PENERAPAN OLP (OUTDOOR LEARNING PROCESS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA N 1 TUNTANG PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

(1)

PENERAPAN OLP (

OUTDOOR LEARNING PROCESS

)

TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SMA N 1 TUNTANG PADA MATERI

KEANEKARAGAMAN HAYATI

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Ratna Ayu Fitriana 4401406003

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Penerapan OLP (Outdoor Learning Process) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tuntang pada Materi Keanekaragaman Hayati” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Agustus 2011

Ratna Ayu Fitriana 4401406003


(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Penerapan OLP (Outdoor Learning Process) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tuntang Pada Materi Keanekaragaman Hayati. Disusun oleh

Nama : Ratna Ayu Fitriana

NIM : 4401406003

Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 23 Agustus 2011.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S., M.S. Dra. Aditya Marianti, M.Si

19511115 197903 1001 19671217 199303 2001

Ketua Penguji

Ir. Nana Kariada TM, M.Si 19660316 199310 2001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

PembimbingUtama Pembimbing Pendamping

Dra. Aditya Marianti, M.Si Andin Irsadi, S.Pd, M.Si


(4)

iv

ABSTRAK

Fitriana, Ratna Ayu. 2011. Penerapan OLP (Outdoor Learning Process)

Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tuntang pada Materi Keanekaragaman Hayati. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dra. Aditya Marianti, M.Si. dan Andin Irsadi, S.Pd, M.Si.

Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung, termasuk pada pembelajaran materi keanekaragaman hayati. Dengan mengamati langsung keanekaragaman hayati yang ada di lingkungannya diharapkan siswa dapat menggali pengetahuannya sendiri dan mendapatkan contoh nyata keanekaragaman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu strategi yang memanfaatkan alam sebagai sumber belajar adalah pembelajaran luar ruang (Outdoor Learning Process). Pembelajaran luar ruang merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah, sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dengan strategi OLP ini diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga siswa tuntas belajar.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas OLP (outdoor learning process) pada materi keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Tuntang dengan indikator aktivitas dan hasil belajar siswa.. Penelitian ini menggunakan quasi-eksperimen dengan desain one shot case study. Variabel bebas penelitian ini adalah penerapan strategi OLP (Outdoor Learning Process) dengan pendekatan JAS pada materi keanekaragaman hayati, sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas dan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan dari keempat kelas didapatkan persentase rata-rata siswa aktif dalam pembelajaran sebesar 94,25%. Persentase rata-rata hasil belajar ranah kognitif adalah 90%, ranah afektif 93%, dan ranah psikomotorik 92%. Siswa telah melampaui KKM SMA N 1 Tuntang (≥ 75% dari jumlah siswa mencapai kriteria cukup aktif, aktif dan sangat aktif dan ≥75% siswa memperoleh nilai ≥ 65).

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa strategi OLP (Outdoor Learning Process) efektif diterapkan pada pembelajaran materi keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Tuntang.

Kata kunci : Outdoor Learning Process (OLP), Efektivitas pembelajaran, keanekaragaman hayati.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan OLP (Outdoor Learning Process) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tuntang Pada Materi Keanekaragaman Hayati”. Skripsi ini disususn untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di FMIPA UNNES.

Sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu, tenaga dan materi yang tersita demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi strata I Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam hal administrasi guna penyelesaian skripsi ini.

4. Dra. Aditya Marianti, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.

5. Andin Irsadi, S.Pd, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.

6. Ir. Nana Kariada TM, M.Si, Dosen Penguji yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan penulis dalam menyusun skripsi.

7. H. Sudiyono, S.Pd, M.M, Kepala SMA Negeri 1 Tuntang yang telah berkenan mambantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.


(6)

vi

8. Drs. H. Dudy Istiyarto, Guru Biologi SMA Negeri 1 Tuntang yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Bapak, Ibu, dan adikku tersayang yang senantiasa memberikan limpahan kasih sayang dan doa serta inspirasi untuk penulis.

10. Semua teman-temanku yang telah membantu kelancaran penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini baik moril maupun materil, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan penuh rendah hati penulis akan menerima saran dan kritik untuk menyempurnakan skripsi ini.

Semarang, Agustus 2011 Penulis


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………..………

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………. HALAMAN PENGESAHAN………. ABSTRAK………..……. KATA PENGANTAR………...….. DAFTAR ISI………...………...……….. DAFTAR TABEL………..….……...……….. DAFTAR GAMBAR……….……….. DAFTAR LAMPIRAN……….……….. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………..………….….…… B. Rumusan Masalah ……….…………. C. Penegasan Istilah ……….………..…. D. Tujuan Penelitian………..………….….. E. Manfaat Penelitian……….……..…… BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Karakteristik Belajar Biologi ………..………. 2. Belajar Biologi dengan OLP ………..……….. 3. Efektivitas Pembelajaran……… 4. Materi Keanekaragaman Hayati …...……….…… 5. Kerangka Berpikir……….………. B. Hipotesis ….……….………...…… BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian………. B. Populasi dan Sampel……….…. C. Variabel Penelitian. ………..…

i ii iii iv v vii ix x xi 1 4 4 6 6 7 10 17 21 22 24 25 25 25


(8)

viii

D. Rancangan Penelitian……… E. Prosedur Penelitian………...………. F. Data dan Metode Pengumpulan Data……… G. Metode Analisis Data……… BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………..………….………..

B. Pembahasan ……….

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan……….……….……

B. Saran……….………

DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN………..….

26 26 27 33

38 45

59 59 60 64


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba……….….….… 31

2 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba………... 32

3 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ……..………..………... 33

4 Kriteria Kinerja Guru...……… 34

5 Kriteria Keaktifan Siswa…………..………....……..… 34

6 Kriteria Tingkat Kepuasan Siswa dalam Pembelajaran …………... 37

7. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran …...….……... 39

8. Rekapitulasi Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Kognitif ……... 40

9. Rekapitulasi Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Afektif ………. 40

10. Rekapitulasi Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Psikomotorik…. 41 11. Kinerja guru dalam proses pembelajaran……….…..……... 41

12. Rekapitulasi presentase hasil tanggapan siswa terhadap penerapan OLP (Outdoor Learning Process) pada materi keanekaragaman hayati di SMA N 1 Tuntang …..….….……….. 43

13. Rekapitulasi tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan OLP (Outdoor Learning Process) ………..….…………..………… 45


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerucut Pengalaman sebagai Sumber Belajar... 12 2 Skema Kerangka Berpikir... 24 3. Persentase distribusi aktivitas siswa secara klasikal di kelas


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus... 65

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 67

3 Rubrik Penilaian LKS... 72

4 Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa... 76

5 Rubrik Penilaian ranah afektif dan Psikomotorik... 79

6 Kisi-kisi Soal Uji Coba………... 82

7 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba………... 83

8 Analisis Uji Coba Soal... 84

9 Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal... 88

10 Perhitungan Reliabilitas Soal... 89

11 Contoh Perhitungan Indeks Kesukaran Soal... 90

12 Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal... 91

13 14 15 16 Soal Ulangan Harian... Kunci Jawaban Soal Ulangan Harian…... Rubrik Kinerja Guru dalam Pembelajaran... Rubrik Angket Tanggapan Siswa... 92 99 100 102 17 18 Contoh Lembar Jawab Soal Uji Coba... Jadwal Penelitian... 103 104 19 Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS)... 105

20 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 114

21 22 Contoh Lembar Observasi Ranah Afektif dan Psikomotorik... Contoh Lembar Jawab Ulangan Harian... 115 116 23 Contoh Lembar Observasi Kinerja Guru... 117

24 Contoh Angket Tanggapan Siswa... 125

25 Lembar Wawancara Tanggapan Guru... 127

26 Analisis Data Aktivitas Siswa... 128


(12)

xii

28 Rekapitulasi Data Angket Tanggapan Siswa... 143 29 Rekapitulasi Data Kinerja Guru... 148 30

31

Dokumentasi Penelitian... Surat Penetapan Dosen Pembimbing...

