3 Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 3. 3 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Apr „

Mei ‟ Jun ‟ Jul ‟ Agu ‟ Sep ‟ Okt ‟ Nov ‟ Des‟ Jan‟ Feb‟ 11 11 11 11 11 11 11 11 11 12 12

1. Pengajuan Judul Proposal

2. Penelitian Awal

3. Penyusunan Proposal

4. Bimbingan Proposal

5. Penyerahan Proposal

6. Seminar Proposal (Bab I- Bab III)

7. Revisi Proposal

8. Wawancara

9. Analisis Data

10. Triangulasi Data

11. Membercheck

12. Reduksi Data

13. Penyusunan Skripsi

14. Penyerahan Skripsi

15. Sidang Skripsi

16. Revisi Skripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Kecamatan Taktakan merupakan salah satu yang termasuk pada wilayah kota Serang Provinsi Banten. Berdasarkan Data dari Kecamatan Taktakan luas wilayah yang dimiliki Kecamatan Taktakan yaitu 57,98 Km², dengan batas-batas Kecamatan sebagai berikut:

a. Utara : Kecamatan Kramat Watu

b. Selatan : Kecamatan Pabuaran

c. Barat : Kecamatan Waringin Kurung dan Gunung Sari

d. Timur : Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya Kecamatan Taktakan merupakan pusat wilayah pengembangan bagian barat dari Kota Serang. Wilayah pengembangan bagian barat ini diarahkan dengan fungsi utama perkantoran, perdagangan, perumahan dan fasilitas umum dengan pusatnya daiarahkan di Desa Drangong dan Taman Baru. Bentuk topografi wilayah Kecamatan Taktakan sebagian besar merupakan daratan, denga ketinggia rata-rata kurang dari 500 m dari permukaan lautan.

Secara administrasi wilayah Kecamatan Taktakan terbagi menjadi 94 Rukun Warga (RW), 230 Rukun Tetangga (RT). Dengan jumlah penduduk 78.184 jiwa, yang terdiri dari 40.438 jiwa laki-laki, dan 37.746 jiwa perempuan. Kecamatan Taktakan berjarak ± 5,8 km dari kantor gubernur Banten dan 12,6 km dari kantor walikota Serang.

Tabel 4.1

Data Jumlah Penduduk Kecamatan Taktakan

No

Nama Desa

Jumlah Penduduk

5 Kalang Anyar

7 Panggung Jati

10 Umbul Tengah

12 Taman Baru

37746 78184 Sumber : Kecamatan Taktakan tahun 2010

Jumlah

Tabel 4.2

Jumlah Rumah Tangga dan Mata Pencaharian Sebagian Besar Penduduk di

Kecamatan Taktkan Tahun 2010

No Nama Desa

Jumlah Rumah

Mata Pencaharian

Pertanian, Jasa

5 Kalang Anyar

7 Panggung Jati

Pertanian, Jasa

8 Drangong

Perdagangan, Jasa

10 Umbul Tengah

12 Taman Baru

Sumber : Kecamatan Taktakan tahun 2011

Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Taktakan terdiri dari bidang pertanian, jasa, dan perdagangan. Tetapi sebagian besar mata pencaharian utamanya adalah di bidang pertanian, hampir diseluruh desa, hanya desa Drangong yang mata pencahariannya mengarah pada bidang perdagangan dan jasa. Sedangkan jasa dan pertanian merupakan mata pencaharian desa sepang dan panggung jati.

Tabel 4.3 Jumlah Sarana Pelayanan KB di Kecamatan Taktakan Tahun 2010

No

Nama Desa

5 Kalang Anyar

6 Kuranji

7 Panggung Jati

10 Umbul Tengah

11 Lialang

12 Taman Baru

Jumlah

Sumber :Kecamatan Taktakan Tahun 2010 Setiap desa di Kecamatan Taktakan memiliki Pos KB masing-masing memiliki satu pos

KB kecuali desa Drangong dan Taman Baru. Pos KB di masing-masing desa ini agar dapat memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi mengenai program KB dan memudahkan petugas penyuluh lapangan dalam mendata dan memberikan informasi dan layanan KB kepada masyarakat. Sedangkang Posyadu yang ada di kecamatan berjumlah 75, di desa Drangong terdapat 18 Posyadu jumlah tersebut paling banyak dari desa lainya. Posyadu (Pos Layanan

Terpadu) yang ada yaitu sebagai pos pelayanan kesehatan yang dikelola dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB kesehatan dalam rangka pencapaian kesehatan keluarga yang baik. Kemudian ada PKBRS dan KKB (Kelompok KB) di Desa Pancur, Desa Taktakan dan, Taman Baru masing-masing satu yang merupakan wadah organisasi yang anggotanya terdidi dari seluruh keluarga dalam satu rukun tetangga yang secara sukarela berperan aktif mengelola program KB Nasional di tingkat rukun tetangga.

Tabel 4.4 Jumlah Akseptor KB Menurut Alat/Cara Kontarasepsi yang Digunakan di Kecamatan

Taktakan Tahun 2010

No Desa

5. Kalang Anyar

7. Panggung Jati

10. Umbul Tengah

12. Taman Baru

Sumber: pengawas PLB Kecamatan Taktakan tahun 2010 Alat kontrasepsi yang lebih banyak digunakan oleh masyarakat Kecamatan Taktakan

yaitu suntik berjumlah 6531. Karena suntik lebih ekonomis dari alat yang lainnya. Desa

Drangong lebih banyak menggunakan alat suntik. Sedangkan alat kontrasepsi yang paling sedikit digunakan yaitu MOW (Medis Oprasi Wanita) dan MOP (Medis Oprasi Pria) yang merupakan kontrasepi mantap untuk mengakhiri kelahiran. Desanya yaitu desa Kalang Anyar yang hanya berjumlah 4 orang dan 5. Ini disebabkan karena masih tabunya dengan cara oprasi. Mereka lebih memilih cara yang lebih umum dan mudah. IUD (Intra Uterine Device) dan Implan juga alat/cara yang banyak juga dipilih oleh para Akseptor karena pemakaiannya efektif selama 3 tahun. IUD (Intra Uterine Device) yaitu alat kecil berbentuk huruf T yang lentur yang diletakan di dalam rahim. Sedangkan implan dibagaian kulit lengan atas, alatnya berbentuk batang yang mengandung hormon progestogen untuk mencegah kehamilan. Dalam mengurusi hal-hal yang terkait masalah KB dan Program KB di tingkat kecamatan diurusi oleh UPT BPMPKB Kecamatan yang merupakan kepanjangan tangan dari BPMPKB Kota Serang sebagai lembaga teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah sosial dan keluarga berencana (KB) di tingkat kota, untuk itu BPMPKB kota membentuk UPT BPMPKB ditiap kecamatan dan salah satunya adalah di UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori George C. Edward III, yaitu model Direct and Indirect Impact on Implementation . Adapun dalam melakukan penilaianya dengan mengacu pada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan, antara lain:

1. Sumberdaya, terdapat empat indikator yang dipakai, yaitu: staf, informasi, wewenang dan fasilitas;

2. Komunikasi, terdapat tiga indikator yang dipakai yaitu: tranmisi, kejelasan dan konsistensi;

3. Disposisis, terdapat dua indikator yang dipakai, yaitu: pengangkatan birokrat, dan inisiatif;

4. Struktur birokrasi, terdapat dua indikator yang dipakai, yaitu: standar operating prosedurs (SOP) dan fragmentasi. Teori tersebut menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) Di Kecamatan Taktakan Kota Serang adalah melihat dari ke empat faktor tersebut mengenai keberhasilan pelaksanaan suatu Kebijakan. Mengingat bahwa jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data atau hasil dokumentasi lainnya.

Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles dan Huberman, data-data tersebut dianalisis selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, dokumentasi maupun observasi dilakukan reduksi untuk dapat mencari tema dan polanya dan diberikan kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan masalah penelitian serta dilakukan kategorasi. Dalam penyusunan jawaban penelitian, penelitian memberikan kode pada aspek tertentu:

1. Kode A sampai D menandakan indikator pertanyaan

2. Kode Q 1, 2,3 , 4 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan

3. Kode I 1 -I 8 menandakan daftar urutan informan

4. Kode C menandakan acara pengumpulan data

Setelah peneliti memberikan kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian lapangan dengan membaca dan menelaah jawaban tersebut dan mencari data penunjang yang akan memperkuat hasil penelitian lapangan. Mengingat hal ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak menggeneralisasikan jawaban penelitian, maka semua jawaban yang dikemukakan oleh informan dalam pembahasan penelitian yang disesuaikan dengan teori George C. Edward III. Berdasarkan teori George C. Edward III berikut ini kategori yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian dilapangan:

Tabel 4.5 Indikator Pertanyaan

Indikator

Informan

A. Sumberdaya merupakan sumber-sumber yang Kasubag KB diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-

BPMPKB Kota kebijakan. Indikatornya meliputi:

Serang, Kasubag

1. Staf: Jumlah dan latar belakang pendidikan UPT BPMPKB

2. Informasi: Cara pelaksanaan kegiatan dan Kecamatan kepatuhan dari pelaksana dan pelaku kebijakan

Taktakan, PLKB

3. Wewenang: Kepentingan yang mempengaruhi Kecamatan, Tokoh dari pelaksanaan Program Keluarga Berencana

Masyarakat, Kader

4. Fasilitas: Sarana dan prasarana lain yang dan Peserta KB mendukung dalam kebijakan

B. Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk Kasubag KB menyampaikan apa yang menjadi pemikiran dan

BPMPKB Kota

perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada Serang, Kasubag orang lain. Indikatornya meliputi:

UPT BPMPKB

1. Tranmisi: penyaluran komunikasi melalui Kecamatan penyuluhan kepada masyarakat mengenai

Taktakan, PLKB tujuan dan manfaat program Keluarga

Kecamatan, Tokoh Berencana

Agama, dan

2. Kejelasan: penyampain informasi yang Masyarakat diberikan kepada pelaku kebijakan harus jelas, akurat.

3. Konsistensi: pelaksana dan pelaku kebijakan 3. Konsistensi: pelaksana dan pelaku kebijakan

C. Disposisis adalah sikap para pelaksana untuk Kasubag KB melaksanakan kebijakan. Indikatornya meliputi:

BPMPKB Kota

1. Pengangkatan Birokrat: personil pelaksana Serang dan kader kebijakan memiliki dedikasi

2. Insentif: insentif bagi pelaksana kebijakan memiliki dedikasi

D. Struktur birokrasi merupakan pelaksana sebuah Kasubag KB kebijakan yang telah diputuskan dengan

BPMPKB Kota melakukan koordinasi dalam rangka melaksanakan Serang, PLKB kebijaka. Indikatornya meliputi:

Kecamatan, Kader

1. Standar operating prosedurs (SOP): para dan Masyarakat pegawai atau pelaksana melaksanakan kegiatan pelayanan KB dan penyuluhan sesuai dengan standar atau aturan yang telah ditetapkan

2. Fragmentasi: kerja sama dan koordinasi antar pelaksanaan program Keluarga Berencana

(Sumber: Peneliti, 2011)

Berdasarkan kategori diatas, maka peneliti membuat matriks agar data yang ada dari hasil kategorisasi dapat dipahami secara keseluruhan oleh para pembaca. Adapun setelah dilakukan kegiatan tersebut kemudian peneliti mencoba menganalisis kembali untuk mencari kesimpulan yang signifikan selama adanya sisa waktu penelitian dengan mencari kembali data dan informasi dari berbagai sumber. Setelah data dan informasi yang dipaparkan bersifat jenuh, artinya telah ada pengulangan informasi yang sama atas setiap jawaban sehingga tidak ada lagi yang di pertanyakan. Maka kesimpulan tersebut dapat diambil untuk dijadikan jawaban dalam pembahasan masalah penelitian.

4.2.2 Daftar informan

Informan dalam penelitian ini adalah stakeholder (semua pihak) pelaksana Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Berikut ini akan diuraikan daftar informan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Tabel 4.6 Daftar Informan

No Kode

Unsur

Jabatan / Status Informan

Informan (i)

1 I 1. Pemerintah

Kasubag KB BPMPKB Kota Serang

2 I 1. Kasubag UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan

3 I 1.,

Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana

(PPLKB) Kecamatan Taktakan

4 I 2. Tokoh

Kader posyandu/ KB

Masyarakat

5 I 2. Ulama/ Uzstad di Kecamatan Taktakan

6 I 2. Tokoh Masyarakat

7 I 3 Akseptor

Peserta KB dari Desa yang berbeda

8 I 4 Non Akseptor

Bukan peserta KB dari Desa yang berbeda

(Sumber: Peneliti, 2011)

Keterangan Informan:

1. Apay Supardi S. IP, M. Si (47 Tahun), Kasubag Keluarga Berencana (KB) Badan

Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang (I 1.1 )

2. Ibu Sri Endah, S. Sos (56 Tahun), Kasubag UPT Badan Pemberdayan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Kecamatan Taktakan Kota Serang (I 1. 2 )

3. Para Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (I 1 ) Di kecamatan Taktakan yang terdiri atas:

A. Bapak Indra Cahyadi, S. Sos. I, MM. (34 Tahun), Petugas Lapangan Keluarga

Berencana Kecamatan Taktakan (I 1.3 )

B. Bapak Panji Gerhana (26 Tahun), Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kecamatan

Taktakan (I 1.4 )

4. Para Kader Posyandu/KB (I 2 ) Di Kecamatan Taktakan yang terdiri atas:

A. Ibu Diah (43 Tahun), Ketua Forum Kader Kecamatan Taktakan

(I ) 2. 1

B. Ibu Anah Dodi (48 Tahun), Kader di Desa Taman Baru (I ) 2. 2

C. Ibu Sarniah (27 Tahun), Kader di Desa Pancur (I ) 2. 3

D. Ibu Saniati (38 Tahun), Kader di Desa Panggung Jati (I ) 2. 4

E. Ibu Imas (27 Tahun), Kader di Desa Drangong (I ) 2. 5

F. Ibu Halimah (29 Tahun), Kader di Desa Umbul Tengah (I 2.6 )

5. Para Tokoh Agama (I 2 ) terdiri atas:

A. Ustad Hambali (34 Tahun), Tokoh Agama di Desa Taktakan (I 2.7 )

B. Ustad Ruli (33 Tahun), Tokoh Agama di Desa Taktakan (I 2.8 )

6. Para Tokoh Masyarakat (I 6 ) terdiri dari:

A. Bapak Ulfi (45 Tahun), Tokoh Masyarakat di Desa Taktakan (I 2.9 )

B. Bapak Nurdin (44 Tahun), Kepala Desa Panggung Jati ( I 2. 10 )

7. Akseptor/Peserta program Keluarga Berencana (KB) (I 3 ) yaitu:

A. Ibu Sahriah (47 Tahun), peserta KB aktif Desa Panggung Jati (I 3.1 )

B. Ibu Jenab (37 Tahun), peserta KB aktif Desa Kalang anyar (I ) 3. 2

C. Ibu Munawah (35 Tahun), peserta KB aktif Desa Kalang Anyar (I 3.3 )

D. Ibu Eniah (28 Tahun), peserta KB aktif Desa Taktakan (I ) 3. 4

E. Ibu Sarmunah (35 Tahun), peserta KB aktif Desa Lialang (I 3.5 )

F. Ibu Narti (30 Tahun), peserta KB aktif Desa Taman Baru (I 3.6 )

G. Ibu Sumiyati (34 Tahun), peserta KB aktif Desa Pancur (I 3.7 )

H. Ibu Misneni (32 Tahun), peserta KB Baru Desa Sepang (I 3.8 )

I. Ibu Asnawati ( 34 Tahun), peserta KB Baru Desa Kuranji (I 3.9 ) J. Usman Ali (40 Tahun), peserta KB MOP Baru Desa Sayar (I 3. 10 )

8. Bukan Peserta program Keluarga Berencana (KB) (I 4 ) yaitu:

A. Ibu Mutiah (21 Tahun), Non Akseptor Desa Taktakan (I ) 4. 1

B. Ibu Beti Haryana (20 Tahun), Non Akseptor Desa Taktakan (I 4.2 )

C. Ibu Naila (35 Tahun), Non Akseptor Desa Drangong (I 4.3 )

D. Ibu Rohmah (37 Tahun), selaku peserta KB Desa Umbul Tengah (I ) 4. 4

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.2 Kebijakan Program Keluarga Berencana

Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Dengan adanya Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Maka program Keluarga Berencana (KB) nasional tidak menjadi peraturan tetap yang mengikat, tetapi kebijakan tersebut tergantung setiap kebijakan strategis yang dikeluarkan pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten.

Berbagai macam bentuk pengelolaan dan kelembagaan program keluarga berencana yang dimiliki setiap provinsi atau daerah-daerah di Indonesia, maka Kota Serang yang merupakan bagian dari provinsi Banten yang juga dikenal sebagai ibu kota provinsi Banten ini mempunyai suatu lembaga teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah sosial dan keluarga berencana (KB) yaitu Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana (BPMPKB).

Menurut Rencana Strategi (Renstra) BPMPKB TA 2009, kebijakan dalam program- program Keluarga Berencana yaitu terwujudnya keluarga kecil bahagia sejahtera. Program dan kegiatan yang dilakukan terhadap semua keluarga. Kegiatan dalam sasaran terwujudnya Program

Keluarga Berencana (KB) yaitu penyedian pelayanan KB dan alat kontasepsi, pembinaan Keluarga Berencana serta pengadaan sarana dan mobilitas tim KB keliling.

