Fatwa MUI dalam Dua “Timbangan” Hukum
B. Fatwa MUI dalam Dua “Timbangan” Hukum
1. Perspektif H ukum Islam Fatwa m en urut Kom isi Fatwa MUI, m erupakan pen jelasan
ten tan g hukum atau ajaran Islam m en gen ai perm asalahan yan g dihadapi atau ditan yakan oleh m asyarakat serta m erupakan
pedom an dalam m elaksan akan ajaran agam an ya. 24 H an s Wehr dalam A Dictionary of M odern W ritten Arabic sebagaim an a dikutip oleh Rifyal Ka’bah m em berikan pen gertian ten tan g fatwa sebagai “pen dapat dalam bidan g hukum ” atau “offi cial legal
opin ion ”. 25 Lebih lan jut Rifyal m en jelaskan bahwa bidan g hukum yan g dim aksud dalam pen gertian fatwa tersebut tidak han ya berarti hukum n egara, tetapi juga hukum den gan kata jam ak ahkam yan g m en yan gkut hukum taklifi ten tan g wajib, sun n at, haram ,
22 H idayat Nurwahid, dalam “Kalau Fatwa En ggak dipakai Keban getan ”, Fo r u m K e a d ila n , O p . Cit ., hlm . 8 9.
23 Ma’ruf Am in , Ib id ., hlm . 8 5. 24 Majalah Islam Bulan an , K h a lifa h , O p . Cit ., hlm . 6. 25 Rifyal Ka’bah, “Lem baga Fatwa Di In don esia dalam Kajian Politik H ukum ”, M im b a r
H u k u m d a n P e r a d ila n , Edisi Nom or 68 , Februari 20 0 9, hlm . 59.
66 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 66 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009
Setelah n abi wafat, pertan yaan ten tan g hukum dan agam a secara um um ditan yakan kepada para khalifah dan sahabat n abi, dan un tuk persoalan hukum m asyarakat yan g berada di daerah- daerah yan g berdekatan den gan pen gadilan ditan yakan kepada para hakim pen gadilan , sedan gkan persoalan hukum m asyarakat yan g berada di daerah-daerah yan g berjauhan den gan pen gadilan , m aka pertan yaan hukum tersebut dijawab oleh oran g alim yan g berfun gsi sebagai m ufti. 27
Oleh karen a itu, an tara hakim dan m ufti dian tara keduan ya terdapat persam aan dan perbedaan . Dian tara persam aan dari keduan ya itu adalah sebagai berikut: 28
1. Baik hakim m aupun m ufti adalah seoran g m ujtahid yan g dapat m engistinbathkan hukum dari dalil yan g tafshili;
2. H akim dan m ufti harus m en getahui dan m em aham i den gan
sun gguh-sun gguh persoalan atau peristiwa yan g akan diselesaikan ; dan
3. H akim dan m ufti harus m en getahui keadaan m asyarakat
tem pat m ereka berada. Sedan gkan perbedaan di an tara keduan ya adalah sebagai
berikut: 29
1. Persoalan atau peristiwa yan g perlu diselesaikan oleh seoran g
26 Ib id . 27 Ib id ., hlm . 60 .
28 Kamal Muchtar, U s h u l Fiq h , J ilid 2, ( Yogyakarta,: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 182. 29 Ib id .
Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 67 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 67
2. Keputusan hakim berlaku pen uh terhadap pen ggugat dan
tergugat atau terdakwa dan pen dakwa, sedan g fatwa boleh dilaksan akan atau tidak, tergan tun g kepada oran g yan g m em erlukan fatwa; dan
3. Keputusan hakim dapat m em batalkan fatwa yan g dikem ukakan di wilayah yurisdiksi hakim itu, sedan g fatwa tidak dapat m em batalkan keputusan hakim .
