan mengapa dan bagaimana faktor kritis yang

  adan identifikasi menyebabkan situsi menjadi seperti sekarang

  Pertanyaan topik sebaiknya mudah dijawab dalam penelitian, jangan sampai pertanyaan menjadi sulit untuk dijawab dalam penelitian sehingga peneliti menjadi frustasi. Kalau sudah menemukan topik yang ingin diteliti ada baiknya topik tersebut dirumuskan lagi dalam beberapa pertanyaan penelitian. Rumusan pertanyaan akan

  Contoh: Topik: Mengembangkan minat siswa belajar Fisika dengan model permainan

  Pertanyaan riset (rumusan masalah):

  1. Apakah model permainan mengembangkan minat siswa belajar Fisika?

  2. apakah model permainan membantu siswa senang dengan pelajaran Fisika?

  Topik: Mengembangkan keaktifan bertanya siswa dalam pelajaran Pendidikan

  Agama Katolik. Pertanyaan riset (rumusan masalah):

  1. Apa yang menyebakan siswa kurang aktif bertanya dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik?

  2. Apakah cara guru agama mengajar memacu siswa untuk aktif bertanya?

  3. Apa harapan siswa agar mereka menjadi aktif bertanya dalam pelajaran Pendidikan Agama katolik?

  4. Bagaimana teknik-teknik yang dapat digunakan supaya siswa aktif bertanya dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik?

2.3. LATAR BELAKANG TEORI-KAJIAN PUSTAKA

  Langkah selanjutnya adalah mencari landasan teori tentang persoalan topik penelitian. Sumber literatur dapat berasal dari: Jurnal penelitianilmiah, internet, buku- buku, benchmarking. Benchmarking berupa standar, praktik standar, pedoman standar yang dapat dijadikan acuan. Misalnya soal kelemahan siswa membaca siswa, dapat dicarikan padanan praktik suatu sekolah yang kemampuan membacanya sangat menonjol atau standar baca yang selevel.

  Jumlah sumber yang dapat digunakan dalam peneltian tindakan, Johnson (2005) memberikan beberapa kriteria (Suparno, 2008:40-41)sebagai berikut:

  - Untuk tesis MA. Magister, S2 perlu lebih adri 25 judul. - Untuk disertasi Doktor perlu lebih dari 50 judul. - Untuk tugas biasa, penulisan di jurnal, ceramah, 2 s.d. 5 judul. - Untuk proyek riset tindakan demi pengembangan profesi atau hanya untuk evaluasi

  dan problem solving tidak diperlukan literatur. Jadi peneliti lebih bebas dalam menyampaikan gagasannya. Tentunya kalau ada literaturnya akan lebih baik dan memperkaya. Untuk PTK lebih dari 5 judul akan lebih baik.

  Dalam menggunakan literatur perlu menuliskan nama, tahun dan halaman pada bagian uraian sumber literatur yang dipergunakan baik dalam pengutipan langsung maupun tidak langsung. Untuk uraian yang tidak langsung dapat menggunakan teknik parafrase, yakni membahasakan dengan bahasa penelitipenulis suatu pendapat dari orang lain.

  Pada bagian kepustakaan ditulis nama, tahun, judul buku, tempat terbit dan penerbit. Contoh: lihat pengutipan dan penulisan dalam tulisan ini.

2.4. METODOLOGI PENELITIAN

  Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan proses atau langkah-langkah penelitian. Dalam metodologi diuraikan tentang subjek dan setting (tempat penelitian) penelitian, desain-rancangan penelitian-siklus penelitian, jensis instrumen, pelaksanaan tindakan, cara pengamatan, penyajian data, analisis data dan relfeksi.

2.4.1. SUBJEK DAN LATAR PENELTIIAN

  Perlu dikemukakan subjek dan latar atau tempat penelitian. Misalnya penelitian tindakan dilakukan untuk meneliti peningkatan prestasi belajar siswa (subjek) di SMP Pax Chirsti Manado (latarsetting).

2.4.2. DESAIN PENELITIAN TINDAKAN

  Peneliti perlu menguraikan desain atau rancangan tindakan kelas, yakni langkah- langkah atau siklus (berapa kali siklus) tindakan yang akan dilaksanakan. Perlu diuraikan langkah-langkah setiap siklus, bahan materi ataupun materi yang digunakan dalam setiap siklus.

  Berdasarkan persoalan atau masalah yang dirumuskan dan ditunjang dengan teori- teori yang relevan maka peneliti merencanakan tindakan kelas dalam rangka mengatasi atau menemukan jalan keluar dari persoalan.

  Menurut Mills (2007) dalam Suparno (2008:86) rencana berdasarkan siapa yang akan melaksanakan tindakan tediri atas tiga, yakni rencana tindakatan individual, rendana tindakan tim dan rencana tindakan institusisekolah.