150 152 32 Permohonan Ijin Observasi Awal... 153 33 Surat Ijin Penelitian... 154 34 Surat Keterangan Melakukan Penelitian... 155


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil penemuannya secara beragam, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari (Depdiknas 2001)

Karakteristik belajar biologi adalah mempelajari kehidupan di alam. Bangsa kita sesungguhnya dikaruniai Allah SWT potensi yang begitu besar. Salah satu langkah awal menggali potensi tersebut adalah dengan jalan melakukan pembelajaran khususnya biologi secara langsung dengan pengamatan fenomena alam yang terjadi. Alam, dalam hal ini dipandang sebagai sebuah laboratorium yang sangat besar. Laboratorium alam ini menyediakan sumber belajar yang melimpah ruah, sehingga akan sayang kalau sumber belajar ini tersia-siakan.

Salah satu strategi pembelajaran yang memanfaatkan alam sebagai sumber belajar adalah pembelajaran luar ruang. Pembelajaran luar ruang/kelas merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan pemanfaatan lahan di


(14)

sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah, sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di luar ruang kelas, guru dan siswa dapat mempelajari keadaan sebenarnya yang ada di luar ruang kelas dengan menghadapkan siswa pada keadaan lingkungan untuk dipelajari dan diamati (Saptono 2003).

Metode Outdoor Learning Process (OLP) adalah metode pembelajaran sains dengan melakukan petualangan di lingkungan sekitar dengan disertai pengamatan secara teliti yang hasilnya dicatat ke dalam Lembar Kerja Pengamatan (LKP). Pembelajaran Sains menggunakan Metode OLP terdiri dari tiga bagian pengamatan yaitu pengamatan lingkungan, pengamatan tumbuhan dan pengamatan hewan (Amin 2008). Penelitian Astuti (2008) menyatakan bahwa proses pembelajaran biologi dapat berkualitas dengan menggunakan pembelajaran luar ruang pada materi keanekaragaman hayati yang terbukti dari tingginya aktivitas belajar siswa, pencapaian hasil belajar yang optimal, dan kinerja guru yang baik.

Penelitian ini mengambil materi keanekaragaman hayati, dengan kompetensi dasar 3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan. Dari kompetensi tersebut siswa dituntut untuk mengamati langsung keanekaragaman hayati yang ada di lingkungannya sehingga siswa dapat menggali pengetahuannya sendiri dan mendapatkan contoh nyata keanekaragaman dalam kehidupan sehari-hari. Materi keanekaragaman hayati yang akan diteliti ini mencakup keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis, dan keanekaragaman tingkat ekosistem.


(15)

Salah satu satuan pendidikan yang potensial untuk menerapkan pembelajaran OLP adalah SMA Negeri 1 Tuntang. Sekolah ini dipilih karena dari hasil wawancara dengan guru biologi di sekolah tersebut, terungkap bahwa kegiatan pembelajaran belum memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Dalam pembelajaran biasanya guru menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab yang dilakukan di dalam kelas, dan kegiatan praktikum di dalam laboratorium. Selain itu guru juga menggunakan bantuan media dalam pembelajarannya seperti macromedia flash, video pembelajaran dan lain-lain. Dengan metode yang telah diterapkan guru dan media pembelajaran ternyata belum memberikan hasil yang memuaskan. Ini terlihat dari data hasil belajar yang diperoleh pada materi keanekaragaman hayati tahun pelajaran 2009/2010 didapatkan siswa yang tuntas belajar adalah 55,88% dengan KKM yang ditetapkan pada materi tersebut yaitu sebesar 62. Aktivitas siswa masih tergolong rendah yaitu < 50 %, ini dapat dilihat dari sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan sedikitnya siswa yang menjawab pertanyaan dari guru. SMA Negeri 1 Tuntang memiliki lingkungan cukup luas yang dapat dijadikan sumber belajar. Lingkungan SMA tersebut kaya akan keanekaragaman tanaman yang dapat siswa amati. Dalam penelitian ini sumber belajar dari lingkungan yang dapat diamati antara lain keanekaragaman daun puring, keanekaragaman Bougenvillea, ekosistem sekolah, dan lain-lain.

Pembelajaran luar ruang mempunyai kelebihan antara lain siswa belajar dalam kondisi menyenangkan, strategi ini didasarkan pada learning by doing,


(16)

siswa akan berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata, siswa dapat mengamati langsung fenomena alam di sekitar sekolahnya. Kekurangan dari pembelajaran luar ruang adalah sulitnya mengelola siswa, belum tentu setiap sekolah memiliki lahan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, membutuhkan manajemen waktu yang ketat (Saptono, 2003). Proses pembelajaran luar ruang merupakan salah satu strategi dalam strategi pembelajaran bioedutaiment. Bioedutaiment adalah sebuah strategi pembelajaran biologi dimana pembelajaran biologi yang dilakukan dengan menyenangkan dan menghibur. Ciri dari penerapan strategi bioedutiment adalah siswa akan belajar biologi dengan gembira melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan sehingga secara mental siswa akan siap dan mau menerima konsep-konsep biologi (Marianti et al 2008).

Proses pembelajaran luar ruang ini menggunakan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Pendekatan JAS adalah pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti et al 2008).

Pembelajaran biologi pada materi keanekaragaman hayati membutuhkan pengamatan di lingkungan sekolah, dan strategi OLP memanfaatkan alam sebagai sumber belajar. Penggunakan strategi OLP ini, didesain untuk mendorong anak melakukan pengamatan di alam bebas. Pada pembelajaran dengan strategi OLP ini diharapkan siswa lebih aktif dalam mencari pengetahuannya dan dapat mengaitkan konsep dengan keadaan sebenarnya. Sehingga diharapkan hasil belajar siswa lebih


(17)

efektif. Dari uraian di atas maka penelitian tentang keefektifan penggunaan strategi OLP pada pembelajaran keanekaragaman hayati perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah OLP (outdoor learning process) efektif diterapkan pada materi keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Tuntang dengan indikator aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap judul penelitian ini maka ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan yaitu:

1. Outdoor Learning Process (OLP)

Proses pembelajaran luar ruang/kelas merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah, sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri (Saptono 2003). Proses pembelajaran luar ruang ini menggunakan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Pendekatan JAS adalah pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti et al 2008).


(18)

Pada penelitian ini siswa diajak belajar dengan mengamati lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang dapat diamati adalah taman sekolah dan kebun sekolah. Siswa mengamati dengan panduan lembar kerja siswa (LKS) yang dibuat guru. Di lingkungan ini terdapat berbagai macam tanaman dan beberapa jenis hewan.

2. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar sebagai hasil interaksi antara stimulus dan isi memori (Anni 2006). Aktivitas siswa yang dimaksud di sini yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang menunjang proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan strategi OLP pada materi keanekaragaman hayati dikatakan efektif apabila :

a. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai kriteria antara cukup aktif, aktif, dan sangat aktif.

b. Secara klasikal ≥ 75% dari jumlah siswa mencapai kriteria cukup aktif, aktif dan sangat aktif.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivatas belajar. Dalam hal ini mengacu pada tiga ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Anni 2006). Hasil belajar pada penelitian ini meliputi ranah kognitif yang diperoleh dari tes akhir dan nilai mengerjakan LKS, ranah afektif dan psikomotorik dengan observasi oleh observer.


(19)

Pembelajaran dengan strategi OLP pada materi keanekaragaman hayati dikatakan efektif apabila :

a. Siswa mencapai hasil belajar individual ≥ 65% (aspek afektif dan psikomotorik) dan 65 (aspek kognitif).

b. Secara klasikal ≥ 75% siswa tuntas belajar.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas OLP (outdoor learning process) pada materi keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Tuntang dengan indikator aktivitas dan hasil belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Guru

1. Memberikan informasi mengenai outdoor learning process sebagai salah satu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah. Menjadikan pembelajaran lebih nyata dengan mengamati fenomena alam dari lingkungan yang ada.

2. Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi. 3. Mengajak siswa untuk lebih mengenal lingkungannya.