Den gan kata lain , hakim m elalui putusan pen gadilan dan m ufti m elalui fatwan ya seben arn ya m em pun yai kesim pulan yan g sam a sebagai produk hukum Islam , tetapi berbeda dalam pelaksan aan n ya. Putusan pen gadilan dijalan kan sesuai den gan am ar putusan , sedan gkan fatwa m ufti terserah kepada pen erim a fatwa (m ustafta) sesuai den gan hati n uran in ya apakah ia akan m en jalan kan n ya atau tidak. Karen a itu, fatwa adalah “pem beritaan ten tan g hukum sy ar’i (sah secara syari’ah) tan pa m en gikat”, sebagaim an a din yatakan oleh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islam i w a Adillatuh: “al-ikhbar ‘an al-hukm asy -sy ar’i m in ghair al-ilzam ” . Berbeda den gan fatwa m ufti, m aka putusan peradilan bersifat m en gikat. 30
2. Perspektif H ukum Tata N egara In don esia Setelah m em peroleh pem aham an teoritis “ushul Fiqh”
ten tan g fatwa m en yan gkut kedudukan n ya dalam hukum Islam sebagaim an a uraian di atas, m aka m asalah fatwa MUI ten tan g keharam an “golput” diserahkan sepen uhn ya kepada m asin g- m asin g hati n uran i seluruh warga n egara In don esia, khususn ya um at Islam . Persoalan n ya sekaran g adalah m asih relevan kah sikap dan tin dakan “golput” itu dalam m en ghadapi pem ilu 20 0 9, karen a situasi dan kon disi ketatan egaraan n ya tidak seperti yan g dialam i sem asa Orde Baru, yan g m en distorsi pen yelen ggaraan
30 Rifyal Ka’bah, O p . Cit ., hlm . 60 – 61.
68 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 68 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009
Sebagai follow up dari sistem kepartaian yan g hegem on ik tersebut, m un cullah gagasan pen yederhan aan partai-partai politik yan g ketika itu terjadi pada tahun 1973 di m an a Pem erin tah Orde Baru m en erapkan kebijakan restrukturisasi partai-partai politik. Pada waktu itu, 4 (em pat) partai Islam (NU, Parm usi, PSII, dan Perti) disatukan kedalam wadah politik tun ggal, yaitu PPP (Partai Persatuan Pem ban gun an ). Akibatn ya, partai tersebut tidak pern ah m am pu bekerja secara efektif sebagai sebuah un it tun ggal yan g kokoh, karen a sejak kelahiran n ya hin gga perten gahan 198 0 -an , partai tersebut terus- m en erus dilan da bebagai kon fl ik in tern al berkepan jan gan di an tara un sur-un sur partai, khususn ya an tara NU dan Parm usi. Pokok-pokok pertikaian yan g m en ggan ggu kehidupan politik PPP m eren tan g dari isu-isu yan g berkaitan den gan kom posisi kepem im pin an partai hin gga proses pen calon an wakil-wakil partai di parlem en . Situasi yan g tidak m en ggem birakan itu tidak han ya m en ghalan gi kem am puan PPP un tuk berperan sebagai artikulator yan g efektif bagi aspirasi-aspirasi sosial politik Islam , tetapi juga m en ghasilkan citra n egatif partai di kalan gan para pen dukun g alam iahn ya sen diri, yaitu um at Islam . Sebagian karen a hal tersebut, sejum lah besar um at Islam , term asuk ban yak pem im pin dan aktivitasn ya yan g berpen garuh, m em utuskan un tuk m en yuarakan aspirasi sosial-politik m ereka
m elalui organ isasi politik yan g lebih efektif, yaitu Golkar. 31 Nasib serupa juga harus dihadapi oleh 2 (dua) partai politik Kristen dan 3 (tiga) partai politik “n asion alis” (PNI, IPKI, Murba, Partai Katolik, dan Parkin do) yan g m eleburkan diri kedalam Partai Dem okrasi In don esia (PDI). J adi, praktis ketika itu partai yan g tersisa tin ggal PPP, Golkar (n on partai), dan PDI.
Setidakn ya, upaya pem asun gan kehidupan partai politik pada m asa Orde Baru terus berlan jut hin gga tahun 198 2. Den gan dalih kekerasan telah m ewarn ai kam pan ye pem ilu 198 2,
31 Bahtiar Effen dy, Is la m d a n N e g a r a ; Tr a n s fo r m a s i P e m ik ir a n d a n P o lit ik Is la m d i In d o n e s ia , Cetakan ke-1, (J akarta: Param adina, 1998 ), hlm . 231 – 232.
Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 69 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 69
organ isasi kem asyarakatan . 32 Dalam m asalah in i kem udian m en jadi suatu kewajaran ketika tim bul ban yak tan tan gan . Keberatan -keberatan m asyarakat di seputar isu pen un ggalan asas berkisar dari pelan ggaran hak berserikat sam pai pen ghilan gan ciri, sifat, atau watak yan g (bisa juga) bersifat keagam aan . Pem erin tah pun seben arn ya ketika itu, tidak dapat m en jawab keberatan -keberatan dari m asyarakat karen a sesun gguhn ya kebijakan tersebut m elan ggar elem en -elem en dem okrasi. 33
Kem udian pun cak dari keterpasun gan kehidupan kepartaian di In don esia tersebut m en capai titik kulm in asin ya dan m en im bulkan perlwan an -perlawan an politik, adalah ketika PDI “dipecah” oleh Pem erin tah Orde Baru den gan cara tidak m en gakui kepem im pin an Megawati Soekarn o Putri, dan han ya m en gakui PDI yan g dipim pin oleh Soerjadi. Perpecahan di tubuh PDI tersebut m en im bulkan kem elut berkepan jan gan yan g pada akhirn ya m en gakibatkan peristiwa berdarah pada tan ggal 27 J uli 1996. Peristiwa in i disebabkan sikap dari aparat keam an an yan g bertin dak san gat represif kepada m assa pen dukun g PDI v ersi Megawati Soekarn o Putri yan g m en duduki Kan tor Pusat PDI di J alan Dipon egoro J akarta. Dari peristiwa in ilah m un cul berbagai perlawan an susulan dari para aktivis gerakan Pro-Dem okrasi un tuk m en en tan g kezalim an Pem erin tahan Orde Baru. Itulah sebabn ya pelaksan aan sistem ketatan egaraan In don esia m en jadi tidak sejalan den gan prin sip-prin sip pem erin tahan yan g dem okratis. Den gan dem ikian , m arakn ya “golput” sepan jan g
32 Bahtiar Effen dy, R e p o lit is a s i Is la m : P e r n a h k a h Is la m B e r h e n t i P o lit ik ?, Cetakan ke-1, (Ban dun g: Mizan , 20 0 0 ), hlm . 232.
33 Bahtiar Effen dy, Ib id ., hlm . 233.
70 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 70 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009
atas sistem pem erin tahan yan g tidak dem okratis. 34 Maka, di m asa in i term in ologi oposisi baran gkali m asih relevan disem atkan pada “golput”, karen a kala itu gerakan yan g dipopulerkan oleh tokoh oposan Arief Budim an in i m em an g un tuk m en en tan g sistem politik otoriter rezim Soeharto. 35
J ika ditin jau dari perspektif politik ketatan egaraan , m arakn ya isu “golput” sepan jan g pen yelen ggaraan pem ilu pada m asa pem erin tahan Orde Baru adalah sesuatu yan g parallel den gan form at politik yan g telah diban gun oleh rezim pem erin tahan ketika itu. Pem erin tahan Orde Baru lebih m en ghen daki suatu tatan an pikir yan g lebih realistis dan pragm atis, diutam akan ya kepen tin gan n asion al, terciptan ya suatu tatan an yan g lebih stabil, lebih didasarkan pada lem baga- lem baga, dan m en ghen daki pim pin an dan pem erin tah yan g
kuat. 36 H al in ilah yan g telah m en yebabkan kon fi gurasi politik Orde Baru dapat diklasifi kasikan sebagai kon fi gurasi yan g otoriter. 37 Men urut Mahfud MD, den gan pen guatan peran eksekutif yan g lebih dom in an , otoriterism e form at politik itu dian taran ya telah m elahirkan UU No. 15 Tahun 1969 Ten tan g Pem ilu dan UU No.
16 Tahun 1969 Ten tan g Susduk MPR/ DPR/ DPRD. Kedua UU politik in i telah m em beri peran yan g begitu dom in an kepada pem erin tah un tuk m en yelen ggarakan pem ilu yan g m erupakan kehen dak sepihak pem erin tah dan m em beri jalan bagi presiden un tuk m em asan g tan gan -tan gan di MPR, DPR, dan DPRD, sehin gga politik n asion al tertum pu pada kehen dak-kehen dak politik Presiden . 38
34 Koirudin , P r o fi l P e m ilu 2 0 0 4 ; Ev a lu a s i P e la k s a n a a n , H a s il d a n P e r u b a h a n P e t a P o lit ik N a s io n a l P a s c a P e m ilu Le g is la t if 2 0 0 4 , Cetakan ke-1, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 20 0 4), hlm . 8 2. 35 Fadillah Putra, O p . Cit ., hlm . 10 5.
