Pola Sebaran Retail Modern dan Pasar Tradisional Terhadap
Dari Gambar 4.3 tentang sebaran retail modern dan pasar tradisional terhadap variabel demografi nampak, baik retail modern atau pasar tradisional
tersebar di kawasan dengan tingkat populasi yang tinggi. 2 zona, khususnya di kawasan Manahan dan Sriwedari, meski memiliki tingkat kepadatan menengah,
namun sebaran retail dan sebagian pasar tradisional menunjukkan adanya aktivitas perdagangan. Hal ini disebabkan oleh karena, 2 kawasan tersebut memiliki tingkat
aksesibilitas yang tinggi dan daya beli yang tinggi lihat peta sebaran penduduk miskin. Kawasan Manahan dekat dengan akses jaringan jalan arteri dan kolektor,
sementara Kawasan Sriwedari, terlewati Jalur Jl. Slamet Riyadi arteri primer dan cluster bagi perdagangan dan jasa.
Data ini menunjukkan bahwa aktivitas retail, sebagai sektor jasa baik modern dan tradisional cenderung untuk mendekati populasipasar, yang dalam
hal ini direpresentasi dekat dengan area permukiman. Konsep ini tentu akan berbeda dengan manufacturing, yang cenderung mendekati input produksi, demi
menjaga kontinuitas proses produksi. Dari central place theory, suatu aktivitas jasa, akan selalu bicara tentang threshold dan range of goods. Threshold bicara
tentang batas minimum populasi untuk mendukung fungsi dan range of goods, bicara tentang jarak maksimum konsumen bepergian untuk memperoleh barang.
Dari peta sebaran retail modern dan pasar tradisional terhadap variabel demografi, yang dicirikan dengan tingkat kepadatan penduduk, menguatkan akan konsep
treshold tersebut, dimana retail dan pasar tradisional cenderung akan melihat
populasi, karena populasilah yang menciptakan pasar threskold dan retail akan cenderung untuk dekati konsumen konsep range of goods, khususnya untuk
retail modern kelas minimarket dan pasar tradisional skala kecil karena konsumen cenderung untuk mempertimbangkan variabel jarak dalam membeli
barang. Sebaliknya untuk retail skala besar hypermarket dan pasar tradisional skala besar, cenderung akan melihat skala pelayanannya memiliki threshold dan
range of goods yang lebih besar dibandingkan dengan retailer kecil . Hal ini
disebabkan untuk retail skala besar yang dicover adalah market area yang bersifat regional, oleh karenanya retail besar cenderung tidak saja melihat besarnya
populasi dan dekati pasar saja, namun juga memperhitungkan aspek aksesibilitas
dan lokasi fisik. Dengan justifikasi ini, maka dari data sebaran retail modern dan pasar tradisional tersebut, beberapa retail modern dan pasar tradisional, ada yang
berlokasi tidak di daerah dengan tingkat populasi yang tinggi, melainkan melihat dari sisi aksesibilitasnya dan lokasi fisik dari area tersebut.
Sumber : Bappeda Kota Surakarta, SIPD 2008.
GAMBAR 4.4 SEBARAN RETAIL MODERN DAN PASAR TRADISIONAL
TERHADAP TATA GUNA LAHAN
Dari Gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa secara umum sebaran retail modern dan pasar tradisional tersebar di 2 zona, yaitu zona area perdagangan,
jasaindustri dan di zona permukiman. Sebaran retail modern, terlihat jelas, sebagian besar berlokasi di area permukiman dan sebagian berlokasi membentuk
cluster di sepanjang zona perdagangan dan jasa, perkantoran dan industri seperti terlihat di sepanjang Jl. Slamet Riyadi, yang merupakan jalur arteri primer. Retail
skala besar cenderung berlokasi di cluster perdagangan dan jasa, yang memiliki aksesibilitas yang tinggi dan kelas minimarket sebagian besar berada di area
permukiman. Untuk pasar tradisional, sebagian besar juga berlokasi di zona permukiman penduduk dan sisanya berlokasi pada area dengan tingkat
aksesibilitas yang tinggi, utamanya pasar tradisional skala besar.
Hal yang membedakan terkait dengan lokasi retail modern dan pasar tradisional terhadap variabel tata guna lahan adalah sebaran retail modern
cenderung mengelompok di zona permukiman penduduk dengan status ekonomi yang relatif stabil Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Laweyan, sementara
untuk pasar tradisional meskipun memiliki pola yang sama namun arah konsentrasi cenderung mendekati kawasan permukiman penduduk dengan status
ekonomi menengah bawah Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Serengan. Fenomena ini bisa dilihat dari peta sebaran penduduk
miskin, yang mencerminkan kekuatan sosioekonomi konsumen sebagai berikut:
Sumber :Hasil Analisis, 2009.
GAMBAR 4.5 SEBARAN RETAIL MODERN DAN PASAR TRADISIONAL
TERHADAP VARIABEL SOSIOEKONOMI KONSUMEN
Dari Gambar 4.5 menunjukkan bahwa sebaran retail modern cenderung berlokasi di daerah dengan kondisi sosioekonomi yang cenderung stabil ekonomi
menengah-atas, sebaliknya untuk pasar tradisional cenderung berlokasi di daerah dengan tingkat sosiekonomi rendah. Indikator variabel sosioekonomi terlihat dari
aspek daya beli konsumen, yang terepresentasi dari besarnya pendapatan dan besarnya konsumsi. Dari peta sebaran penduduk miskin, bisa menjadi indikator
dari tingkat daya beli konsumen ini. dimana daerah dengan jumlah penduduk miskin yang kecil, menunjukkan kondisi sosiekonomi yang relatif stabil, ini
terlihat di Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Laweyan, wajar jika retail modern mengelompok di area ini, karena retail modern akan selalu melihat pasar
yang menunjukkan tingkat sosioekonomi yang stabil. Hal ini terkait juga dengan aspek psikografis, dimana ada hubungan antara kemampuan daya beli dengan
indikator psikografis taste, preferences, dan life style. Daerah dengan sosioekonomi yang rendah, cenderung memiliki indeks psikogafis yang rendah,
karena keterbatasan daya beli mereka. perlu untuk dilihat juga perbedaan antara konsep retail modern dan pasar tradisional, retail modern menerapkan konsep
cash and carry dengan fasilitas belanja yang nyaman, sementara pasar tradisional
dimungkinkannya adanya tawar menawar antara konsumen dan penjual. Dengan mengacu dari sebaran retail modern dan pasar tradisional
terhadap variabel sosioekonomi, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari retail dan pasar tradisional yang berbeda, mengarahkan pada perbedaan
pendekatan manajemen pemasaran dan pada akhirnya juga akan menentukan perbedaan strategi pemilihan lokasi bagi keduanya. Namun demikian, baik aspek
manajemen pemasaran dan strategi pemilihan lokasi, memiliki kesamaan prinsip dalam melihat: populasi mana yang akan mereka layani segmentation, seberapa
besar ukuran pasar tersebut market area coveredthreshold, seberapa besar jangkauan area pelayananrange of goods, dan seberapa kuat daya beli populasi
yang akan mereka layani.