Jonner Hasugian, Internal Repository pada Perguruan Tinggi – Oktober 2012
‐ 10
5. Menuju Repositori Institusi
Institusi repositori pertama sekali dibangun oleh SPARC The Scholarly Publishing and Academic Resources Coalition yang berkedudukan di Washington, DC Amerika Serikat.
SPARC adalah aliansi internasional dari sejumlah perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan riset yang semula bekerja untuk mengoreksi danatau mengawasi keseimbangan
sistem dan penyebarluasan publikasi ilmiah. SPARC adalah koalisi dari sejumlah perpustakaan. SPARC berdiri pada tahun 1997 atas prakarsa bersama dari the Association of Research
Libraries ARL, the Association of American Universities AAU, the Association of American University Presses AAUP dan didukung oleh 12 pimpinan Universitas terbesar dan terkemuka
di Amerika Serikat dan sejak Juni 1998 SPARC telah memiliki kantor dan staf yang khusus melaksanakan dan mengendalikan kegiatan sehari-harinya.
Saat ini keanggotaan SPARC telah mencapai 800 institusi yang berasal dari Amerika Utara, Eropah, Jepang, China dan Australia. Sepengetahuan penulis, sampai saat ini belum satu
institusi perpustakaan dari Indonesia yang terdaftar pada SPARC. Selanjutnya SPARC bersama LIBER Ligue des Bibliotheques Europeenes de Recherche dan sejumlah organisasi pengelola
informasi ilmiah di Eropah membentuk SPARC Europe pada tahun 2001. Mengikuti pola organisasi induknya, SPARC Europe adalah juga aliansi dari sejumlah perpustakaan riset,
organisasi perpustakaan dan institusi riset yang ada di Eropah. SPARC Europe menyediakan komunikasi dan dukungan untuk mencapai perubahan yang positif dalam sistem komukiasi
publikasi ilmiah. Sejak tahun 2002 repositori institusi semakin popular di Eropah ketika SPARC
meluncurkan sejumlah inisiatif di Inggris untuk mengeksplorasi, meneliti dan membantu mengembangkan peran repositori dalam transformasi ilmu pengetahuan khususnya pada
perpustakaan perguruan tinggi. SPARC Europe bertujuan untuk mempromosikan sistem komunikasi ilmiah yang terbuka di Eropah. Untuk mencapai akses terbuka open access
terhadap literature dan jurnal ilmiah, SPARC mengikuti rekomendasi dari The Budapest Open Access Initiative BOAI dengan dua strategi yang saling melengkapi yaitu:
1 Self-Archiving. Konsep ini menyatakan bahwa masing-masing mahasiswa harus mendepositkan karya mereka termasuk artikel jurnal yang dirujuk pada open electronic
archives repositories sesuai dengan standar open archives initiative. Sedangkan
Jonner Hasugian, Internal Repository pada Perguruan Tinggi – Oktober 2012
‐ 11
pendaftaran karya akademik lainnya dilakukan berdasarkan direktori dari open access repositories.
2 Open-Acees Journals. Pendanaan terhadap jurnal-jurnal yang tersedia dalam repositori tidak dibebankan kepada pembaca dengan peneliti. Artikel-artikel jurnal harus gratis
kepada pengguna yang memerlukannya. Dalam repositori tersedia daftar dari jurnal- jurnal yang dapat diakses secara terbuka.
SPARC merangsang kreasi yang lebih baik, lebih cepat dan mempertahankan sistem yang lebih ekonomis untuk pendistribusian pengetahuan baru, sehingga bermanfaat bari para peneliti,
mitra penerbitan, perpustakaan dan masyarakat luas. Penyediaan akses terbuka adalah kunci keberhasilan SPARC.
Repositori dalam format sebagai sebuah institusi yang berupa gabungan atau aliansi dari beberapa repositori yang sering disebut dengan Institutional Repositories seperti model SPARC
masih belum optimal berjalan di Indonesia. Akan tetapi, motivasi dan semangat untuk membangun sebuah repositori institusi pada sejumlah perguruan tinggi di Indonesia sudah mulai
menguat yang didasarkan atas kebutuhan civitas akademika dan juga stakeholder yang berkeinginan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ilmiah di perguruan tinggi.
Hal ini terlihat dalam kurun waktu 3-4 tahun terakhir ini DIKTI bersama Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia FPPTI telah memulai gagasan dan usaha yang
mengarah ke Institusional Repositories tersebut. Bersamaan dengan pengembangan perpustakaan digital, berbagai kesepakatan
dirumuskan diantaranya membentuk Jaringan Perpustakaan Digital Perguruan Tinggi di Indonesia dengan nama Jaringan Perpustakaan Digital Perguruan Tinggi Indonesia
JAPERDIPTI atau Indonesia Higher Education Digital Library Network ID-LIB NET. Jaringan Perpustakaan Digital Perguruan Tinggi ini dibangun sebagai wujud kebijakan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dalam rangka pendayagunaan bersama informasi ilmiah perguruan tinggi. Anggota Jaringan adalah Perpustakaan Perguruan Tinggi yang
menandatangani formulir kesediaan menjadi anggota yang disetujui oleh RektorPimpinan Perguruan Tinggi dan disahkan oleh Direktur PAKDirjen DIKTI.