36 Moham m ad Tolchah Man soer, P e m b a h a s a n B e b e r a p a A s p e k Te n t a n g K e k u a s a a n -k e k u a s a a n Ek s e k u t if d a n Le g is la t if N e g a r a In d o n e s ia , (J akarta:
Prdan ya Param ita, 1977), hlm . 94 – 95.
37 Moh. Mahfuf MD., P e r g u la t a n P o lit ik d a n H u k u m d i In d o n e s ia , (Yogyakarta: Gam a Media, 1999), hlm . 296.
38 Ib id ., hlm . 297 – 298 .
Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 71
Kem udian dilahirkan pula UU No. 3, UU No. 4, dan UU No. 5 Tahun 1975, disusul kem udian pada tahun 198 5 telah ditetapkan pula UU No. 2 Tahun 198 5 Ten tan g Pem ilu, UU No.
3 Tahun 198 5 Ten tan g Partai politik dan Golkar, dan UU No. 4 Tahun 198 5 Ten tan g Susduk MPR/ DPR/ DPRD. Kesem ua UU politik in i han ya sebagai legal arrangem ent un tuk m en ciptakan sistem politik yan g efektif dalam upaya m en an gan i berbagai tan tan gan dari kekuatan sosial politik lain atau partai oposisi
yan g tidak sepaham den gan n egara. 39 Im plikasin ya adalah golon gan atau kelom pok apa pun yan g beroposisi (partai oposisi) diten ggelam kan di balik ban gun an kokoh n egara dan UUD 1945. Artin ya, produk struktur kelem bagaan form al berupa peratutan perun dan g-un dan gan yan g telah dihasilkan itu tidak m en yediakan saluran partisipasi pada partai oposisi. Den gan dem ikian , sikap dan tin dakan warga n egara un tuk “golput” atau yan g tergabun g dalam golon gan m aupun kelom pok yan g beroposisi adalah sebuah ken iscayaan dan kon stitusion al, sesuai den gan prin sip-prin sip n egara hukum yan g dem okratis.
Dalam n egara hukum yan g dem okratis, pen guasa m aupun rakyat atau warga n egara bahkan n egara itu itu sen diri sem uan ya harus tun duk kepada hukum , sem ua sikap, tin gkah laku, dan
perbuatan n ya harus sesuai den gan atau m en urut hukum . 40 Pada um um n ya, n egara berdasarkan hukum adalah n egara dim an a ada salin g percaya an tara rakyat dan pem erin tah. Rakyat percaya pem erin tah tidak akan m en yalahgun akan kekuasaan n ya, dan sebalikn ya pem erin tah percaya bahwa dalam m en jalan kan wewen an gn ya, pem erin tah akan dipatuhi dan diakui oleh
rakyat. 41 Oleh karen a itu, un tuk dapat dikatakan bahwa suatu pem erin tahan itu dem okratis (n egara hukum yan g din am is)
39 Lahirn ya berbagai peraturan perun dan g-un dan gan di bidan g politik itu, dikatakan oleh Mohtar Mas’oed sebagai lan gkah-lan gkah sistem atis dari pem erin tah Orde Baru dalam
ran gka m en ciptakan Negara sem akin kuat dan m em egan g peran an yan g begitu besar (Lihat: Mohtar Mas’oed, N e g a r a K a p it a l d a n D e m o k r a s i, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm . 69.
40 Soehin o, Ilm u N e g a r a , (Yogyakarta: Liberty, 198 0 , hlm . 156.
41 Van Der Pot-Don n er, dalam Bagir Man an (Ed.), K e d a u la t a n R a k y a t , H a k A s a s i M a n u s ia d a n N e g a r a H u k u m , Cetakan ke-1, (J akarta: Gaya Media Pratam a, 1996),
hlm . 67.