(20)

b. Bagi Siswa

Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa mengenai materi keanekaragaman hayati.

c. Bagi Sekolah

Sebagai pertimbangan dalam memilih strategi pembelajaran Biologi yang dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah. Pihak sekolah termotivasi untuk menambah jenis-jenis tanaman yang belum terdapat di sekolah, sehingga dapat digunakan lebih maksimal untuk pembelajaran terutama materi biologi yang dapat langsung diamati.


(21)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Karakteristik Belajar Biologi

Biologi sebagai sebuah mata pelajaran memiliki karakteristik berbeda daripada mata pelajaran lain yang diajarkan di sekolah. Obyek biologi yang berupa makhluk hidup merupakan daya tarik tersendiri yang dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk mempelajarinya. Struktur keilmuan biologi salah satunya adalah yang didefinisikan oleh Biological Science Curriculum Study (BSCS).

Tema biologi menurut BSCS ada 9 meliputi: Science as Inquiry (IPA sebagai penemuan), History of Biological Concept (sejarah konsep biologi), Evolution (Evolusi), Diversity and Unity (keragaman dan kesatuan), Genetic Continuity (kelangsungan genetik), Organism and Environment (organisme dan lingkungan), Behavior (tingkah laku), Structure and Function (Struktur dan fungsi), dan Regulation. Tema-tema tersebut kemudian dibahas pada setiap tingkatan dalam organisasi kehidupan. Adapun tingkatan organisasi kehidupan adalah: tingkat molekuler, sel, jaringan dan organ, individu, populasi, komunitas, dan bioma. Selanjutnya dari tema dan tingkat organisasi kehidupan tersebut diberlakukan untuk kelompok makhluk hidup yang termuat dalam sistem taksonomi. Ada beberapa cara pengelompokkan makhluk hidup yang dilakukan oleh para ahli. Ada yang membaginya menjadi dua kingdom saja (tumbuhan dan hewan), ada yang lima kingdom (monera, protista, fungi, planta, dan animalia)


(22)

dan ada lagi yang mengelompokkan menjadi enam kingdom (virus, monera, protista, fungi, planta, dan animalia), dan mungkin ada lagi pengelompokkan yang lain lagi (Susanto 1991).

Dalam melaksanakan pembelajaran biologi terdapat beberapa prinsip dan pendekatan, yaitu :

a. Prinsip-prinsip pembelajaran Biologi

Prinsip-prinsip pembelajaran biologi bahwa biologi bukan hanya kumpulan fakta dan konsep, karena di dalam biologi juga terdapat berbagai proses dan nilai yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Saptono 2003). Agar tercapai pembelajaran biologi yang efektif, maka harus diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

1). Student Centered Learning (pembelajaran berpusat pada siswa)

Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, artinya proses belajar dilakukan oleh siswa dengan melakukan suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru untuk menanamkan konsep-konsep tertentu. Dalam hal ini yang aktif adalah siswa bukan guru. Dengan belajar secara aktif siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

2). Learning by Doing (belajar dengan melakukan sesuatu)

Proses pembelajaran biologi dilakukan dengan merancang kegiatan sederhana yang dapat menggambarkan konsep yang sedang dipelajari. Dengan demikian siswa dapat mengalami sendiri, artinya siswa mengetahui tidak hanya secara teoritis, tetapi juga secara praktis (Darsono dkk 2000). Sebagaimana pendapat aliran konstruktivisme yang mengatakan bahwa pembelajaran akan


(23)

berlangsung efektif apabila siswa terlibat secara langsung dalam tugas-tugas autentik yang berhubungan dengan konteks yang bermakna (Nur 2001)

3). Joyful Learning (Pembelajaran yang menyenangkan)

Kesempatan untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam kelompok akan membuat siswa merasa senang dan tidak tertekan. Memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak menggunakan waktunya untuk melakukan pengamatan, percobaan dan berdiskusi merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

4). Meaningful Learning (Pembelajaran yang bermakna)

Pembelajaran menjadi bermakna jika siswa dapat mengalami sendiri dan dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Lebih bermakna suatu materi maka akan lebih mudah untuk menyimpan dan mengingatnya kembali (Sudjana, 1989). Dengan demikian siswa merasa bahwa pembelajaran biologi bermanfaat dalam kehidupannya.

5). The Daily Life Problem Solving (Pemecahan masalah sehari-hari)

Objek biologi meliputi seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Dengan demikian, permasalahan dalam biologi senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pendekatan belajar Biologi

Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sains termasuk biologi mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian utama. Guru berperan dalam menyediakan dan menampilkan pengalaman belajar anak.


(24)

Dalam Depdiknas (2001) disebutkan bahwa ada 5 pendekatan: 1). Empat pilar pendidikan

Badan PBB UNESCO telah mencanangkan salah satu pendekatan yang perlu digunakan di dalam pembelajaran sains, termasuk biologi di kelas, yaitu:

a). Learning to do: Siswa harus diperdayakan agar mampu berbuat untuk

memperkaya pengalaman belajarnya.

b). Learning to know: Dengan meningkatkan interaksi terhadap lingkungan

fisik dan sosialnya, siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya.

c). Learning to be: Hasil interaksi dengan lingkungannya dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri dan sekaligus membangun jati diri.

d). Learning to live together: Kesempatan berinteraksi akan membentuk

kepribadian untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.

2). Inquiry Sains

Pendekatan ini melahirkan interaksi antara yang diyakini anak sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui metode eksplorasi untuk menurunkan dan mengetes gagasan-gagasan baru. Hal tersebut melibatkan sikap untuk mencari penjelasan dan menghayati gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif.


(25)

3). Konstruktivisme

Salah satu sasaran belajar sains, termasuk biologi adalah membangun gagasan ilmiah setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Bentuk kondisi belajar yang sesuai antara lain diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua siswa mau mengungkapkan gagasan, pengujian dan penelitian sederhana, demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah.

4). Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat

Merupakan pendekatan terpadu antara unsur ilmu pengetahuan, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Siswa dikondisikan agar mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan suatu karya teknologi yang diikuti dengan pemikiran untuk mengatasi dampak negatif yang timbul dari produk teknologi di lingkungan dan masyarakat.

5). Pemecahan masalah

Kegiatan manusia yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan oleh karena itu sejak dini siswa dilatih untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya agar memiliki kemampuan yang bermanfaat bagi kehidupan dewasanya.

2. Belajar Biologi dengan OLP (Outdoor Learning Process)

Pembelajaran luar ruang/kelas merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah, sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di luar ruang kelas, guru dan siswa dapat mempelajari keadaan


(26)

sebenarnya yang ada di luar ruang kelas dengan menghadapkan siswa pada keadaan lingkungan untuk dipelajari dan diamati (Saptono 2003).

Strategi pembelajaran luar ruang ini, menekankan pada proses belajar induktif (berdasarkan fakta nyata), materi pembelajarannya secara langsung dialami melalui kegiatan pembelajaran (eksperimental learning), dengan mengalami materi belajar secara langsung, diharapkan siswa dapat lebih membangun makna/kesan dalam memori/ingatannya, dapat mengevaluasi tindakan, selanjutnya menentukan tujuan yang akan dicapai dengan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi (Haryanti 2008).

Pembelajaran luar ruang (Outdoor Education), mengandung nilai-nilai pendidikan, dan mendekatkan siswa dengan alam. Alam sebagai sumber belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan terhadap pembelajaran di dalam ruangan. Banyak manfaat ketika materi pelajaran dan latihan disatukan dengan aktivitas di alam. Pembelajaran yang dilakukan di alam akan dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh setiap individu yaitu akan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran (Widyandani 2008).

Pembelajaran luar ruang ini difokuskan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi, dan mendapatkan keterampilan-keterampilan dengan bimbingan guru. Beberapa keterampilan tersebut meliputi, kepemimpinan, perencanaan, pemecahan masalah, kerjasama dalam kelompok, dan strategi perencanaan. Dalam pembelajaran luar ruang membutuhkan sumber belajar untuk membantu mempermudah siswa dalam mencapai pemahaman materi pembelajaran yang diajarkan (Gair 1999).

