Terkait dengan mekanisme regulasi daerah, khususnya di Kota Surakarta yang mengatur tentang zoning bagi retail modern, sampai saat ini belum ada
produk hukum yang mengaturnya. Meskipun beberapa permasalahan muncul, terkait dengan tarik menarik kepentingan antara keberadaan retail modern yang
dapat mengancam eksistensi pasar tradisional dan pedagang eceran kecil, namun sejauh ini permasalahan ini belum direspon secara khusus oleh Pemkot Surakarta.
1.2 Perumusan Masalah
Berpijak pada data sarana perdagangan di Kota Surakarta, di mana pasar modern menunjukkan pertumbuhan yang dapat menekan pasar tradisional dan
kecenderungan sentralisasi dari pusat perbelanjaan dan lokasi retail, maka dalam penelitian ini mencoba untuk menganalisis:
1. Bagaimana pola sebaran retail di Kota Surakarta?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail
modern di Kota Surakarta?
1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pola sebaran dan faktor- faktor apa yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail modern di Kota
Surakarta?
1.3.2 Sasaran
Berdasarkan tujuan di atas, maka sasaran dari penelitian ini adalah: a.
Mengidentifikasi sebaran retail modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta.
b. Analisis pola sebaran retail modern dan pasar tradisional di Kota
Surakarta.
c. Identifikasi dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
lokasi retail. d.
Analisis struktur tata ruang Kota Surakarta. e.
Kesimpulan dan rekomendasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, berupa:
a. Pengembangan konsep tata ruang yang adaptif terhadap semua
kepentingan, terkait dengan keberadaan retail modern di Kota Surakarta yang mengakomodasi kepentingan sektor industri, masyarakat dan
Pemerintah Kota Surakarta. b.
Memberikan masukan bagi penyusunan Perda tata ruang yang mengatur secara khusus zoning bagi pusat perbelanjaan, retail modern dan pasar
tradisional di Kota Surakarta.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini mencakup lingkup substansial dan lingkup spasial. Lingkup substansial terkait dengan penjelasan mengenai batasan substansi
penelitian yang berkaitan dengan inti dari topik penelitian. Sedangkan lingkup spasial merupakan penjelasan mengenai batasan wilayah penelitian yang dikaji.
1.5.1 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini, terkait dengan beberapa konsep, sebagai berikut:
a. Pola sebaran retail modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta dengan
menggunakan analisis tetangga terdekatnearest neighbour analysis yang memperhitungkan jarak antar retail modern dan pasar tradisional serta pola
sebaran spasialnya. b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail modern, meliputi : faktor permintaan demografi, perubahan permintaan
dan variabel psikografis, faktor pasokan perubahan organisasi dan sistem pasokan retail dan variabel teknologi, faktor daya beli konsumen
variabel sosioekonomi konsumen, faktor fisik lokasi harga tanah, sewa lahan dan lokasi fisik dari retail sendiri, faktor tingkat persaingan
variabel persaingan, faktor aksesibilitas dan faktor kebijakan perencanaan lokal
.
1.5.2 Ruang Lingkup Spasial
Ruang lingkup kewilayahan dalam penelitian ini adalah di wilayah administrasi Kota Surakarta, yang meliputi 5 kecamatan Kecamatan Jebres,
Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Serengan. Lebih jelasnya, dapat dilihat dari Gambar 1.1 berikut ini:
Sumber : Bappeda Kota Surakarta, SIPD 2008
.
GAMBAR 1.1 PETA ADMINISTRASI KOTA SURAKARTA
9
1.6 Kerangka Pikir
Sumber : Analisis Peneliti, 2009.
GAMBAR 1.2 KERANGKA PIKIR
POLA SEBARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN LOKASI RETAIL MODERN DI KOTA SURAKARTA
Issue
Sektor retail di Indonesia terbuka bagi investasi asing Keppres No. 99 Tahun 1998, Perpres No. 96 Tahun 2000 dan Perpres No. 77 Tahun 2007
Fenomena
Banyak bermunculan retail moderrn, termasuk di Kota Surakarta
Menekan pasar tradisional dan retailer kecil
Regulasi Lokasi Retail di Indonesia
Akhir tahun 2007 muncul Perpres No. 112 Tahun 2007 yang mengatur tentang penataan pusat perbelanjaan, pasar
modern, dan pasar tradisional Kota Surakarta belum memiliki Perda yang mengatur tentang
penataan pusat perbelanjaan dan pasar modern
Problem
Pertumbuhan retail modern tidak terkendali dan terarah serta adanya kecenderungan pola lokasi retail modern, yang berpusat di tengah kota centralization model
Research Question
Bagaimana pola sebaran retail modern di Kota Surakarta? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail modern di Kota Surakarta
Kesimpulan dan Rekomendasi
Tujuan
Mengetahui pola sebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi retail modern di Kota Surakarta.
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan retail modern
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail modern di Kota Surakarta
Identifikasi sebaran retail modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta
Analisis pola sebaran retail modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta
Pola sebaran retail modern dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan retail modern di Kota Surakarta
Permasalahan tentang retail modern menarik untuk diteliti, mengingat perkembangan dari sektor ini, pasca dibukanya bagi investasi asing menunjukkan
peningkatan yang pesat. Pada fase awal hadirnya konsep retail modern di Indonesia, tidak dibarengi dengan regulasi bagaimana penataan lokasi retail
modern ini, baik pada skala minimarket, supermarket, ataupun hypermarket. Baru kemudian pemerintah mengeluarkan Perpres No. 112 Tahun 2007 yang mengatur
tentang penataan pusat perbelanjaan, pasar modern, dan pasar tradisional. Perpres ini sebetulnya bisa menjadi rujukan bagi pengaturan lokasi retail, namun demikian
fenomena sentralisasi pusat perbelanjaan dan retail yang berdiri sendiri freestanding masih terus berlanjut. Di sisi lain terdapat ketidakseragam Perda
yang mengatur tentang lokasi retail modern di kota-kota besar di Indonesia. Fenomena ini, juga terjadi di Kota Surakarta, dimana pesatnya perkembangan
retail modern yang menekan pasar tradisional, tidak diikuti dengan belum tersedianya regulasi daerah yang mengaturnya.
Dari permasalahan di atas, dalam penelitian ini, mencoba melakukan identifikasi pola sebaran retail modern dan pasar tradisional dan faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail modern di Kota Surakarta. Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan 3
pendekatan, yaitu: analisis pola sebaran retail modern dan pasar tradisional di Kota Surakarta dengan menggunakan nearest neighbour analysisanalisis
tetangga terdekat , analisis faktor terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pemilihan lokasi retail modern di Kota Surakarta dan analisis struktur tata ruang Kota Surakarta.
1.7 Pendekatan Studi Dan Metodologi Penelitian