72 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 72 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009
1. Perlin dun gan kon stitusion al, artin ya selain m en jam in hak-hak in dividu kon stitusi harus pula m en en tukan cara prosedural un tuk m em peroleh perlin dun gan atas hak-hak yan g dijam in ;
2. Badan kehakim an yan g bebas dan tidak m em ihak;
3. Pem ilihan um um yan g bebas;
4. Kebebasan m en yatakan pen dapat;
5. Kebebasan berserikat/ berorgan isasi; dan
6. Pen didikan kewargan egaraan . Karen a In don esia adalah n egara berdasar atas hukum
sesuai den gan keten tuan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, m aka di dalam n ya terkan dun g pen gertian adan ya pen gakuan terhadap prin sip suprem asi hukum dan kon stitusi, dian utn ya prin sip pem isahan kekuasaan dan pem batasan kekuasaan m en urut sistem yan g diatur dalam UUD, adan ya prin sip peradilan yan g bebas dan tidak m em ihak yan g m en jam in persam aan setiap warga n egara dalam hukum , serta m en jam in keadilan bagi setiap oran g term asuk terhadap pen yalahgun aan wewen an g oleh pihak pen guasa. Kon sekuen si yuridisn ya adalah sikap dan tin dakan “golput” (oposisi) dalam pem ilu itu m erupakan hak yan g kon stitusion al (Pasal 28 E ayat 3 UUD 1945), bahkan bisa m en garak kepada suatu kewajiban politik yan g kon stitusion al (Pasal 27 ayat 3 UUD 1945) apabila sikap dan tin dakan “golput” (oposisi) tersebut m erupakan respon terhadap sistem politik yan g otoriter, sebagaim an a yan g telah dipraktikkan oleh rezim pem erin tahan Orde Baru. Maka, sikap dan tin dakan “golput” (oposisi) tersebut m erupakan sesuatu yan g urgen dan relevan .
Kin i, situasi dan kon disi ketatan egaraan In don esia telah berubah total den gan telah terjadin ya pergeseran dari sistem ketatan egaraan yan g berkarakter otoritarian m en uju perwujudan sistem ketatan egaraan yan g dem okratis sejak tahun 1998 . H al in i terbukti den gan telah ditetapkan n ya Tap. MPR No. X / MPR / 1998 Ten tan g Pokok-pokok Reform asi Pem ban gun an dalam Ran gka Pen yelem atan Norm alisasi Kehidupan Nasion al
42 Moh. Mahfud MD., O p . Cit ., hlm . 28 .
Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 73 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 73
Selain itu, sebagai wujud dari reform asi ketatan egaraan RI itu juga ditan dai den gan proses perubahan dan pergeseran baik pada supra struktur politik, yaitu den gan m ereform asi kon sepsi kekuasaan dalam kelem bagaan n egara berupa gagasan pem batasan kekuasaan dalam lin gkup kekuasaan eksekutif, legislatif, dan kekuasaan y udikatif, m aupun pada infra struktur politik , yaitu m en guatn ya gelom ban g partisipasi m asyarakat dalam berbagai ben tukn ya, yan g dapat berupa kebebasan pers, kebebasan berserikat, dan kebebasan m en gekspresikan pen dapat secara lisan m aupun tulisan secara in dividual m aupun
kelom pok. 44 Den gan dem ikian , reform asi ketatan egaraan telah m en garah pada pem aham an dem okrasi dalam kehidupan sosial berban gsa dan bern egara. Oleh karen a itu, dalam situasi dan kon disi ketatan egaraan sem acam in i sikap dan tin dakan “golput” kin i tidak wajib lagi karen a dun ia politik sudah m em beri tem pat yan g luas bagi aspirasi rakyat. 45
Dalam kon teks in i, m aka fatwa MUI ten tan g keharam an “golput” m en jadi relevan sehin gga wajar kalau A. Syafi ’i Ma’arif ketika m en jelan g pem ilu 20 0 4 pern ah m en gan jurkan kepada seluruh warga Muham m adiyah un tuk tidak “golput”. Men urutn ya, m en ggun akan hak politik dim akn ai sebagai wujud akun tabilitas politik yan g obyektif kepada ban gsa, sekaligus pertan ggun gjawaban am anah kepada Allah SWT dalam m en en tukan arah m asa depan rakyat dan n egara In don esia. 46
Kiran ya pem akn aan seperti itulah yan g hen dakn ya dipaham i oleh seluruh warga an ak ban gsa yan g sedan g m en uju keadaban (civ ilized society ), dalam m en yikapi fatwa MUI ten tan g keharam an “golput” itu karen a spiritn ya adalah bukan
43 Mun toha, “Reform asi Politik Ketatan egaraan RI”, H a n d O u t K u lia h P o lit ik K e t a t a n e g a r a a n , FH -UII, Yogyakarta, 20 0 3, hlm . 3.