Metode Outdoor Learning Process adalah metode pembelajaran sains dengan melakukan petualangan di lingkungan sekitar dengan disertai pengamatan secara teliti yang hasilnya dicatat ke dalam Lembar Kerja Pengamatan (LKP).


(27)

Pembelajaran Sains menggunakan Metode OLP terdiri dari tiga bagian pengamatan yaitu pengamatan lingkungan, pengamatan tumbuhan dan pengamatan hewan (Amin 2008). Penelitian Astuti (2008) menyatakan bahwa proses pembelajaran biologi dapat berkualitas dengan menggunakan pembelajaran luar ruang pada materi keanekaragaman hayati yang terbukti dari tingginya aktivitas belajar siswa, pencapaian hasil belajar yang optimal, dan kinerja guru yang baik.

Melalui pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa akan memberikan hasil yang lebih baik, seperti terlihat pada kerucut pengalaman menurut Edgar Dale dalam Sudjana (1989) di bawah ini:

Cone of Learning (Edgar Dale)

After 2 weeks Natur of

we tend to remember Involvement

10% of what we read Reading 20% 0f what we hear Hearing Words 30% of what we see Looking at Pictures

Watching a Movie

50% of what we Looking at an Exhibit hear and see Watching a Demonstration

Seeing It Done on Location 70% of what Participating in a Discussion

We say Giving a Talk

90% of what Doing a Dramatic Presentation we say and Simulating the Real Experience do Doing the Real Thing

Gambar 1 Kerucut Pengalaman Sebagai Sumber Belajar

Verbal Receiving

Passive

Receiving/ Participating Active


(28)

Gambar tersebut di atas terlihat bahwa dengan pemberian pengalaman secara langsung menjadikan siswa aktif. Sumber belajar ini dapat memberikan pengalaman yang lebih konkrit dan lebih nyata, sehingga akan memberikan memori atau daya ingat yang lebih kuat pada siswa yaitu sebesar 90%.

Menurut Saptono (2003), pembelajaran luar ruang ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah :

a. Siswa belajar dalam kondisi yang menyenangkan, tidak membosankan; b. Strategi ini didasarkan pada learning by doing;

c. Siswa dapat berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata, sehingga seluruh indera yang dimilikinya akan difungsikan;

d. Siswa dapat melihat/mengamati secara langsung fenomena alam di sekitar sekolahnya. Jadi secara induktif siswa akan mengumpulkan fakta-fakta dan selanjutnya siswa akan membangun makna terhadap pengamatannya.

Adapun kekurangannya adalah: a. Pengelolaan siswa yang merepotkan guru;

b. Belum tentu setiap sekolah memiliki lahan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar;

c. Membutuhkan manajemen waktu yang ketat dan hal ini tidak mudah dilakukan, karena biasanya jika siswa belajar di luar ruang kelas, maka akan kembali ke kelasnya mereka enggan.

Pembelajaran luar ruang pada penelitian ini, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar). Penerapan pendekatan pembelajaran JAS mengajak peserta didik mengenal obyek, gejala dan permasalahan,


(29)

menelaahnya dan menemukan simpulan atau konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan pemahaman diperoleh peserta didik tidak secara langsung dari guru atau buku, akan tetapi melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, membandingkan, memprediksi, membuat pertanyaan, merancang kegiatan, membuat hipotesis, merumuskan simpulan berdasarkan data dan membuat laporan secara komprehensif. Secara langsung peserta didik melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam yang terjadi. Fenomena tersebut dapat ditemui di lingkungan sekeliling peserta didik atau fenomena tersebut dibawa ke dalam pembelajaran di kelas. Visualisasi terhadap fenomena alam (Biologi) akan sangat membantu peserta didik untuk mengamati sekaligus memahami gejala atau konsep yang terjadi (Marianti et al 2008).

Komponen-komponen dalam pendekatan JAS adalah: a. Eksplorasi

Dengan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, seseorang akan berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga menemukan pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. Dengan adanya masalah manusia akan melakukan kegiatan berpikir untuk mencari pemecahan masalah.

b. Konstruktivisme

Pengetahuan lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus menerus, terus berubah dan berkembang.

c. Proses sains

Proses sains dimulai ketika seseorang mengamati sesuatu. Sesuatu 14


(30)

diamati karena menarik perhatian, mungkin memunculkan pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan ini perlu dipecahkan melalui suatu proses yang disebut metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.

d. Learning community

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika terjadi proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat komunikasi pembelajaran saling belajar.

e. Bioedutainment

Bioedutainment dimana dalam pendekatannya melibatkan unsur utama ilmu dan penemuan ilmu, keterampilan berkarya, kerjasama, permainan yang mendidik, kompetisi, tantangan dan sportivitas dapat menjadi salah satu solusi dalam menyikapi perkembangan biologi saat ini dan masa yang akan datang.

f. Asesmen autentik

Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa.

Salah satu penciri JAS adalah Bioedutainment. Bioedutaiment merupakan perpaduan dari 3 kata yaitu Biology, Education dan Entertainment. Secara keseluruhan pengertian Bioedutaiment adalah sebuah strategi pembelajaran biologi dimana pembelajaran biologi yang dilakukan dengan menyenangkan dan menghibur.


(31)

strategi pembelajaran bioedutaiment. Istilah bioedutaiment merupakan perpaduan dari 3 kata yaitu Biology, Education dan Entertainment. Secara keseluruhan pengertian Bioedutaiment adalah sebuah strategi pembelajaran biologi dimana pembelajaran biologi yang dilakukan dengan menyenangkan dan menghibur.

Ciri dari penerapan strategi bioedutiment adalah siswa akan belajar biologi dengan gembira melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan sehingga secara mental siswa akan siap dan mau menerima konsep-konsep biologi. Kegiatan-kegiatan yang menyenangkan tersebut dapat bisa dalam bentuk permainan edukatif, eksperimen, dan berpetualang disekitar sekolah yang intinya semua kegiatan diberikan sesuai dengan umur dan tingkat perkembangan psikologis peserta didik. Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada diri siswa dapat diamati melalui penerapan strategi pembelajaran bioedutaiment.

Strategi pembelajaran bioedutaiment dapat diterapkan di luar kelas (out door classroom) atau di dalam kelas (in door classroom). Maupun di tempat pembelajaran lainnya dikaitkan dengan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah, diskusi, permainan edukatif, eksperimen, bermain peran yang bersifat multi strategi dan multi media. Strategi pembelajaran biologi dengan pendekatan JAS bercirikan eksplorasi sumber daya alam serta eksplorasi peserta didik. Pembelajaran bioedutaiment dapat ditererapka pada semua standart kompetensi.

Langkah-langkah dan prosedur pelaksanaan pembelajaran luar ruang dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai media pembelajaran dan sumber belajar bagi siswa memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari guru. Karena tanpa perencanaan yang matang dari guru, kegiatan


(32)

belajar siswa menjadi tidak terkendali, sehingga tujuan belajar tidak tercapai dan siswa tidak melakukan kegiatan belajar (Khasanah 2007)

Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yaitu meliputi persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut (Sudjana dan Rivai 2002).

a. Persiapan

Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan, antara lain:

1) Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa menentukan tujuan yang diharapkan diperoleh para siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar;

2) Menentukan obyek yang akan dipelajari dan dikunjungi, dalam menentukan obyek tersebut hendaknya diperhatikan relevansi dengan tujuan belajar, kemudahan menjangkaunya, tidak memerlukan waktu lama, tersedia sumber-sumber belajar, keamanan bagi siswa dalam mempelajarinya serta memungkinkan untuk dikunjungi dan dipelajari para siswa.

3) Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan, misalnya mencatat apa yang terjadi, mengamati suatu proses dan lain-lain, ada baiknya membagi siswa dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi tugas khusus dalam belajar.

4) Penerapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, tata tertib, perlengkapan belajar yang harus dibawa.