A. Faktor Sumber Daya

Suatu kebijakan termasuk diantaranya adalah sebuah program yang dibentuk, dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai sumber-sumber tertentu dan sumber tersebut akan membawa pengaruh terhadap pelaksanaannya. Sumber daya mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistenya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil bertanggungjawab melaksanakan kebijkan kurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka pelaksanaan kebijkan tersebut tidak akan bisa efektif. Untuk mengetahui keberadaan berbagai sumber- sumber yang terkait dengan pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Sumber-sumber yang mempengaruhi menyangkut pada pelaksana kebijakan yang terkait serta sumber bagi masyarakat yang sebagai objek kebijakan maupun sumber bagi pelaksana program pemerintah. Berikut ini penjelasa mengenai indikator sumber yang mempengaruhi pada pelaksanaannya:

1. Jumlah dan latar belakang pendidikan Pegawai Sumber daya utama dalam pelaksanaan kebijakan adalah staf atau pegawai. Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Artinya, kemampuan pelaksana kebijakan harus ditunjang oleh kuantitas dan kualitas yang dilihat dari latar belakang pendidikan serta keahlian yang memadai. UPT BPMPKB di Kecamatan Taktakan Jumlah pegawai dan 1. Jumlah dan latar belakang pendidikan Pegawai Sumber daya utama dalam pelaksanaan kebijakan adalah staf atau pegawai. Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Artinya, kemampuan pelaksana kebijakan harus ditunjang oleh kuantitas dan kualitas yang dilihat dari latar belakang pendidikan serta keahlian yang memadai. UPT BPMPKB di Kecamatan Taktakan Jumlah pegawai dan

“Di UPT Kecamatan ini memiliki 5 pegawai yang terdiri dari Kepala UPT, Kasubag, dan 2 PLKB serta 1 orang saff . Jumlah PLKB yang ada di Kecamatan Taktakan hanya berjumlah 2 orang, jumlah ini sebenarnya kurang memadai untuk menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan Taktakan, apabila ada kegiatan yang akan dilaksanakan kadang kita kesulitan tetapi Alhamdulliah PLKB dibantu oleh para kader di tiap desa dengan

suka rela mambatu”(Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa staf dan khususnya petugas penyuluh lapangan yang ada di UPT BPMPKB kurang memadai jumlahnya untuk menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan taktakan sehingga dalam pelaksanaan tugas seperti pendataan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan program Keluarga Berencana dibantu oleh kader- kader ditiap desa untuk memudahkan dalam menjangkau tiap desa.

Selain kuantitas, kualitas atau kemampuan pelaksana kebijakan tidak kalah pentingnya untuk mendukung kelancaran pelaksana kebijakan yang dilihat dari latar belakang pendidikan serta keahlian yang dimiliki pegawai. Adapun spesifikasi pendidikan UPT BPMPKB di Kecamatan Taktakan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Latar Belakang Pendidikan Pegawai UPT BPMPKB

Tingkat Pendidikan

1. Emi, S.Sos

Kabid

Sarjana

2. Sri Endah, S.Sos

Kasubag

Sarjana

3. Indra Chahyadi, S.Sos. I, MM

PLKB

S2

D3 Sumber: Struktur Organisasi UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan

4. Panji Gerhana

PLKB

Latar belakang pendidikan yang mereka miliki sangat mendukung dan membantu dalam pekerjaan yang digeluti karena relevan dengan tugasnya. Seperti yang diungkapkan oleh I 1.4 pada saat wawancara dilakukan, ia mengungkapkan: “latar belakang pendidikan saya (Ilmu Kesehatan) sesuai dengan pekerjaan yang saya

geluti saat ini yang berhubungan dengan kesehatan yaitu KB, ini mempermudah saya melaksanakan tugas ini, saya dapat memberikan pemahaman, pengetahuan mengenai manfaat dari program ini ke ma syarakat” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Sebagai petugas lapangan keluarga berencana yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya KB merasa lebih yakin dan menguasai tentang KB karena latar belakang pendidikannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang digeluti sehingga mempermudah melaksanakan tugas sebagai petugas lapangan yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Hal yang sama diungkapkan oleh hasil wawancara dengan I 1.3 , yaitu :

“Ilmu Agama latar belakang pendidikan yang saya ambil ini ternyata membantu dalam pekerjaan saya. Terkadang dilapangan masih ada masyarakat yang berpendapat bahwa KB itu dilarang oleh agama, dengan latar belakang pendidikan yang saya miliki ini, saya dapat menjelaskan sesuai dengan ilmu yang saya punya. (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Berdasarkan hasil wawancara yang didapat dari tiga informan, dengan Kasubag UPT BPMPKB kecamatan serta dua orang PLKB, mereka mengungkapkan latar belakang pendidikan yang mereka miliki yaitu bidang sosial, agama dan kesehatan sangat membantu melaksankan tugas di lapangan dengan menghadapi berbagai pola pikir masyarakat sehigga kendala-kendala yang ada dapat terminimalisir. Kaitan latar belakang pendidikan para pelaksana dengan kelancaran pelaksanaan program untuk menghadapi masyarakat tersebut merupakan hal yang sangat penting karena untuk memahami bagaimana keadaan masyarakat di tempat tersebut apalagi untuk berhadapan dengan masyarakat yang berbeda pemikiran nya, mengenai pola pikir mereka serta tradisi yang ada dimasyarakat secara umumnya.

Pelaksana yang akan ditugaskan dilapangan senantiasa sudah siap untuk menghadapi permasalahan yang sering terjadi terkait dengan persepsi bahwa KB diharamkan, pola pikir bahwa banyak anak, banyak rezeki dan yang lainnya yang bisa menghambat keberhasilan pelaksanaan Program KB ini. Kemudian pegawai atau PLKB yang kurang mencukupi untuk pelaksanan di lapangan terbantu oleh para kader desa yang siap membatu dalam kegiatan program Keluarga Berencana dengan suka rela ini menunjang pelaksanaan dilapangan agar berjalan dengan baik dan lancar. sehingga kendala ini tidak menjadi hal yang berarti bagi tercapainya keberhasilan pelaksanaan program.

2. Informasi Pelaksanaan Program Suatu kebijakan publik yang dibuat pemerintah melalui bentuk program ataupun dalam bentuk Undang-Undang senantiasa mengandung informasi yang harus disampaikan dan dimengerti oleh pelaksana serta pelaku sasaran kebijakan/objek kebijakan tersebut akan tujuan dan manfaatnya. Tidak hanya untuk masyarakat atau para penerima kebijakan pemerintah secara langsung, akan tetapi para stakeholder (pelaksana kebijakan) dapat merasakan kemanfaatan yang dicapai. Pelaksana tentu harus mengetahui tidakan atau cara apa yang harus pelaksana lakukan untuk tercapainya tujuan tersebut. Pelaksana Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan dilakukan dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan sesuai dengan program yang

telah ditetapkan. Seperti yang diungkapkan oleh I 1. 2 bahwa:

“Program Keluarga Berencana sendiri bertujuan yaitu untuk menekan Pertumbuhan penduduk, sedangkan secara khususnya yaitu untuk mengurangi angka kesakitan ibu setelah melahirkan, mengurangi angka kematian bayi. Dari tujuan tersebut mengandung

informasi yang perlu diketahui oleh pelaksana kebijakan program maupun pelakunya, untuk itu adanya kegiatan atau tidakan yang dilakukan memalui pelayanan KB, penyuluhan serta pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya KB” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Program Keluarga Berencan yang diperuntukan untuk mengatasi masalah menurunkan angka kelahiran sehinga pertambahan pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga melalui merenacanakan kehamilan, pengaturan kelahiran, menjarangkan kelahiran. Manfaat Program Keluarga Berencana yaitu untuk dapat mengatur jumlah dan jarak kehamilan sesuai dengan keiinginan, sehingga kesehatan ibu dapat terjamin secara medis atas program keluarga berencana yang ikuti dan sarankan. di Kecamatan Taktakan dilakukan kegiatan seperti pembinaan kepada masyarakat dengan mengumpulkan tokoh masyarakat serta tokoh agama, penyuluhan KB, konseling, kemudian juga pelayanan KB gratis. Seperti yang diungkapkan oleh

I 1.3 : “ penyuluhan merupakan cara yang penting untuk menyampaikan manfaat KB kepada

masyarakat agar mereka mau ikut KB. Pasangan yang mau ber-KB kita berikan arahan atau biasa disebut konseling, konseling bertujuan untuk memberikan bagaimna yang seharusnya mereka lakukan, alat apa yang sebaiknya digunakan, baru kemudian di rujuk ke puskesmas atau ke rumah sakit” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Penyuluhan, konseling, dan pelayanan KB gratis merupakan cara yang dilakukan untuk meningkatkan peserta KB. Hal diatas diperkuat dengan yang diungkapkan oleh I 1.2 :