44 Ib id ., hlm . 3 – 4. 45 Koirudin , O p . Cit ., hlm . 8 2. 46 http:/ / www.Gatra.Com ., 22 J uli 20 0 4, hlm . 1—2.
74 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 74 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009
Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 75
DAFTAR PUSTAKA
Lite ra tu r :
Al-Qur’an dan Terjem ahn ya, 1993 / 1994. CV. J akarta: Kathoda. Aziz Thaba, Abdul, 1996. Islam dan N egara dalam Politik Orde
Baru , Cetakan ke-1, J akarta: Gem a In san i Press. Sujito, Arie, 20 0 4. R efl eksi dan Aksi Untuk R aky at, Cetakan ke-
1, Yogyakarta: IRE – Press. Man an , Bagir (Ed.), 1996. Kedaulatan R aky at, H ak Asasi
M an usia dan N egara H ukum , Cetakan ke-1, J akarta: Gaya Media Pratam a.
Effen dy, Bahtiar, 1998 . Islam dan N egara; Transform asi Pem ikiran dan Politik Islam di In don esia , Cetakan ke-1, J akarta: Param adin a.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ , R epolitisasi Islam , 20 0 0 . Pernahkan Islam Berhen ti Politik ? , Cetakan ke-2, Ban dun g: Mizan .
Putra, Fadillah, Partai Politik dan Kebijakan Publik, 20 0 4. Cetakan ke-2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suhadi, Im am , Cita-cita dan Keny ataan Dem okrasi, 198 1. Yogyakarta: Bagian Pen erbitan FH -UII.
Muchtar, Kam al, dkk., Ushul Fiqh, jilid 2, 1995. Yogyakarta: Dan a Bhakti Wakaf.
Koirudin , Profi l Pem ilu 20 0 4: 20 0 4. Ev aluasi Pelaksanaan,
H asil dan Perubahan Peta Politik N asion al Pasca Pem ilu Legislatif 20 0 4 , Cetakan ke-1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
MD, Moh. Mahfud., 1999. Pergulatan Politik dan H ukum di In don esia , Yogyakarta: Gam a Media.
Tholchah Man soer, Moham m ad, Pem bahasan Beberapa Aspek Ten tan g Kekuasaan -kekuasaan Eksekutif dan Legislatif N egara In don esia , 1977. J akarta: Pradn ya Param ita.
Yusuf Musa, Muham m ad, N izham al-H ukm Fi al-Islam , 1963. Kairo: Dar al-Kitab al-‘Arabiyyi.
Mun toha, “Reform asi Politik Ketatan egaraan RI”, H and Out Kuliah Politik Ketatan egaraan , FH -UII, Yogyakarta, 20 0 3.
Soehin o, Ilm u N egara, 198 0 . Yogyakarta: Liberty.
76 Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009
B . Ma ja la h , J u rn a l, d a n Me d ia Ele ktro n ik :
San it, Arbi. Golput Siapa Takut, http:/ / www.Yam ajo.Or.Id./
Media Sipil On lin e.Com ., Edisi 25/ 16 -- 31 Maret 20 0 3. Nurwahid, H idayat. Fatwa Golput MUI Diplin tir Politisi, Forum
Keadilan , Edisi Nom or 40 , 0 8 Februari 20 0 9. http:/ / www.Gatra Com ., 22 J uli 20 0 4. Ni’am , M. Asrorun . dalam Golput J auh Dari Surga, Majalah
Bulan an Islam Khalifah, Edisi 9 Tahun I, 17 Februari – 16 Maret 20 0 9 / 21 Safar – 19 Robi’ul Awal 1430 H .
Am in , Ma’ruf. Fatwa Dibaca Reaksi pun Tiba, Majalah Nahdlatul
Ulam a Aula, Edisi Nom or 0 3 Tahun XXXI, Maret 20 0 9. Chudori, Moham m ad. Golput Tak Berm akn a, http:/ / www.
Kom pas Com ., 12 Desem ber 20 0 3. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ , Golput pada Pilpres Putaran II Tak
Akan Besar”, http:/ / www.Suara Merdeka.com ., Rabu, 21 J uli 20 0 4.
Ka’bah, Rifyal. Lem baga Fatwa di In don esia dalam Kajian Politik
H ukum , M im bar H ukum dan Peradilan , Edisi Nom or 68 , Februari 20 0 9.
Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009 77
PROS ED U R BERACARA PERS ELIS IH AN H AS IL PEMILIH AN U MU M