“Ba ppe na s : Pa nglim a da la m Pe nge m ba nga n Ka w a sa n di Er a Ot onom i D a e r a h”

“Ba ppe na s : Pa nglim a da la m Pe nge m ba nga n Ka w a sa n di Er a Ot onom i D a e r a h”

Guna memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai tantangan pengembangan kawasan dan alternatif solusi pengembangannya di era desentralisasi, wawancara Bulletin Kawasan kali ini dilakukan dengan Bapak Son Diamar, seorang Tenaga Ahli Bidang Otonomi Daerah di Kementerian Negara PPN/Bappenas. Dengan latar belakang pendidikan S-3 bidang public policy di University of Pittsburgh USA, beliau telah beberapa kali ikut terjun langsung dalam penyusunan undang-undang. Diantaranya sebagai anggota Tim UU No. 22/1999, Tim Ahli RUU Pengelolaan Kekayaan Negara Departemen Keuangan, Tim Ahli Pansus UU No. 26/2007, serta sebagai Ketua Tim Penyiapan UU No. 25/2004. Berikut adalah petikan wawancara tim Bulletin Kawasan dengan beliau.

Apa pandangan Bapak mengenai tidak cukup oleh Otda. Salah satu sehingga terbangun kavling, tanpa

kawasan dan pengembangannya?

kendalanya, daerah berpikir bahwa menggunakan uang negara. Kavlingnya Saya memandang semua itu bisa dikerjakan oleh daerah. dapat dijual mahal. Lokasinya padahal pengembangan kawasan sebagai Ini pekerjaan dimanapun didunia tidak terlalu strategis, hanya ketiban usaha-usaha untuk mengkonservasi, adalah pekerjaan pusat. Sedangkan pulung “muntahan” Jakarta. Sekarang pengusahaan untuk tumbuh kembang. dalam pelaksanaan dilapangan, KEK Riau, selain kena “muntahan” Saya melihat ada empat macam harus memberikan pelayanan yang Singapura, Riau juga berlokasi paling kawasan. Pertama, Kawasan Ekonomi cepat, tepat, dan ditempat. Artinya, ada strategis di dunia. Harusnya Otorita Khusus atau KEK yang dikembangkan suatu organ yang mewakili pemerintah Batam seperti BSD, yaitu tidak memakai untuk mengembangkan ekonomi skala pusat ada disana untuk menyelesaikan uang negara. nasional dan internasional. Kedua perijinan tanpa harus ke Jakarta.

Jadi tantangan pada era Otda ini adalah kawasan Daerah Aliran Sungai.

Tantangan lainnya adalah mental adalah bagaimana kita menempatkan Ketiga kawasan metropolis. Metropolis attitude dan kekurangpahaman tentang suatu organ baru di lapangan, bukan berasal dari kata metro dan poly. Metro urusan pemerintahan. Daerah egois dan hanya sebagai pelayan administrasi artinya kota, poly artinya induk. Jadi berpikir bahwa urusan pusat dapat pemerintah, seperti pemberian ijin, dan kawasan perkotaan yang memiliki induk dikerjakan oleh dia. Nah, disitulah sebagainya, juga bukan hanya yang membentuk satu kesetuan perlunya suatu organ, misalnya Dewan memberikan infrastruktur, tapi juga ekonomi, sosial, budaya, dan Kawasan. Ketuanya gubernur, bagaimana mengusahakan. Ada value sebagainya. Kawasan berikutnya adalah anggotanya beberapa bupati dan engineering, mengubah kawasan untuk kawasan konservasi, seperti Gunung walikota. KADIN juga dimasukkan.

bernilai tambah. Tanah tidak berharga Leuser.

Tantangan lainnya untuk KEK menjadi mahal. Ada teluk bening, kita adalah birokratif itu seperti pimpro besar. tutup pakai jaring, tebar bibit kerapu, Bagaimana pengelolaan masing- Secara ekstrem kita bandingkan antara hasilnya milyar. Value engineering ini masing kawasan tersebut, terutama Otorita BATAM, pengelola kawasan belum ada. dalam era desentralisasi seperti ini? khusus, dengan pengelola Bumi

Saya punya konsep sederhana Apa saja tantangan yang dihadapi? Serpong Damai (BSD, kawasan mengenai pembagian manfaat. KEK memerlukan fasilitas- perumahan di Tangerang-red), atau Seharusnya manfaat itu dibagi lima, yaitu fasilitas khusus dan kebijakan khusus Ancol. BSD diberi ijin oleh pemerintah seperlima untuk pengelola kawasan, yang hanya boleh diurus oleh untuk membangun kota baru seluas seperlima untuk pekerja, seperlima pemerintah. KEK itu kita orbit untuk 6000 hektar. Dengan ijin itu dia pergi ke untuk masyarakat sekitar, seperlima tujuan nasional dan internasional yang bank untuk bangun jalan, kemudian untuk pemda, dan seperlima untuk perlu didukung oleh kebijakan pempus, menyediakan listrik dan telepon, negara. Negara juga memperoleh

15

EDISI NOMOR 19 TAHUN 2007

BULLETIN KAWASAN

EDISI NOMOR 19 TAHUN 2007

16 BULLETIN KAWASAN