“ disini dilakukan berbagai kegiatan adanya pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya KB bagi mereka, kemudian diadakannya pelayanan KB gratis untuk

memotivasi dan meberikan kemudahan bagi keluarga pra sejahtera dalam mendapatkan pelayanan KB sehingga diharapkan akan lebih banyak lagi masyarakat ikut program KB. pelayanan KB gratis biasanya dilaukan tiga bulan sekali dengan bekerjasama dengan puskesmas di kecamatan dan di rumah sakit untuk pelayanan MOP dan MOW” (Selasa,

11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Pelayanan KB gratis yang menjadi kegiatan program keluarga berencana di Kecamatan Taktakan memberikan motivasi dan memudahkan masyarakat untuk memasang alat kontasepsi Pelayanan KB gratis yang menjadi kegiatan program keluarga berencana di Kecamatan Taktakan memberikan motivasi dan memudahkan masyarakat untuk memasang alat kontasepsi

I : 3. 2

“kalau ngga ada pelayanan pemasangan alat kontasepsi gratis, saya ngga KB, ini pertama kali saya pasang soalnya uangnya mendingan buat makan sehari-hari, ngga kepikiran buat yang kaya gitu, buat makan sehari-hari aja susah namanya juga orang

ngga punya” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas Taktakan) Hasil wawancara diatas dengan informan dari pelaksana dan pelaku sasaran kebijakan

program, informasi mengenai program keluarga berencana ini dilakukan melalui berbagai kegiatan yaitu pembinaan kepada masyarakat dengan berdiskusi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat mengenai Program Keluarga Berencana, penyuluhan sebagai cara memberikan pengetahuan akan tujuan, manfaat dengan mengikuti KB sehingga masyarakat lebih terbuka dan akan lebih mengerti adanya kegunaan program KB, serta konseling untuk memberikan arahan bagi pasangan dalam memilih alat kontasepsi yang sesuai, kemudian pelayanan KB gratis ini cara dan usaha pelaksana untuk memotivasi serta memberikan kemudahan bagi keluarga yang tergolong dalam keluarga pra sejahtera dalam mengakses pelayanan KB dengan pemasangan alat kontasepsi.

3. Wewenang: Kepentingan yang mempengaruhi dari pelaksanaan Program Keluarga Berencana

Adanya suatu kepentingan didalam pelaksanaan Kebijakan yang berkaitan dengan Program Keluarga Berencana adalah kepentingan bagi pelaksana kebijakan itu sendiri seperti kepentingan bagi pihak kesehatan. Bidang tersebut sangat mendukung dalam pelaksanaan Kebijakan ini. Karena unsur itu yang menjadi tujuan Program Keluarga Berencana. Adapun berbagai pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Keluarga Berencana di tiap Kotanya

memiliki peranan yang penting, seperti halnya wawancara dengan I 1.1 bahwa:

”Kepentingan yang mempengaruhi selain untuk masyarakat sasaran Program Keluarga Berencana, pelaksanaan program ini, kita (BPMPKB Kota Serang dan UPT BPMPKB

Kecamatan ) bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan pelayanan KB gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang menangani pelayanan tersebut” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Selain peran aktif dari masyarakat sebagai sasaran program KB yang memiliki kepentingan, semua pihak yang terkait dalam program ini harus bekerjasama dalam pelaksanaan program KB agar tujuan tercapain dengan baik. Hal diatas diperkuat hasil wawancara yang

diungkapkan oleh I 1. 2 , yaitu:

”pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan kegiatan-kegiatan khusunya dalam kegiatan pelayanan KB gratis kepada masyarkat, seprti yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 oktober kita bekerja sama dengan puskesmas sebagai yang melakukan pelayanan (pemasangan alat kontasepi) dan Koramil (karena bertepatan dengan ulang tahun ABRI) memfasilitasi kendaraan untuk antar jemput peserta KB. kemudian kita (UPT BPMPKB Kecamatan ) mengkoordinasi dan memantau jalannya pelayanan tersebut, sedangkan anggaran atau biaya itu dari pusat. (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Kepentingan dari pihak masyarakat (peserta KB) memang secara langsung sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Berencana. Di satu pihak pemerintah berkewajiban menangani permasalahan pertumbuhan penduduk ini yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.. Tetapi disisi lain masyarakat pelaku sasaran Program Keluarga Berencana juga harus berperan aktif bagaimana agar benar-benar program ini terealisasikan dengan baik. Para pihak pelaksana kebijakan yaitu PLKB dan kader serta pihak terkait pun khususnya di bidang kesehatan harus dengan sigap menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diembannya, terutama bagi kalangan Masyarakat pelaku sasaran kebijkan Program

Keluarga Berencana. Hal senada hasil wawancara dengan I 1.1 menyatakan:

“yang sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana itu sendiri yaitu untuk kepentingan masyarakat (ibu, anak, serta keluarga ) itu sendiri untuk

mendapatkan keturunan yang berkualitas dengan menjarangkan kelahiran, anaknya dapat terperhatikan sehingga dapat terwujudnya keluarga yang sejahtera lahir dan batin. Khususnya kesehatan ibu dan bayi, sehingga memiliki keluarga yang sehat, mendapatkan keturunan yang berkualitas dengan menjarangkan kelahiran, anaknya dapat terperhatikan sehingga dapat terwujudnya keluarga yang sejahtera lahir dan batin. Khususnya kesehatan ibu dan bayi, sehingga memiliki keluarga yang sehat,

yang terlibat sebagai pelaksana sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kebijakan program ini. Akan tetapi hambatan yang terjadi kadang adanya ketakutan dari masyarakat ketika didatangai oleh petugas penyuluh lapangan untuk memberikan penyuluhan. Seperti hasil

wawancara yang dilakukan dengan I 1.4 , mengungkapkan:

“ hambatan dalam melakukan penyuluhan terkadang masih adanya warga yang merasa ketakutan apabila kita mendatanginya untuk memberikan penyuluhan, mereka langsung cepat-cepat menutup pintu rumah mereka. Biasanya warga yang kalangan menengah kebawah atau biasa kita sebut keluarga pra sejahtera yang berada di daerah pelosok. Dengan adanya kejadian tersebut maka kita (penyuluh) biasanya melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat atau kader di lingkungan tersebut untuk mendampingi penyuluh sehingga agar warga tidak merasa takut lagi dan tidak merasa asing dengan kehadiran petugas. Tokoh masyarakat atau kader setempat memberikan pengertian kepada warga akan adanya maksud dan tujuan kita (penyuluh)” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Dari pernyataan diatas serta hasil observasi lapangan, peneliti melihat kerjasama dan koordinasi dari pihak terkait dalam melaksanakan program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan tersebut sudah baik karena terlihat ketika adanya pelaksanaan kegiatan pelayanan KB gratis yang dilaksanakan di puskesmas Taktakan pelaksanaan program didukung oleh stakeholder (semua pihak yang terkait) oleh petugas UPT Kecamatan melalui pendekatan kepada pihak terkait baik dari pelayanan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas, dari pemerintah desa yang mendukung adanya kegiatan tersebut dan menginformasikan kepada masyarakat didaerahnya, kemudian kader -kader desa yang membawa peserta KB serta Koramil sebagai fasilitas kendaraan untuk mengantar jemuput para peserta KB.

Selain itu, peneliti melihat ketika proses penyuluhan pun semua pihak saling membatu dan mendukung seprti tokoh masyarakat dan kade-kader membatu petugas penyuluh dalam Selain itu, peneliti melihat ketika proses penyuluhan pun semua pihak saling membatu dan mendukung seprti tokoh masyarakat dan kade-kader membatu petugas penyuluh dalam

Berdasarkan kategori adanya kepentingan untuk masyarakat pelaku sasaran kebijakan Program bahwa ada beberapa hal yang dapat menghambat pelaksanaan Program Keluarga Berencana, bahwa Program ini untuk kepentingan Masyarakat untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas melalui menjarangkan kelahiran sehingga ibu sehat, anak mendapat kesehatan dan pendidikan yang berkualitas ini namun satu sisi terhambat dengan adanya pemikiran dari masyarakat pra sejahtera untuk ber-KB apabila ada pelayanan gratis saja yang diadakan oleh penyelenggara, apabila tidak ada mereka enggan karena biaya yang digunakan untuk memasang alat kontasepsi lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal tersebut dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan program Keluarga Berencana, untuk itu pelayanan KB gratis agar menjadi agenda kegiatan program yang tetap untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan KB.

4. Fasilitas: Sarana dan prasarana lain yang mendukung dalam kebijakan Fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kebijakan. Pelaksana kebijakan program dalam pelaksanaannya tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka pelaksanaan kebijakan tidak akan berhasil. Untuk itu dalam proses suatu kebijakan program pemerintah yaitu program Keluarga Berencana dalam menekan pertumbuhan penduduk perlu ada sarana dan prasarana dalam kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukung jalannya kebijakan program di lapangan.

Sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana yaitu terdiri dari fasilitas kantor dan fasiltas lapangan. Fasilitas tersebut dibutuhkan untuk kelancaran terlaksanaanya program ini. Seperti yang diungkapkan I 1.1 pada saat wawancara mengutarakan:

“sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk mendukung dalam keberhasilan pelaksanaan program. Sarana dan prasarana yang tersedia yaitu fasilitas lapangan

berupa motor diberikan pada setiap PLKB dan mobil penerangan (MOPEN) yangi baru di setujui pada tahun 2010 dari pusat untuk membantu kelancaran kegiatan . Sedangkan fasilitas kantor seperti kursi, rak –rak, lemari, meja serta alat tulis kantor lainnya walaupun belum tersedianya komput er karena terbatasnya anggaran” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Dari pernyataan tersebut dapat dilitah bahwa hambatan mengenai sarana dan prasarana adalah terletak dari jumlah anggaran dari pemerintah yang disediakan untuk prasarana pelaksana dalam bekerja. Hal ini yang dikeluhkan oleh pelaksana karena akan menghambat kelancaran pelaksanaan, seperti pembuatan surat-surat, laporan yang akan membutuhkan proses pekerjaan yang lama, cepat atau tidaknya hasil yang ingin dicapai secara rapi dan tepat waktu sangat diperlukan. Untuk itu perlu didukung dengan peralatan yang memadai. Kelengkapan peralatan

yang ada masih belum memadai, seperti yang diungkapkan oleh I 1.4 , yaitu:

“yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas kantor yaitu tidak adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat untuk keperluan kegiatan program ini biasanya mesti ke rental komputer, sehingga kurang efektif dan efisien dan menghambat kelancaran kegitan. Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB diberikan motor untuk mendukung tugas ke la pangan ” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Tidak adanya komputer menjadi penghambat dalam kelancaran kegiatan sehingga dalam pembuatan laporan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kurang efektif. Fasilitas kantor yang kurang memadai tersebut dikarenakan anggaran yang kurang dari pusat. Lain halnya dengan fasilitas lapangan, fasilitas lapangan yaitu motor untuk setiap PLKB. Hal terebut diperkuat hasil

wawancara yang diungkapkan oleh I 1.3 :

”PLKB diberikan fasilitas lapangan berupa motor, memudahkan PLKB dalam penyuluhan ke desa-desa dan kegiatan lainnya dilapangan. Kemudian kita juga

membutuhkan MOPEN sebagai mobil penerangan berisi alat-alat kontasepsi. Kita menyambut baik dengan adanya MOPEN yang telah distujui oleh pusat sebagai fasilitas lapangan tambahan sehingga dapat memperlan car lagi pelaksanaan program” (Selasa,

11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Berdasarkan observasi penelitian ditempat UPT Kecamatan Taktakan memang benar sarana atau fasilitas kantor kurang memadai, tidak tersedianya komputer untuk membuat surat- surat dan laporan. Dari hasil observasi dan wawancara dari ketiga informan diatas, sarana dan prasarana pendukung di UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan yaitu terdiri dari fasilitas kantor dan fasilitas lapangan. bahwa hambatan mengenai sarana dan prasarana adalah terletak dari fasilitas kantor, fasilitas kantor yang ada di UPT Kecamatan kurang memadai karena masih kurangnya anggaran yang tersedia dari Pemerintah. Hal ini dapat menghambat pelaksanaan kebijakan. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Kebijakan program yang tidak dapat berjalan secara efektif. Padahal seharusnya kelengkapan peralatan disesuaikan dengan kondisi perubahan teknologi yang semakin berubah dan canggih.

B. Faktor Komunikasi

Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap proses kegiatan yang melibatkan usur manusia dan sumber daya. Pelaksanaan yang efektif baru akan terjadi a pabila para pembuat kebijakan dan pelaksana mengetauhi apa yang akan mereka kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang baik, yang juga dari komunikasi tersebut membentuk kualitas partisipatif masyarakat. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:

1. Tranmisi: penyaluran komunikasi kepada masyarakat mengenai tujuan dan manfaat program Keluarga Berencana

Mengingat suatu kebijakan publik yang dibuat pemerintah melalui bentuk program ataupun dalam bentuk Undang-Undang senantiasa mengandung manfaat akan target yang akan dicapai. Penyaluran komunikasi mengenai manfaat serta tujuan dari keluarga berencana bagi masyarakat yaitu memalui penyuluhan dengan cara tiga jenis komunikasi penyaluran seperti

yang diutarakan oleh I 1.4 pada saat wawancara, yaitu:

“ada tiga jenis cara penyuluhan kepada msayarkat yaitu cara individual yang sering dikenal dengan dor to dor, artinya mendatangi setiap masyarakat ke rumah mereka satu

per satu. cara kedua yaitu berkelompok yang merupakan cara dengan membentuk suatu kelompok sebagai wadah yang terdiri dari orang-orang yang anggotanya terdiri dari seluruh keluarga dalam satu rukun tentangga secara suka rela berperan aktif mengelola program KB dengan tingkat rukun tetangga. yang ketiga adalah komunikatif yaitu metode ceramah dengan mengumpulkan semua elemen dari tokoh agama, tokoh masyarakat serta masyarakat sendiri” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan perintah-perintah pelaksanaan. Pertama, pertentanggan pendapat antar bidang ilmu. Kedua, penagkapan komunikasi mungkin dihambat oleh persepsi yang selektif dan ketidak mampuan para pelaksana

untuk mengubah persepsi yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh I 1.3 :

“ terkadang memang ada perbedaan pendapat dengan ulama tetapi sulit untuk merubah persepsi yang ada yang menyebabkan mereka tidak mau ikut KB ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Penyaluran komunikasi harus dilakukan agar tidak terjadi salahnya pengertian, komunikasi membuka pola pikir dan persepsi dimasyarakat tentang program Keluarga Berencana. Dilakukan komunikasi melalui kegiatan yaitu pembinaan dan penyuluhan ke masyarakat dengan memberikan perpekstif dari tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk membenahkan adanya persepsi dan pola pikir yang ada dimasyarakat sehingga tujuan dan

manfaat dari program tersebut dapat terpahami. Seperti yang dikemukakan oleh I 1.1 :

“dilakukannya pembinaan dimasyarkat dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, agar masyarakat yang memiliki pemikiran bahwa KB tidak boleh dalam agama dapat

berubah, pada hal KB tidak bertentangan dengan agama karena KB bukan membunuh tapi hanya menjarangkan kehamilan untuk mengatur kelahiran ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Adanya pemikiran dari masyarakat bahwa KB tidak diperbolehkan oleh agama untuk itu dilakukannya kegiatan pembinaan dengan tokoh agama agar membuka pemikiran dan mengubah pemikiran masyarakat tentang KB sehingga masyrakat bisa mendapat kebenaran dari pandangan yang ada. Persepsi yang ada dimasyarakat bahwa KB tidak diperbolehkan dalam agama tidak

sepenuhnya salah. Hal ini diungkapkan dan diperkuat oleh pernyataan oleh I 2.8 pada saat wawancara, yaitu:

“ sebenarnya ada dua macam pernyataan, ada KB yang diperbolehkan dan ada yang tidak. Yang boleh yaitu KB yang untuk menjarangkan kehamilan alias sementara sedangkan yang tidak boleh apabila KB tersebut dapat membuat tidak bisa memiliki anak lagi, alatnya permanen . (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Ustad di Desa Taktakan)

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui menurut ilmu agama yang telah dikaji bahwa terdapat dua pernyataan jenis KB yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan dalam agama yaitu yang diperbolehkan adalah yang bertujuan untuk menjarangkan kelahiran

saja sedangkan untuk memutus keturunan itu diharamkan. Hal yang sama dingkapkan oleh I 2.7 : “Berdasarkan Hadist dan Al-Qurann yang dikaji oleh Ulama-ulama KB itu ada yang

diharamkan dan ada yang dihalalkan. Tujuan untuk menjarangkan kehamilan seperti Suntik, pil, itu halal agar orang tua dapat memberika kehidupan yang layak untuk keluarganya seperti yang diperintahkan Nabi. Sedangkan untuk tujuan agar tidak memiliki anak lagi, memutuskan keturunan itu diharamkan . (Kamis, 20 Okt 2011, Rumah Ustad di Desa Taktakan)

Berdasarkan wawancara dengan para informan diatas yaitu dari para Ustad memilki kesamaan pendapat yang didasarkan dari Al-Quran dan Hadist yang telah dikaji bahwa KB di mata agama ada yang diperbolehkan dan diharamkan. KB yang diperbolehkan yaitu KB yang tujuannya untuk menjarangkan atau mengatur kelahiran. Sedangkan yang diharamkan adalah KB Berdasarkan wawancara dengan para informan diatas yaitu dari para Ustad memilki kesamaan pendapat yang didasarkan dari Al-Quran dan Hadist yang telah dikaji bahwa KB di mata agama ada yang diperbolehkan dan diharamkan. KB yang diperbolehkan yaitu KB yang tujuannya untuk menjarangkan atau mengatur kelahiran. Sedangkan yang diharamkan adalah KB

oleh I 3.1 , yaitu: “punya anak banyak, tanggungannya juga banyak jadi KB biar tanggungannya ngga

banyak” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas)