2.4.3. METODE PENGUMPULAN DATA

  Dalam penelitian data yang ingin dikumpulkan adalah semua bentuk informasi, observasi dan fakta yang akan menunjang tujuan riset. Misalnya untuk mengerti kegiatan siswa di kelas maka perlu dikumpulkan data tentang semua kegiatan mereka di kelas dalam waktu yang terus-menerus dan berkali-kali. Data kegiatan itu dapat diwujudkan dalam bentuk tertulis, rekaman, dokumen dan hasil tindakan mereka yang kita amati. Pengumpulan data perlu direncanakan terlebih dahulu secara sistematik. Sebelum pengumpulan data perlu membuat rencana data macam apa yang akan dikumpulkan, kapan, dan seberapa sering. Namun tetap terbuka bila terjadi perubahan-perubahan dalam proses pengumpulan data (Suparno, 2008:41-43). Berikut ini contoh dalam bentuk table mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan pengumpulan data.

  Tabel 2.2 Contoh Perencanaan Pengumpulan Data

  MACAM DATA INSTRUMEN KAPAN

  BERAPA SARANA JADWAL

  (METODE)

  KALI

  CEK(SESUAI BERAPA KALI)

  1. Kehadiran Ceklis daftar Bulan

  daftar hadir dan bolponit

  2. Keaktifan Anecdotal

  Bulan

  4 kali Lembar

  v v v dst

  siswa bertanya

  September setiap

  Metode pengumpulan data yang dapat dipakai dalam penelitian tindakan dapat dikelompokkan dalam lima kelompok (Johnson, 2005; Tomal, 2003; Mills, 2007; Stringer, 2004) dalam Suparno(2006:44), seperti nampak dalam table berikut:

  Tabel 2.3 Metode Pengumpulan Data

  OBSERVASI

  WAWANCARA SURVEI

  Dibuat guru

  LogJurnal riset Kelompok

  Tertutup Arsip

  Standart

  Anecdotal notes

  Konferensi

  One-way Videoaudiotape

  Two-way Data retried

  Essay

  Rating checklist Terstruktur

  Websitejurnalemail Ibjektif

a. Observasi langsung

  Observasi langsung dapat dibedakan tiga macam (Mills, 2007:58-59, bdk. Sugiyono, 2008:204-205; Moleong, 2005:176-179):

  - Pengamat sebagai partisipan aktif. Peneliti secara aktif dalam proses pembelajaran

  dan juga pengamat. Misalnya guru sebagai peneliti, mengajar sekaligus menjadi pengamat langsung. Kesulitannya adalah mengajar sambil mengamati.

  - Peneliti menjadi pengamat aktif. Guru mengamati murid-muridnya di luar jam

  mengajarnya, misalnya saat pelajaran olahraga atau kegiatan lain. Dalam hal ini guru menjadi pengamat aktif tetapi bukan sebagai partisipan. Guru tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

  - Pengamat pasif. Guru sebagai peneliti tidak dalam tanggung-jawab mengajar, hanya

  sungguh-sungguh mengamati dan mengumpulkan data. Guru tidak ikut berinterakasi dengan siswa yang diteliti.

  Ada beberapa metodecara dan alat yang dapat dipergunakan dalam pengamatan, seperti disajikan dalam uraian berikut (Suparno, 2008:46-49).

  menggunakan buku catatan untuk menulis dan mencatat semua hal yang diamati. Ada tiga macam fieldnotes, yakni: - Deskripsi selama pengamatan. Fieldnotes ini dibuat guru selama guru mengajar.

  Memang agak sulit, karena di samping mengajar, tapi juga mengamati dan mencatat.

  - Catatan cepat selama mengajar. Pada saat sedang mengajar guru dapat membuat

  catatan cepat dan dilengkapi setelah selesai mengajar. Ada baiknya guru menyiapkan lembar-lembar kertas atau kartu yang tiap kartunya memuat nama masing-masing siswa. Setiap kali guru mengamati tingkah seorang siswa, guru dapat langsung mencatat hasil pengamatannya pada kartu.

  - Catatan dan refleksi pada akhir kelas. Guru sebagai peneliti membuat catatan

  setelah selesai ia mengajar. Sesegera mungkin ia membuat catatan. Guru juga mencatat semua pikiran yang muncul selama mengamati dan kemudian membuat refleksi.

  2) Log atau Jurnal Riset. Logjurnal riset adalah salah satu bentuk fieldnotes yang lengkap. Yang merekam semua pengamatan atau observasi dan pemikiran berkaitan dengan semua hal dalam riset. Log dibuat oleh peneliti untuk mencatat apapun yang dilakukan dalam riset. Log memuat pencatatan penelitian dalam kurun waktu yang berkelanjutan. Misalnya laporan hari 1,2,3,4,dst. Di dalamnya dapat dituliskan beberapa hal, antara lain: - Langkah yang dilakukan dalam riset, termasuk perubahan yang ada. - Semua data yang diobservasi seperti keadaan kelas, suasana siswa, sikap siswa

  dalam kelas dan komentar mereka di kelas. - Analisis yang muncul dalam pikiran peneliti terhadap observasi yang diadakan, apa

  yang dipikirkan yang muncul dalam perjalanan penelitian. - Fakta yang ditemukan berkaitan dengan penelitian seperti diagram, jumlah anak,

  skor, nilai, daftar hadir, dll. Agar pengorganisasian data dan pemikiran tersebut, hendaknya bila log dibuat

  dalam computer dengan dibedakan file-filenya. Bila tidak menggunakan computer log dapat dibuat dalam kertas lembaran yang setiap kali dapat ditambah jumlahnya.