Kerjasama jaringan perpustakaan digital tersebut adalah untuk meningkatkan pelayanan perpustakaan dan mendorong pertukaran informasi antar perpustakaan anggota, mendorong
Jonner Hasugian, Internal Repository pada Perguruan Tinggi – Oktober 2012
‐ 12
aksesabilitas koleksi lokal dan literatur kelabu yang dimiliki oleh masing-masing perpustakaan anggota, mendukung pendidikan berkelanjutan bagi pengelola perpustakaan dan meningkatkan
pelayanan perpustakaan melalui konsorsium, merupakan wadah untuk kegiatan diskusi dan pertukaran pemikiran yang bermanfaat bagi pemanfaatan dan penyebaran sumber daya informasi
dan membina hubungan dengan jaringan atau konsorsium perpustakaan yang lain, yang diatur tersendiri.
Perkembangan terakhir dari repositori internal pada perguruan tinggi di Indonesia adalah dibangunnya portal sumber ilmiah nasional dengan nama Referensi Ilmiah Indonesia RII atau
Indonesian Scientific Resources. Portal ini diharapkan mampu berperan sebagai salah satu sarana efektif dalam penyebarluasan informasi dan memungkinkan terjadinya jalinan komunikasi, baik
antar perpustakaan kontributoranggota maupun antar individu sehingga diharapkan memudahkan pengguna untuk saling bertukar informasi. Pengembangan RII ini terselenggara
berkat kerja sama antara Direktorrat Jenderal Pendidikan Tinggi DIKTI-Depdiknas, Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah PDII - LIPI dan berbagai pihak sebagai kontributor.
Tujuan pengembangan RII sangat baik dan sebaiknya harus direspon oleh masing-masing perguruan tinggi di Indonesia karena melalui portal ini maka penyebarluasan informasi yang
efektif dan tepat guna sesuai kebutuhan serta harapan pengguna yang selama ini menjadi tantangan besar bagi dunia perpustakaan, dokumentasi dan informasi akan dapat teratasi. Dalam
panduan RII dinyatakan bahwa portal ini dikembangkan sebagai titik akses informasi ilmiah dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi dengan melibatkan
partisipasi dan kerjasama berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian, terutama dalam hal penyediaan fasilitas dan konten secara terintegrasi. Portal RII diharapkan sebagai titik akses
tunggal bagi seluruh layanan one stop services, mencakup pula E-Journal Domestik yang
didalamnya dimuat pula karya ilmiah seperti, laporan penelitian, tugas akhir mahasiswa seperti skripsi, tesis dan disertasi, paten, prosiding, standar nasional Indonesia SNI, pidato pengukuhan
guru besar dan berbagai jenis karya ilmiah lain yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti yang ada di Indonesia.
Portal RII diharapkan akan menjadi repositori institusi dan selanjutnya akan menjadi perpustakaan digital. Pengalaman dari beberapa negara maju menunjukkan bahwa perpustakaan
digital dianggap sebagai salah satu sarana efektif dalam penyebarluasan informasi karena
Jonner Hasugian, Internal Repository pada Perguruan Tinggi – Oktober 2012
‐ 13
memungkinkan terjadinya jalinan komunikasi, baik antar perpustakaan maupun antar individu sehingga diharapkan memudahkan pengguna untuk saling bertukar informasi.
Perpustakaan digital umumnya dikelola dalam format pangkalan data yang terintegrasi antara satu isntitusi dengan institusi yang lain, termasuk pangkalan data karya ilmiah. Pangkalan
data yang terintegrasi di Indonesia sampai saat ini masih belum dikelola secara optimal. Keadaan ini mengakibatkan terhambatnya transfer informasi penting mengenai karya ilmiah kepada
masyarakat, terbatasnya akses informasi karya ilmiah, terjadinya duplikasi kegiatan penelitian dan tidak terpantaunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada hal pontensi dan
peluang untuk membangun repositori institusi mengikuti model yang dibuat oleh SPARC di Indonesia sangat memungkinkan mengingat Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang berada di
bawah pembinaan Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional memiliki keragaman informasi yang berasal dari ratusan perpustakaan yang mereka miliki, baik dalam
bentuk tercetak maupun digital dan pada umumnya perguruan tinggi tersebut mengelola karya ilmiah berupa skripsi, tesis, disertasi, prosiding, dan laporan penelitian universitas dalam bentuk
pangkalan data database.
6. Penutup