Dari pernyataan tersebut peneliti melihat mulai adanya perubahan persepsi dan kesadaran dari masyarakat untuk ikut KB karena dengan banyaknya anak, semakin banyak pula biaya yang akan dikeluarkan untuk biaya sekolah anak dan yang lainnya. Hal yang sama diungkapkan oleh

I 3. 2 pada saat wawancara, yaitu: “ anak banyak takut ngga keurus, belum lagi mikirin biaya sekolah” (Kamis, 20 Okt

2011, Puskesmas Taktakan)

Petikan wawancara diatas terlihat bahwa adanya pemikiran untuk mengurus anak perlu perhatian yang lebih dan baik agar pendidikan yang didapat berkualitas sehingga lebih memilih sedikit anak agar lebih focus mengurusnya. Hal ini diperkuat olah I 3. 4 dalam wawancaranya mengungkapkan:

“dengan ber-KB bisa menjarangakan jarak kelahiran biar ngga terlaku dekat, jadi lebih fokus ngurus anak, anak bisa terperhatikan pendidikan yang baik dan mendapat

perhatian kasih sayang yang lebih besar” (Selasa, 11 Okt 2011, di Toko milik Peserta KB Desa Taktakan) Berdasarkan wawancara dengan informan diatas dari pihak masyarakat yang terdiri dari

ibu rumah tangga, pedagang dan pegawai. Mereka berpendapat bahwa dengan KB bisa mengurangi tanggungan hidup, masa depan keluarga yang lebih baik artinya untuk mencapai ibu rumah tangga, pedagang dan pegawai. Mereka berpendapat bahwa dengan KB bisa mengurangi tanggungan hidup, masa depan keluarga yang lebih baik artinya untuk mencapai

“pengalaman temen-temen saya yang KB, setelah KB badanya jadi gemuk, suka pusing- pusing terus ada yang headnya ngga lancar. Saya jadi takut KB” (Selasa, 04 Okt 2011, Rumah bukan Peserta KB)

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa adanya ketakutan dari masyarakat dengan dampak yang akan terjadi bila ber-KB karena pengalaman yang dilihat dari orang lain. Sehingga merasa takut akan terjadi pada dirinya seperti yang lain. Hal yang serupa diungkapkan oleh I , 4. 4

yaitu: “ saya punya saudara yang KB, pake suntik badanya budug (luka-luka). Karena ngga

cocok kali ya jadinya gitu. Saya jadi ngga mau KB, takut kaya gitu, ngga cocok.. Makanya anak saya banyak” (Selasa, 04 Okt 2011, Rumah bukan Peserta KB)

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa lebih memilih tidak KB dan memiliki banyak anak dari pada harus mengalami hal yang sama dengan pengalaman orang lain yang tidak cocok menggunakan alat kontrasepsi yang digunakan. Hal tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan oleh I 4. 2, yaitu:

” kakak saya KB,terus dia jadi gemuk setelah KB, kalau temen-temen saya yang KB ngeluhnya suka pusing. Saya mah ngga mau KB ”

Efek atau dampak yang ditimbulkan dari jenis alat kontrasepsi yang digunakan berbeda- beda pada setiap orang. Karena hal itu, tidak sedikit para pasangannya tidak memperbolehkan Efek atau dampak yang ditimbulkan dari jenis alat kontrasepsi yang digunakan berbeda- beda pada setiap orang. Karena hal itu, tidak sedikit para pasangannya tidak memperbolehkan

pada saat wawancara: “Biar KB sendiri ajah,sama suami juga ngga dibolehin soalnya efeknya suka macem-

macem ”

Efek penggunaan alat KB salah satu yang menyebabkan masyarakat tidak KB, akan tetapi ada dari sebagian masayarakat hal tersebut tidak membuat mereka menjadi takut atau jera dengan efek atau dampak yang ditimbulkan. Seperti yang diungkapkan oleh I 3.7 dan I 3.3 dalam wawancara yang dilakukan, yaitu: “ ngga cocok pake suntik, pindah ke implant” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas

Taktakan)

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa ketidakcocokan dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB tidak menjadi jera dan malah mencari alternatif jenis alat yang lain. Terlihat bahwa adanya usaha untuk mencari cara agar tidak terjadi hal tersebut lagi. Hal

sama dari wawancara dengan I 3.8 , mengungkapkan:

“ suntik pendarahan terus makanya pindah ke implant” (Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)

Dari pernyataan wawancara tersebut adanya peserta yang tidak mudah menyerah dengan mencoba alat kontrasepsi yang lebih baik dan cocok untuk kondisi tubuhnya agar dapat mengatur dan menjarangkan kelahiran sehingga tidak memiliki anak yang banyak. Seperti yang

diungkapkan oleh I 3.5 dan I 3.6 , yaitu:

“ efeknya suka pusing-pusing, datang bulannya ngga lancar ajah sih tapi ya ngga apa- apalah dari pada anaknya banyak” (Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)

Berdasarkan wawancara dengan para informan terdapat macam-macam efek yang ditimbulkan, setiap orang berbeda-beda efeknya yang dialami dan setiap alat pun berbedapula efek yang ditimbulkan dalam tubuh seperti pusing, pendarahan, haed tidak lancar, dan perubahan Berdasarkan wawancara dengan para informan terdapat macam-macam efek yang ditimbulkan, setiap orang berbeda-beda efeknya yang dialami dan setiap alat pun berbedapula efek yang ditimbulkan dalam tubuh seperti pusing, pendarahan, haed tidak lancar, dan perubahan

2. Kejelasan Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana harus jelas begitupun komunikasi kepada pelaku sasaran kebijakan haruslah jelas, akurat sehingga dapat dihindari terjadinya kesalahan. Dilakukannya koseling penggunaan alat kemudian barulah memilih alat apa yang cocok untuk digunakan oleh peserta KB dengan berdiskusi dengan ahli dalam bidangnya agar diketahui efek

dan antisipasi untuk menanngulai efek tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh I 1.3 : “sebelumnya diadakan konseling untuk mengetahui alat apa yang sesuai dan tepat untuk

digunakan, cek keadaan kesehatan apakah boleh dilakukan atau tidak pemasangan alat tersebut dengan kondisi tubuhnya ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Perlunya dilakukan konseling oleh setiap calon peserta atau peserta KB sebelum ber-KB untuk menjelaskan hal yang akan terjadi setelah pemasangan alat, dan untuk diketahui jenis alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing peserta serta untuk mengantisipasi ketidakcocokan alat kontasepsi yang akan digunakan. Sama halnya yang diungkapkan pada saat

wawancara dengan I 1. 2 , yaitu:

“ada yang harus dilakukan terlebih dahalu sebelum pemasangan alat yaitu cek kesehatan, dengan cek kesehatan itu dapat diketahui kondisi kesehtannya. Misalnya yang darah tinggi atau rendah itu tidak boleh dilaukan pemasangan karena nanti akan berdampak ke kesehatan meraka ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Langkah yang perlu dilakukan sebelum menjadi peserta KB Pendapat ahli perlu untuk mengatahui agar mereka mengetahui jelas dampak dan efek yang akan terjadi oleh karena itu perlu pengecekan terlebih dahulu sehingga masyarakat yang takut akan ikut KB perlu konsultasi dengan dokter ataupun bidan. Seperti yang dilakukan oleh I 3. 10, mengemukakan:

“saya peserta MOP, sebelumnya istri saya yang KB karena dia selalu ngga berhasil jadi saya yang KB, kasian istri saya ngurus banyak anak. Awalnya punya anggapan akan

mempengaruhi hubungan suami istri dan ke kesehatan tubuh menjadi lemas sehingga istri melarang saya tetapi setalah berdiskusi dengan dokter saya tidak khawatir lagi untuk MOP ” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Berdasarkan wawancara dengan informan diatas perlunya konseling agar didapat penjelasan kekurangan kelebihan dari masing-masing alat dan agar diketahui alat apa yang sesuai. Konseling sangat penting untuk menjelaskan tentang alat-alat dan mencegah dampak yang akan ditimbulkan kepada calon peserta KB sehingga peserta mengetahui hal apa saja yang yang mesti dilakukan. Sehingga peserta KB tidak merasa khawatir untuk ikut KB.

3. Konsisten Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan adalah konsisten. Jika pelaksanaan ingin berlangsung efektif , maka perintah pelaksanaan harus diikuti dengan konsisten. Jika tidak konsisten akan berakibat pada ketidakefektifan pelaksanaan kebijakan dan dampaknya tidak tercapainya tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Konsisten dari pelaksana dalam melakukan perintah kebijakan program untuk dapat tercapainya tujuan program perlu pula kekonsistenan para pelaku sasaran/ objek kebijakan program Keluarga Berencana dengan mengikuti apa yang seharunya dilalukan dalam penggunaan alat KB. jika tidak konsiten dalam arti tidak teratur dalam penggnaan alat KB akan tidak berhasil tujuan yang diinginkan. Seperti yang dialami oleh salah satu peserta KB berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan I 3.