(33)

b. Pelaksanaan

Pada langkah ini melakukan kegiatan belajar ditempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Diawali dengan penjelasan dari guru kemudian siswa dibimbing oleh guru mengadakan pengamatan suatu obyek di luar kelas. Siswa mencatat hasil pengamatan pada lembar observasi dan mendiskusikannya dengan kelompok belajarnya.

c. Tindak lanjut

Tindak lanjut dari kegiatan pelaksanaan yaitu kegiatan belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil pengamatan untuk dibahas secara klasikal. Guru dan siswa dapat menarik kesimpulan. Dilain pihak guru juga memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasilnya yang dicapai.

3. Efektivitas pembelajaran

Efektifitas pembelajaran pada penelitian ini dapat dilihat dari aktivitas dan hasil belajar siswa.

a. Aktivitas Siswa

Salah satu ciri terjadinya proses belajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Aktivitas belajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terjadi pada pembelajaran pada umumnya, namun hendaknya mencakup aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani). Kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Visual activities, aktivitas yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi maupun percobaan atau pekerjaan yang lain.


(34)

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara diskusi dan interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh yaitu mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, dan interupsi.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan

menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan

diagram.

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, dan berternak.

7) Mental activities, misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisa,

melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8) Emosional activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat, berani, dan tenang (Sardiman 2007).

Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar sebagai hasil interaksi antara stimulus dan isi memori (Anni 2006). Aktivitas siswa yang dimaksud di sini yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Hasil Belajar

Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi. Tujuan


(35)

pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan, yaitu keinginan setelah menyelesaikan pengalaman belajar yang diwujudkan dengan hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivatas belajar (Anni 2006). Perubahan yang diinginkan meliputi tiga ranah atau tipe hasil belajar. Tiga ranah yang harus tercapai, yaitu : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Anderson dan Krathwohl 2001).

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berpikir.

a) Remembering (Mengingat)

Kemampuan untu memperoleh kembali, mengakui, dan mengingat pengetahuan yang bersangkutan dari ingatan jangka panjang.

b)Understanding (memahami)

Kemampuan memahami pengertian dari lisan, tulisan, dan pesan grafik melalui menafsirkan, memberikan contoh, menggolongkan, meringkas, mengambil kesimpulan, membandingkan dan menjelaskan.

c) Applying (menerapkan)

Kemampuan menggunakan suatu prosedur melalui pelaksanaan berdasarkan rencana atau implementasi.


(36)

Kemampuan mengubah materi ke dalam beberapa bagian, menentukan bagaimana menghubungkan bagian-bagian tersebut menjadi satu kesatuan dan menjadi struktur atau tujuan secara keseluruhan melalui pemisahan, penyusunan, dan hubungan.

e) Evaluating (menilai)

Kemampuan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar melalui pengecekan dan kritikan.

f) Creating (menciptakan)

Kemampuan memasukkan semua elemen untuk membentuk sebuah hubungan atau keseluruhan fungsi, menyusun kembali elemen ke dalam sebuah pola atau struktur baru melalui pembangkitan, perencanaan atau produksi.

2) Ranah Afektif

Tujuan pembelajaran ranah afektif berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif menurut Krathwohl dkk (Anni 2006) adalah sebagai berikut :

a) Penerimaan (receiving)

Penerimaan mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya).

b) Penanggapan (responding)

Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


(37)

c) Penilaian (valuing)

Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa.

d) Pengorganisasian (organization)

Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.

e) Pembentukan pola hidup (organization by a value complex)

Siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

3) Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson (Anni 2006) adalah sebagai berikut :

a) Persepsi (perception)

Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

b) Kesiapan (set)

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan


(38)

jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kesiapan mental (keinginan untuk bertindak).

c) Gerakan terbimbing (guided response)

Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal didalam belajar keterampilan kompleks. Meliputi peniruan (mengulangi tindakan yang didemonstrasikan oleh guru) dan mencoba-coba (dengan menggunakan pendekatan gerakan ganda untuk mengidentifikasi gerakan yang baik).

d) Gerakan terbiasa (mechanism)

Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.

e) Gerakan kompleks (complex overt response)

Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Kecakapan ditunjukan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan, dan yang memerlukan energy minimum. Kategori ini mencakup pemecahan hal-hal yang tidak menentu (bertindak tanpa ragu-ragu) dan unjuk kerja otomatis (gerakan dilakukan dengan mudah dan pengendalian yang baik).

f) Penyesuaian (adaptation)

Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.


(39)

g) Kreativitas (originality)

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu untuk masalah-masalah tertentu.

Berdasarkan uraian di atas hasil belajar dapat digunakan untuk memberikan arah dalam kegiatan pembelajaran. Bagi guru untuk mengarahkan pemilihan strategi dan jenis kegiatan yang tepat dan bagi siswa dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran berikutnya.

4. Materi Keanekaragaman Hayati

Materi keanekaragaman hayati yang dimaksud adalah materi yang dipelajari pada kelas X semester II dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dengan standar kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati. Terdiri dari empat kompetensi dasar yaitu : 3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan. 3.2 Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sunmber daya alam. 3.3 Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi. 3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur aktivitas dan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar 3.1.

Kenekaragaman hayati merupakan totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem yang di jumpai di suatu tempat. Keanekaragaman hayati menyatakan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang


(40)

terlihat pada tingkat yang berbeda-beda. Keanekaragaman disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Keanekaragaman hayati itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem. Dalam penelitian ini yang dapat diamati adalah keanekaragaman tingkat gen dan tingkat jenis. Untuk keanekaragaman ekosistem hanya dapat diamati komponen penyusun ekosistem dan rantai makanan yang terjadi di dalam ekosistem di lingkungan sekolah.

Keanekaragaman tingkat gen menimbulkan adanya variasi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya yang masih berada dalam spesies yang sama. Keanekaragaman tingkat jenis memperlihatkan adanya variasi bentuk, penampakan, frekuansi dan sifat lainnya antara spesies yang satu dengan yang lain. Keanekaragaman tingkat ekosistem terjadi karena adanya perbedaan komponen abiotik suatu lingkungan yaitu letak pada garis lintang dan bujurnya, ketinggian tempat, iklim, kelembaban, suhu, kondisi tanah dan sebagainya.

Manfaat keanekaragaman hayati dapat dilihat pada tingkat gen sampai ekosistem. Misalnya pada tingkat gen, pilihan sumber daya genetik tergantung pada tersedianya keanekaragaman hayati. Bila seandainya hanya tersedia satu atau jumlah varietas padi yang terbatas, dan yang tersedia tersebut punah maka tidak ada pilihan lagi. Akibatnya sangat buruk bagi menusia karena padi merupakan komponen pangan utama yang menyusun 26% penyediaan pangan manusia. Untuk itu keanekaragaman hayati perlu dilestarikan untuk kelangsungan hidup seluruh makhluk (Idea 2009).


(41)

5. Kerangka Berpikir

Penelitian ini menerapkan pembelajaran melalui strategi Outdoor Learning Process dengan pendekatan jelajah alam sekitar (JAS). Alam menyediakan sumber belajar yang melimpah ruah khususnya untuk pembelajaran biologi yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. SMA Negeri 1 Tuntang memiliki lingkungan cukup luas yang dapat dijadikan sumber belajar, misalnya taman dan kebun sekolah. Tetapi guru belum memanfaatkan sumber belajar tersebut. Guru memberikan pembelajaran di dalam kelas dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Sehingga pengalaman langsung siswa kurang, aktivitas siswa masih rendah (<50% siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar), hasil belajar siswa pada tahun ajaran 2009/2010 hanya 55,88% yang tuntas belajar (≥62). Dengan penerapan strategi Outdoor Learning Process dengan pendekatan JAS ini diharapkan siswa menjadi aktif, guru dapat memanfaatkan lingkungan sekolah sehingga siswa mempunyai pengalaman langsung dan nyata. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai kriteria antara cukup aktif, aktif, dan sangat aktif, serta secara klasikal ≥ 75% dari jumlah siswa mencapai kriteria tersebut. Siswa tuntas belajar yaitu hasil belajar secara individual mencapai ≥ 65% (aspek afektif dan psikomotorik) dan 65 (aspek kognitif). Secara klasikal ≥ 75% siswa tuntas belajar.


(42)

Gambar 2 Skema kerangka berpikir

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa OLP (Outdoor Learning Process) efektif diterapkan pada materi keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Tuntang dengan indikator aktivitas dan hasil belajar siswa.

SMA 1 Tuntang mempunyai lingkungan yg luas sebagai sumber belajar tetapi belum dimanfaatkan. Pembelajaran masih di dalam ruang kelas dengan metode ceramah, diskusi, dan Tanya jawab.

Pada tahun ajaran 2009/2010, materi keanekaragaman hayati yang disampaikan dengan ceramah dan diskusi kelompok di dalam ruang kelas mendapatkan data : - <50% siswa aktif dalam

pembelajaran

- 55,88% siswa tuntas belajar

1. Penggunaan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar

2. Pengalaman siswa

langsung dan nyata

3. Aktivitas siswa

mempunyai kriteria antara cukup aktif, aktif, dan sangat aktif. Secara klasikal ≥ 75% siswa memenuhi kriteria.

4. Siswa tuntas belajar yaitu hasil belajar individual ≥ 65% (aspek afektif dan psikomotorik) dan 65 (aspek kognitif). Secara klasikal ≥ 75% siswa tuntas belajar

OLP, pendekatan

JAS Pembelajaran biologi

menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung Alam merupakan sumber belajar


(43)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tuntang yang berada di Jalan Tuntang-Beringin KM 1. Penelitian ini mengambil setting lingkungan alam di sekitar sekolah yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Tuntang tahun ajaran 2010/2011. Populasi ini terdiri dari 4 kelas dengan keseluruhan jumlah siswa adalah 121 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Negeri 1 Tuntang yaitu kelas X.1, X.2, X.3, dan X.4.

Semua kelas X dijadikan subjek penelitian, penelitian ini disebut juga penelitian populasi. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena subjeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka juga disebut sensus. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak terlalu banyak (Arikunto 2006).

C. Variabel Penelitian


(44)

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan strategi OLP (Outdoor Learning Process) dengan pendekatan JAS pada materi keanekaragaman hayati.

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre experimental design (quasi experiment) yang dilakukan dengan desain One-Shot Case Study.

Keterangan :

X : Pengajaran biologi dengan penerapan strategi OLP pada materi keanekaragaman hayati.

O : Hasil belajar siswa ranah kognitif (tes tertulis dn LKS), ranah afektif dan psikomotorik serta aktivitas siswa dari hasil observasi oleh observer.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini terdiri dari tiga tahap, meliputi :

1. Tahap persiapan

X

O


(45)

Pada tahap persiapan ini dilaksanakan observasi awal dan wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1 Tuntang.

2. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan ini terdiri dari :

a. Menentukan subjek penelitian dengan teknik Cluster Random Sampling. b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian meliputi

silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), angket refleksi, lembar observasi, dan alat evaluasi berupa soal pilihan ganda.

c. Uji coba dan analisis hasil uji coba soal. d. Validasi lembar observasi dan angket. 3. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Melakukan pembagian kelompok, LKS, dilanjutkan pembahasan kegiatan pembelajaran yang tertera dalam LKS oleh guru dan siswa.

b. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan bentuk-bentuk kegiatan yang telah disepakati antara guru dan siswa dipandu dengan LKS.

c. Menafsirkan pengalaman belajar yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan bersama dengan guru melalui diskusi kelas. Kemudian melakukan tes untuk menilai hasil belajar siswa.


(46)

F. Data dan Metode Pengumpulan Data 1. Sumber data

Sumber data penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tuntang sebagai subyek penelitian dan guru mata pelajaran biologi kelas X.

2. Jenis data penelitian

Data pada penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar, dan penilaian LKS. Data kualitatif diperoleh dari angket refleksi dan lembar observasi penilaian hasil belajar secara psikomotorik dan afektif, serta lembar observasi kinerja guru untuk memperoleh informasi tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

3. Cara pengambilan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini, masing-masing diambil dengan cara sebagai berikut :

a. Data tentang hasil belajar berdasarkan kognitif diambil dengan melaksanakan tes tertulis dan penilaian LKS. Tes yang diberikan berupa soal multiple choise.

b. Data penilaian hasil belajar berdasarkan psikomotorik dan afektif diambil saat proses pembelajaran berlangsung melalui kegiatan pengamatan dan diskusi. Kedua data tersebut diambil dengan menggunakan numerical rating scale yang dilakukan oleh observer.

c. Data tentang kinerja guru yaitu berkaitan dengan RPP dan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru diambil dengan menggunakan


(47)

check list terdapat poin-poin kegiatan yang ada di dalam rencana pembelajaran.

d. Data tentang tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran diperoleh dari angket refleksi siswa pada akhir pembelajaran.

4. Teknik pengumpulan data a. Metode dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto 2006). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama siswa anggota sampel.

b. Metode tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto 2006). Metode tes digunakan untuk mendapatkan skor kemampuan pemahaman konsep keanekaragaman hayati setelah diadakan perlakuan.

c. Metode observasi

Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode observasi digunakan untuk menilai afektif dan psikomotorik siswa serta kinerja guru pada proses pembelajaran luar ruang.


(48)

d. Metode angket atau kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto 2006). Metode angket dalam penelitian ini adalah angket refleksi. Angket ini berguna untuk mengetahui ketertarikan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sesudah dilakukan penelitian. Untuk mengetahui tanggapan guru terhadap proses pembelajaran dilakukan dengan wawancara.

5. Instrument penelitian

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan RPP dilakukan sebelum dilakukan kegiatan belajar mengajar mengenai materi ruang lingkup biologi. RPP digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS disusun untuk melengkapi RPP. LKS disusun berdasarkan student centered activities, dengan menetapkan langkah-langkah yang memungkinkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi meliputi lembar observasi kinerja guru, aktivitas siswa dalam kegiatan pengamatan dan diskusi.

d. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi pada materi keanekaragaman hayati dengan penerapan OLP (Outdoor Learning Process).


(49)

e. Soal Tes

Soal tes dibuat bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau tingkat pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran. Soal yang digunakan berupa soal pilihan ganda.

Menurut Permata (2009), urutan langkah yang harus diperhatikan dalam penyusunan perangkat tes adalah sebagai berikut :

5) Melakukan pembatasan materi yang diujikan. 6) Menentukan tipe soal.

7) Menentukan jumlah butir soal.

8) Menentukan waktu mengerjakan soal. 9) Menentukan komposisi atau jenjang. 10)Membuat kisi-kisi soal.

11)Menulis petunjuk pengerjaan soal, membuat lembar jawab, kunci jawaban dan menentukan soal.

12)Menulis butir soal.

13)Mengujicobakan instrumen.

14)Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, taraf kesukaran soal, reliabilitas, dan daya pembeda.

15)Memilih item yang sudah teruji berdasarkan analisis yang dilakukan. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrument tes diuji cobakan terlebih dahulu pada kelas lain yang tidak terpilih sebagai sampel dengan ketentuan kelas tersebut telah selesai mempelajari materi keanekaragaman hayati.


(50)

f. Analisis hasil Uji Coba Instrumen. Validitas butir soal

Rumus yang digunakan untuk mencari validitas instrumen tes adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson (Arikunto 2006) dengan rumus sebagai berikut :

rxy =

Keterangan :

rxy = koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = jumlah respoden

X = skor soal yang dicari validitasnya Y = skor total

XY = perkalian antara skor soal dan skor total

Σ X2 = jumlah kuadrat skor aitem

Σ Y2 = jumlah kuadrat skor total

Berdasarkan perhitungan diperoleh r hitung , kemudian dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%. Aitem soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel.

N Σ XY - Σ X Σ Y


(51)

Tabel 1 Hasil analisis validitas butir soal uji coba

Kriteria Jumlah Nomor Soal

Valid 30 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35 Tidak

Valid

5 6, 16, 19, 22, 31 *Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8

Dari hasil analisis di atas soal yang digunakan adalah soal yang mempunyai kriteria valid.