4 , mengungkapkan: “saya lagi hamil lagi padahal saya ikut KB suntik, karena lupa udah waktunya harus

suntuk lagi jadi hamil ” (Selasa, 11 Okt 2011, Toko milik Peserta KB di DesaTaktakan)

Berdasarkan wawancara tersebut diatas perlunya keteraturan dalam penggunaan alat KB dari obat maupun alat kontrasepsi lainnya dalam penggunaan sesuai dengan jangka waktu alat tersebut agar tujuan yang diinginkan olah peserta KB dapat berhasil sesuai yang direncanakan.

Artinya konsisten dalam hal ini keteraturan penggunaan alat dari peserta KB yaitu sebagai objek kebijakan dapat mempengaruhi keberhasilan program Keluarga Berencana.

C . Faktor Disposisi

Sikap para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan kebijakan jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada variabel ini menurut Edward III antara lain:

1. Pengangkatan birokrat Pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang

memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan. Sikap para pelaksana yang tidak melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan kan menimbulkan hambatan-hambatan bagi tercapainya tujuan dari pelaksana kebijakan. Sehingga sikap dari personil kebijakan untuk melaksanakan suatu kebijakan merupkan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu

kebijakan untuk mencapai tujan yang diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh I 1.1 dalam wawancara yang telah dilakukan, bahwa: ”selain dana dan sarana prasarana, faktor yang menjadi tolak ukur tercapainya

kebijakan yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan program Keluarga Berencanan adalah personil yang sanggup mengabdikan dirinya untuk mengemban tugas yang diberikan seperti petugas lapangan yang senantiasa memberikan penyuluhan ke setiap desa-desa, kemudian para kader yang sukarela membantu para petugas lapangan, mengabdikan dirinya untuk program ini. ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Keberhasilan suatu kebijakan program dipengaruhi oleh para personil yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai pelaksana kebijakan. Pengangkatan PNS untuk pegawai lapangan memag masih sangat kurang menurut informan dari BPMPKB. Dengan Keberhasilan suatu kebijakan program dipengaruhi oleh para personil yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai pelaksana kebijakan. Pengangkatan PNS untuk pegawai lapangan memag masih sangat kurang menurut informan dari BPMPKB. Dengan

2. Insentif Insentif salah satu teknik untuk memotivasi para pelaksana kebijkan untuk dapat

melaksanakan perintah dengan baik. Untuk mengatasi kecederungan sikap para pelaksana kebijakan adalah dengan manipulasi insentif. Pada umumnya orang bertindak berdasarkan kepentingan mereka sendiri, maka manupulasi insentif oleh pembuat kebijkan dapat mempengatuhi tindakan para pelaksana kebijakan. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi. Di kecamatan Takatakan pelaksana program KB yang salah satunya yaitu kader –kader desa memiliki andil yang besar dalam keberhasilan program ini. Untuk itu dalam memotivasi agar kerja mereka bertambah baik perlunya diberikan insentif. Seperti yang diharapkan oleh I 2. 1 dan I 2. 2 dalam wawancara, mengungkapkan:

” kader dan pos KB lebih diperhatikan karena tolak punggungnya dari kita dari bawah yang ke kampung-kampung nyari yang mau KB. Ya Alhamdulllah sekarang sudah mulai diperhatikan dengan adanya uang lelah, semoga kedepannya lagi kita lebih diperhatikan” (Kamis, 6 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Peran kader dalam program Keluarga berencana sangat besar, perhatian untuk mereka perlu untuk memenuhi kepentingan pribadi. Dengan uang lelah yang diberikan walaupun sedikit dan tidak sebanding dengan pengabdian yang bertahun-tahun mereka berikan untuk ikut membantu menjalankan kegiatan program dengan sukarela turut mempengaruhi keberhasilan program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan.

D. Struktur Birokrasi

Meskipun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan sudah mencukupi dan para pelaksana mengetahui apa dan bagaimna cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk melakukannya, pelaksanaaan kebjakan bisa jadi masih belum efektif, karena Meskipun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan sudah mencukupi dan para pelaksana mengetahui apa dan bagaimna cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk melakukannya, pelaksanaaan kebjakan bisa jadi masih belum efektif, karena

Terdapat dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasi kearah yang lebih baik menurut Edward III, yaitu dengan melaukan Standard Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan fargmentasi.

1. Standard Operating Prosedures (SOPs) Sistem dan prosedur kerja atau Standard Operating Prosedures (SOPs) yang berlaku di UPT BMPMPKB umunya tidak jauh berbeda dengan instansi pemerintah daerah lainnya. Jam kerja yang ditetapkan adalah mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dengan waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Tetapi terdapat perbedaan prosedur kerja bagi Petugas Lapangan Keluarga Berenana (PLKB) karena PLKB lebih banyak berkerja di lapangan. PLKB bertugas melakukan pendataan, penyuluhan, pelayanan KB kepada masyarakat.

Petugas Lapangan Keluarga Berenana (PLKB) lebih banyak bekerja di lapangan untuk melakukan penyuluhan ke masyarakat. Penyuluhan yang dilakukan tidak ada jadwal yang jelas yang ditetapkan. Hal tersebut dikatakan oleh I 1.3 pada saat wawancara, beliau mengatakan bahwa:

“biasanya dilakukan penyuluhan bila ada undangan dari desa meminta kita untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Dari paparan pernyatan informan diatas diketahui bahwa dalam melakukan penyuluhan tidak ada jadwal yang jelas. Penyuluhan dilakukan ketika ada yang meminta dari pemerintah

desa. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh I 1.4 , yaitu:

“ sebenarnya penyluhan ngga dilakukan setiap hari, kalau ada pelayanan KIE atau kegiatan-kegiatan yang ankan dilakukan, baru dilakukan penyuluhan mendatangi warga

ke rumah rumah agar mereka mau ikut pelayanan ” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Penyuluhan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan saja, sifatnya kondisional. Karena tidak ada jadwal yang jelas dan tidak ada jadwal yang ditetapkan. Hal yang berbeda diungkapkan oleh I , pada saat wawancara mengatakan bahwa: 2. 2

“penyuluhan dilakukan biasanya sebulan sekali, pada saat ada pengajian ibu-ibu atau pertemuan-pertemuan ” (Kamis, 6 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Dari wawancara dengan ketiga informan diatas bahwa tidak adanya penetapan standar jadwal yang dilakukan secara jelas. Penyuluhan yang dilakukan ketika ada kebutuhan atau kegiatan-kegiatan tertentu seperti ketika akan diadakan pelayanan pemasangan alat KB gratis maka hari sebelumnya dilakukan sosialisai mengenai waktu kegiatan tersebut dan mengajak masyarakat untuk ikut dalam kegiatan tersebut.

Pelayanan KB yang diberikan oleh penyelnggara dilakukan tiga bulan sekali untuk memberikan kemudahan ke masyarakat khususnya keluarga pra sejahtera atau keluarga yang tergolong menengah kebawah untuk mengakses dan mendapatkan alat kontasepsi serta pemasangan alat karena terganjalnya biaya. Pelayanan ini diselenggarakan oleh tingkat kota

untuk MOP dan MOW. Seprti yang diungkapkan oleh I 1.1 ketika wawancara yang telah dilakukan, yaitu;

“ tiga bulan sekali kami mengadakan pelayanan KB yang diselenggarakan di Rumah Sakit DKT untuk pelayanan MOP dan MOW ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB

Kota Serang)

Pelayanan MOP dan MOW diselenggaran di Rumah sakit karena cara KB ini melalui oprasi sehingga harus dengan tenaga ahli untuk melakukannya dan dengan peralatan yang lenggkap. Kemudian untuk tingkat kecamatan sama dengan yang diselenggarakan oleh kota yaitu tiga bulan sekali pemasangan IUD dan implant yang bisa dilakukan di puskesmas. Seperti yang

diungkapkan oleh I 1.3 dan I 1.4 , yaitu:

“pemsangan alat kontrasepsi biasa kita kalukan tiga bulan sekali untuk IUD dan Implant dipuskesmas atau di desa yang telah ditetapkan. Seringnya dilakukan dipuskesmas karena lebih mudah dalam menyiapkan peralatan yang akan digunakan, kalu di desa agak sulit untuk membawa peralatan yang akan digunakannya ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan dan Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT )

Pernyatan diatas dapat diketahui bahwa pelayanan pemasangan KB gratis dilakukan tiga bulan sekali untuk meningkatkan pelayanan KB kepada masyarakat. Lokasi pelayanan terkadang dilakukan di desa tertentu yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan KB. Tetapi memang lebih sering dilakukan di puskesmas karena lebih mudah dalam menyiapkan

peralatan yang aka digunakan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh I 2.4 pada saat wawancara, mengungkapkan bahwa:

“pelayanan gratis ini sering dilakukan, kalau ngga salah tiga bulan sekali mah ada. Biasanya kalau ada kegiatan ini saya ditugaskan untuk membawa atau mengajak masyarakat untuk mau ikut pelayanan ini bisa dari yang sudah menjadi peserta KB aktif maupun yang belum KB juga” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)

2. Fragmentasi: kerja sama dan koordinasi antar pelaksanaan program Keluarga Berencana

Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak terlepas dari berbagai pihak untuk melengkapi pelaksanaan kebijakan atau program yang dibuat. Pihak-pihak tersebut memiliki peranan yang sangat penting bagi pelaksanaan dilapangan. Begitupun Program Keluarga

Berencana tidak terlepas dari keterkaitan dengan pihak pelaksana terkaitnya. Hal ini Seperti hasil

wawancara dengan I 1.1 dan I 1. 2 , mengungkapkan:

“kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang terkait seperti tentunya dengan Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat, tokoh agama, aparat desa, kader dan tentunya PLKB” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan dan Kantor BPMPKB Kota Serang)

Program atau kebijakan pemerintah tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya dan membutuhkan pihak lain untuk terlibat secara langsung ataupun tidak secara langsung dilapangan. Tanggung jawab yang diberikan kepada semua pihak, menuntut agar Program Keluarga Berencana dapat dilaksanakan serta tercapi dengan baik. Dimana setiap elemen baik dari pemerintah maupun masyarakat pelaku sasaran Program Keluarga Berencana bekerjasama untuk mewujudkan dalam mengurangi pertumbuhan penduduk serta terciptanya keluarga kecil sejahtera. Program Keluarga Berencana untuk wilayah Kecamatan Taktakan sendiri para penyuluh lapangan (PLKB ) tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya keterlibatan pihak lainnya,

seperti hasil wawancara dengan I 1.4 :

“dalam melakukan penyuluhan dibantu oleh kader desa yang lebih mengetahui karakter masyarakat di desa, tokoh masyrakat dan tokoh agama. Sedangkan apabila kegiatan

pelayanan KB gratis bekerjasama dengan puskesmas dan Rumah Sakit” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Pernyataan diatas menyatakan bahwa kegiatan mengenai Kebijakan Program Keluarga Berencana ini dilakukan dengan berbagai pihak ditiap desa seperti pihak kader, tokoh masyarakat, pihak pemerintah desa. peran mereka sangat penting karena dengan kader PLKB dapat terbantu dalam melakukan pendataan dalam rekapitulasi program Keluarga Berencana di setiap desanya karena tidak akan memungkinkan apabila pendataan dilakukan oleh PLKB saja karena PLKB yang ada di Kecamatan hanya berjumlah dua orang sehingga jika tidak dibantu oleh para kader, PLKB tidak bisa menjangkau semua desa. Kemudian para kader membantu Pernyataan diatas menyatakan bahwa kegiatan mengenai Kebijakan Program Keluarga Berencana ini dilakukan dengan berbagai pihak ditiap desa seperti pihak kader, tokoh masyarakat, pihak pemerintah desa. peran mereka sangat penting karena dengan kader PLKB dapat terbantu dalam melakukan pendataan dalam rekapitulasi program Keluarga Berencana di setiap desanya karena tidak akan memungkinkan apabila pendataan dilakukan oleh PLKB saja karena PLKB yang ada di Kecamatan hanya berjumlah dua orang sehingga jika tidak dibantu oleh para kader, PLKB tidak bisa menjangkau semua desa. Kemudian para kader membantu

dengan pendapat I 2. 5 dan I 2.6 serta I 2. 3 dalam wawancaranya:

“kader membatu mendata di masing-masing lingkungan yang sudah ditetapkan, kemudian dilaporkan kepada PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa peserta

KB” (Kamis, 13 Okt 2011 dan Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)

Kerja sama serta komunikasi yang dilakukan juga dengan Pihak aparat desa yaitu mereka memfasilitasi tempat untuk kegiatan-kegiatan program yang akan dilaukan seperti pertemuan masyarakat dengan petugas apabila ada kegiatan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada informan diatas dengan satu dari pihak BPMPKB Kota Serang serta dari pihak UPT Kecamatan Taktakan dan PLKB mengungkapkan bahwa memang sebuah program atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak akan berjalan sendiri secara baik bila tidak ada keterkaitan dengan pihak lainnya. Seperti halnya Program Keluarga Berencana ini dimana keterkaitan berbagai pihak yang tekait sangat di butuhkan untuk mengoptimalisasi usaha dalam terwujudnya keberhasilan program ini serta menjaga hubungan yang harmonis dengan mitra kerja lainnya. Jika diantara mitra kerja antara pihak satu dengan lainnya tidak terjalin maka secara langsung akan menghasilkan dampak yang negatif, yang akan menghambat proses pelaksanaan bantuan Program Keluarga Berencana.

Keberhasilan Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan sudah berjalan secara maksimal dan sudah cukup berhasil, dengan adanya perubahan yang berdampak positif bagi masyarakat. Penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang Mempenngaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan Teori Edward III. Menurut Edward III terdapat empat faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu pelaksanaan Kebijakan yaitu faktor sumber daya, komunikasi, birokrasi, dan disposisi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan berdasarkan hasil penelitian disimpulkan, yaitu:

1. Faktor sumber daya yang terdiri dari Staf atau pegawai yang memiliki akuntabel dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya yang meskipun jumlah Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang kurang memadai tidak begitu menjadi hambatan yang berarti karena adanya tenaga sukarela yaitu kader-kader desa yang siap membantu melaksanakan kegiatan dari program ini agar bisa tercapai tujuan yang diharapkan;

2. Sarana dan prasarana yang ada untuk menujang pelaksanaan program Keluarga Berencana yaitu motor untuk Petugas Lapagan Keluarga Berencana sangat berguna dan bermanfaat untuk kelancaran tugas lapangan dalam menjangkau desa-desa yang akan dikunjungi, serta Pos KB dan Posyandu yang ada ditiap desa untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi tentang KB dan pemberian layanan kesehtan dan KB oleh petugas kepada masyarakat;

3. Informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai tujuan dan manfaat serta pentingnya KB melalui penyuluhan dan pembinaan ini sangat mempengaruhi keberhasilan program KB karena dengan hal tersebut masyarakat lebih terbuka dengan mengikuti program tersebut dan merespon dengan baik.

4. Cara komunikasi yang digunakan dan dilakukan terhadap masyarakat melalui pendekatan dari berbagai pihak yaitu dari Tokoh masyarakat, Tokoh agama, para kader, Pemerintah Desa, dan tentunya dari petugas serta masyarakat itu sendiri.

5. Faktor ketidak cocokkan alat yang digunakan oleh peserta KB pun dapat mempengaruhi keberhasilan program KB karena terkadang banyak msayarakat yang tidak mau ber-KB disebabkan karena efek yang ditimbulkan setelah penggunaan alat tersebut.

6. Persepsi dan pola pikir masyarakat di Kecamatan Taktakan khususnya keluarga pra sejahtera yang sudah berubah terhadap program KB, minat untuk ikut KB sudah tinggi. Paradigma “banyak anak, banyak rejeki” sekarang berubah menjdai “banyak anak, banyak tanggungan”

menurut masayrakat sehingga timbullah kesadaran dari diri mereka untuk mengikuti program KB.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Análisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan” maka peneliti memberikan saran yaitu :

1. Perlunya perhatian yang lebih terhadap para kader-kader dengan pemberian insentif. Kader-kader memiliki peranan penting, karena para kader yang menjadi tulang punggung yang terjun langsung ke masyarakat di desa-desa membantu PLKB agar mencapai keberhasilan program Keluarga Berencana.

2. Perlunya meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan agar masyarakat yang jauh yang tiggal di daerah pelosok dapat dengan mudah mengakses dalam meningkatkan kesehatan.

3. Perlunya mengingkatkan diadakan kegiatan pelayanan pemasangan alat KB gratis secara rutin agar masyarakat yang tergolong keluarga pra sejahtera atau keluarga kalangan menengah kebawah dapat mendapatkan kemudahan dalam pelayanan KB.

4. Perlunya penambahan jumlah Prasarana fasilitas kantor dan fasilitas lapangan yang lebih mendukung bagi pelaksanaan kebijakan di UPT Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Kecamatan Taktakan agar dapat meningkatkan kualitas kinerja dilapangan yang lebih baik lagi.

5. Perlunya terus mengadakan secara rutin penyuluhan, pembinaan, serta pelayanan lebih baik lagi bagi masyarakat sehingga tujuan program dapat tercapi yaitu semua keluarga ikut KB.