Reliabilitas

Menurut Arikunto (2002), untuk mencari reliabilitas soal tes pilihan ganda, digunakan rumus K-R. 20, yaitu :

r11 =

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

2

2 1 s pq s n n Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

Σpq = jumlah hasil kali perkalian antara p dan q

p = proporsi subjek yang menjawab aitem dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab aitem dengan salah n = banyaknya aitem

s = standar deviasi dari tes

Berdasarkan perhitungan diperoleh rhitung , kemudian dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikan 5%. Aitem soal dikatakan reliabel jika r hitung > r tabel. Hasil analisis diperoleh r11 hitung sebesar 0,821 > r tabel sebesar 0,334. Jadi soal tersebut reliabel sehingga dapat digunakan semua (lampiran 10).


(52)

Taraf kesukaran soal

Menurut Arikunto (2002), untuk mencari taraf kesukaran soal pilihan ganda digunakan rumus :

P =

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta tes

Kriteria :

0,00 < P < 0,29 = soal sukar 0,30 < P < 0,69 = soal sedang 0,70 < P < 1,00 = soal mudah

Tabel 2 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba

Kriteria Jumlah Nomor Soal

Mudah 5 3, 4, 22, 26, 34

Sedang 27 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 33, 35

Sukar 3 19, 29, 32

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8

Dari hasil analisis di atas soal yang digunakan adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran mudah sebanyak 4 soal, tingkat kesukaran sedang sebanyak 24 soal, dan tingkat kesukaran kriteria sukar sebanyak 2 soal.

B JS


(53)

Daya pembeda

Menurut Arikunto (2002), untuk menghitung daya pembeda soal pilihan ganda dapat digunakan rumus :

D = = PA - PB

Keterangan : D = daya beda

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta didik yang menjawab benar pada kelompok atas BB = banyaknya peserta didik yang menjawab benar pada kelompok bawah

PA = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda :

D < 0,00 = semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja

0,00 < D < 0,20 = jelek 0,21 < D < 0,40 = cukup

BA BB

JA JB

BA

JA

BB


(54)

0,41 < D < 0,70 = baik 0,71 < D < 1,00 = baik sekali

Tabel 3 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal

No Kriteria Nomor soal Jumlah %

1. Jelek 6, 16, 19, 22, 31 5 14,3 2. Cukup 1, 3, 9, 14, 18, 23, 26, 27, 28, 29, 32, 34, 35 13 37,1

3. Baik

4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 20, 21, 24, 25, 29, 33

16 45,7

4. Baik Sekali 2 1 2,9

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8

Berdasarkan analisis soal ujicoba tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa 30 soal layak digunakan untuk instrumen penelitian. Soal tersebut adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35.

G. Metode Analisis Data

Analisis data penelitian dilakukan secara statistika deskriptif terhadap data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa lembar observasi penilaian hasil belajar cara psikomotorik dan afektif, lembar observasi kinerja guru serta angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran luar ruang sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes, nilai LKS dan laporan hasil pengamatan. Agar data-data yang diperoleh dapat diperhitungkan secara kuantitatif maka


(55)

diberlakukan penskoran terhadap instrumen penelitian dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Analisis data observasi kinerja guru

Lembar observasi kinerja guru digunakan untuk menilai kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan OLP pada materi keanekaragaman hayati. Untuk menganalisis kinerja guru diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Mengecek apakah guru melakukan kegiatan di lembar observasi atau tidak. Apabila guru melakukan kegiatan tersebut mendapat skor 1, dan skor 0 untuk kegiatan yang tidak dilakukan guru.

b) Menentukan kriteria kinerja guru dengan skala parameter sebagai berikut : Tabel 4 Kriteria Kinerja Guru

Rentang Skor Kriteria kinerja guru

17 - 20 Sangat Baik 13 - 16 Baik 9 - 12 Cukup 5 - 8 Kurang 0 - 4 Sangat Kurang

2. Analisis data observasi aktivitas siswa

Data analisis aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran kemudian dianalisis. Lembar observasi aktivitas siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut:


(56)

b) Menghitung persentase tingkat aktivitas siswa.

Menurut Depdiknas (2003), persentase tingkat aktivitas siswa dapat diukur dengan rumus :

% 100

x N

n Persentase=

Keterangan :

n : Jumlah skor yang diperoleh siswa

N : Jumlah skor maksimal seluruh aktivitas siswa

c) Penilaian kualitas aktivitas siswa dilakukan dengan mengkonfirmasikan persentase tingkat aktivitas siwa dengan parameter sebagai berikut :

Tabel 5 Kriteria Keaktifan Siswa Tingkat Penguasaan Kriteria

85% - 100% Sangat Aktif 70% - 84% Aktif 60% - 69% Cukup Aktif 50% - 59% Kurang Aktif 0% - 49% Tidak Aktif

d) Menghitung penilaian aktivitas siswa secara klasikal. Menurut Depdiknas (2003) rata-rata aktivitas siswa secara klasikal dapat dihitung dengan rumus :

% 100

x n ni P

=

Keterangan :


(57)

∑ ni : Jumlah siswa yang tuntas secara individu (sangat aktif dan aktif)

∑ n : Jumlah total siswa 3. Penilaian afektif dan psikomotorik

Hasil skor yang diperoleh dalam penilaian afektif dan psikomotorik dianalisis secara deskriptif persentase dengan rumus:

% 100

% x

N n

Np =

Keterangan :

Np% : Persentase hasil belajar afektif atau psikomotorik siswa n : Jumlah skor yang diperoleh

N : Jumlah skor maksimal

Penetapan kriteria ketuntasan belajar ranah afektif dan psikomotorik didasarkan atas KKM yang telah disepakati dengan guru. Siswa dikatakan tuntas belajar untuk ranah afektif dan psikomotorik apabila mendapatkan 65%.

4. Penskoran hasil belajar kognitif

Data hasil belajar kognitif didapat dari hasil tes dan nilai LKS kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

3 2NT LKS

NH = +

Keterangan:

NH : Nilai Hasil Belajar Kognitif

LKS : Nilai Lembar Kerja Siswa mengamati lingkungan NT : Nilai Tes


(58)

Untuk nilai tes ketentuan penskorannya adalah dengan cara memberi skor 1 pada jawaban yang benar dan skor 0 pada jawaban yang salah. Tes akhir dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Kriteria yang digunakan yaitu apabila siswa memperoleh nilai minimal 65 berarti siswa telah tuntas belajar dan apabila siswa memperoleh nilai kurang dari 65 maka dikatakan siswa belum tuntas belajar. Untuk penilaian hasil belajar (kognitif), digunakan rumus:

Jumlah jawaban benar

Nilai Siswa = x 100 Jumlah seluruh soal

Untuk mengetahui seberapa jauh ketuntasan belajar siswa, maka peneliti perlu menghitung persentase ketuntasan belajar kelas yaitu dengan rumus sebagai berikut:

∑sb

Ketuntasan belajar kelas = x 100

∑k Keterangan:

∑sb : jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 65 % (afektif) atau ≥ 65% (psikomotorik) atau 65 (kognitif)

∑k : jumlah siswa dalam sampel. (Sudjana 2002)

5. Analisis tanggapan siswa

Data tanggapan siswa berupa angket yang diberikan kepada siswa sebagai umpan balik terhadap kegiatan pembelajaran luar ruang yang


(59)

berlangsung. Data lembar angket tanggapan siswa dianalisis dengan pemberian skor 1 untuk jawaban ya, dan skor 0 untuk jawaban tidak. Dari data tersebut kemudian masing-masing option dianalisis persentasenya dengan menggunakan rumus :

Jumlah siswa yang menjawab

Persentase kepuasan siswa = x 100%

Banyaknya Individu

Menurut Ali (1992) kriteria persentase angket tanggapan siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 6 Kriteria Tingkat Kepuasan Siswa dalam Pembelajaran Rentang Presentase Kriteria

80%-100% Sangat Puas

61%-79% Puas

30%-60% kurang Puas


(60)

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 29 Maret sampai dengan 14 April 2011 di SMA Negeri 1 Tuntang pada kelas X1, X2, X3 dan X4. Hasil penelitian meliputi aktivitas siswa selama proses pembelajaran, belajar siswa, kinerja guru dalam pembelajaran, angket tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dan wawancara dengan guru mengenai pembelajaran yang menggunakan strategi OLP (Outdoor Learning Process) pada materi keanekaragaman hayati.

1. Aktivitas Siswa

Hasil observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang diamati terdiri atas sepuluh aspek, yaitu aspek 1 (Bekerjasama dalam melakukan penyelidikan), aspek 2 (Melakukan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran), aspek 3 (Melakukan diskusi kelompok), aspek 4 (Menganalisis dan mengevaluasi hasil pengamatan), aspek 5 (Mempresentasikan hasil pengamatan di depan kelas), aspek 7 (Kemampuan mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari), aspek 8 (Memperhatikan penjelasan dari guru), 9 (Aktif bertanya), 10 (Membuat catatan materi). Tingkat aktivitas siswa secara klasikal ditentukan berdasarkan jumlah siswa yang memperoleh kriteria sangat aktif, aktif, dan cukup aktif. Selanjutnya dihitung persentasenya dan dikonfirmasikan dengan parameter.


(61)

Hasil observasi aktivitas siswa disajikan dalam Tabel 7, sedangkan persentase distribusi aktivitas siswa secara klasikal di kelas X1, X2, X3, dan X4 dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa tingkat aktivitas siswa secara klasikal baik di kelas X1, X2, X3, dan X4 sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu ≥ 75% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut mencapai kriteria cukup aktif, aktif dan sangat aktif.

Tabel 7 Rekapitulasi aktivitas siswa selama pembelajaran

No Kategori % Skor Kriteria

Kelas

X.1 X.2 X.3 X.4

(%) (%) (%) (%) 1 85% - 100% sangat aktif 0 0 0 0 2 70% - 84% aktif 62 70 52 52 3 60% - 69% cukup aktif 24 30 45 42 4 50% - 59% kurang aktif 14 0 3 6 5 0% - 49% tidak aktif 0 0 0 0 Persentase aktivitas siswa secara klasikal

86 100 97 94 yang memenuhi kriteria sangat aktif, aktif

dan cukup aktif(%)


(62)

Gambar 3 Persentase distribusi aktivitas siswa secara klasikal di kelas X1, X2, X3, dan X4

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar kognitif diukur berdasarkan nilai LKS dan nilai tes akhir. Siswa dikatakan memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimal) jika hasil belajarnya ≥ 65.

Tabel 8 Rekapitulasi hasil belajar dan ketuntasan belajar ranah kognitif

Variasi Kelas


(63)

Jumlah siswa 29 30 31 31 Rata-rata 71.45 74.87 70.60 76.28 Nilai tertinggi 85.00 90.00 81.31 89.09 Nilai terendah 56.67 62.88 54.67 62.42 Siswa tuntas 26 29 25 29 Siswa tidak tuntas 3 1 6 2 Ketuntasan klasikal 90 97 81 94 Ketuntasan klasikal

rata2 keempat kelas

90

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 28

Hasil belajar afektif dinilai oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung dengan lembar observasi. Siswa dikatakan memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimal) jika hasil belajarnya ≥ 65.

Tabel 9 Rekapitulasi hasil belajar dan ketuntasan belajar ranah afektif

Variasi Kelas

X.1 X.2 X.3 X.4

Jumlah siswa 29 30 31 31 Rata-rata 69.83 72.78 70.97 69.09 Nilai tertinggi 83.33 91.67 91.67 83.33 Nilai terendah 50 66.67 50.00 58.33 Siswa tuntas 26 30 28 28 Siswa tidak tuntas 3 0 3 3 Ketuntasan klasikal 90 100 90 90 Ketuntasan klasikal

rata2 keempat kelas


(64)

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 28

Hasil belajar psikomotorik dinilai oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung dengan lembar observasi. Siswa dikatakan memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimal) jika hasil belajarnya ≥ 65.

Tabel 10 Rekapitulasi hasil belajar dan ketuntasan belajar ranah psikomotorik

Variasi Kelas

X.1 X.2 X.3 X.4

Jumlah siswa 29 30 31 31 Rata-rata 76.25 84.44 76.70 80.29 Nilai tertinggi 88.89 88.89 88.89 88.89 Nilai terendah 55.56 66.67 55.56 66.67 Siswa tuntas 26 30 24 31 Siswa tidak tuntas 3 0 7 0 Ketuntasan klasikal 90 100 77 100 Ketuntasan klasikal

rata2 keempat kelas

92

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 28

Tabel 8, 9 dan 10 diketahui hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik di kelas X1, X2, X3, dan X4 sudah efektif karena rata-rata nilai yang dicapai ≥ 65 dan persentase ketuntasan klasikal ≥ 75. Persentase ketuntasan klasikal kelas X2 lebih tinggi dibandingkan dengan pesentase ketuntasan klasikal kelas X1, X3, dan X4.


(65)

3. Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Data hasil observasi kinerja guru digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP yang telah disusun. Kinerja guru yang diamati terdiri atas dua puluh aspek. Dimana jika guru melakukan kegiatan yang ada dalam masing-masing aspek di lembar observasi maka mendapat skor 1 dan jika guru tidak melakukan kegiatan tersebut maka skor yang diperoleh adalah 0. Skor yang di dapat di tentukan kriterianya berdasarkan parameter yang telah ditetapkan. Data hasil kinerja guru disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Kinerja guru dalam proses pembelajaran

No Variansi

Kelas

X1 X2 X3 X4

1 ∑ Skor 17 17 17 17

2 Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Rata-rata keempat kelas 17

Kriteria Sangat Baik

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 30

Dari Tabel 11 tampak bahwa kinerja guru di kelas X1, X2, X3, dan X4 mempunyai kriteria sangat baik. Dari dua puluh aspek yang diamati, guru melakukan 17 aspek.

Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran, guru memberikan salam pembuka. Menyampaikan indikator pembelajaran dan menuliskan topik yang akan dipelajari di papan tulis. Memotivasi siswa agar tertarik mengikuti pembelajaran sehingga siswa akan lebih senang dan aktif. Dan memberikan pertanyaan yang mengarahkan siswa menuju materi keanekaragaman hayati.


(66)

Kegiatan inti dalam pembelajaran, guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan di luar ruang, guru juga membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Untuk membagikan LKS dan menjelaskan LKS, guru dibantu oleh peneliti yang dalam hal ini juga sebagai observer. Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam pengamatan, berdiskusi kelompok dan diskusi kelas, membenarkan pernyataan siswa yang masih salah, memberikan kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan, membimbing siswa menyimpulkan hasil pengamatan dengan teori.

Kegiatan penutup dalam pembelajaran, guru tidak mengajak siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan karena keterbatasan waktu. Tetapi guru sudah mengingatkan siswa untuk mengerjakan tugas untuk pertemuan berikutnya. Menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Dan memberikan salam penutup.

4. Tanggapan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran

Tanggapan siswa terhadap penerapan OLP (Outdoor Learning Process) pada materi keanekaragaman hayati diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada siswa. Angket berisi 10 pertanyaan mengenai sejauh mana penerimaan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dengan strategi OLP dan pendekatan JAS (Jelajar Alam Sekitar). Pemberian angket dilakukan pada akhir pembelajaran pertemuan terakhir (setelah evaluasi), hasil tanggapan siswa disajikan pada Tabel 12 di bawah ini.


(67)

35 keanekaragaman hayati di SMA N 1 Tuntang

No Kriteria X1 X2 X3 X4 Rata item

∑ Skor % ∑ Skor % ∑ Skor % ∑ Skor % soal (%)

1 Kegiatan OLP menarik perhatian siswa. 29 100 30 100 24 77 31 100 94 2 Siswa lebih senang mengikuti pembelajaran dengan OLP

dari pada di ruang kelas. 29 100 30 100 29 94 30 97 98 3 OLP sebagai kegiatan belajar sambil bermain. 26 90 30 100 31 100 31 100 97 4 OLP berpengaruh baik terhadap pemahaman siswa. 29 100 30 100 30 97 30 97 98 5 OLP menjadikan siswa merasa termotivasi dalam belajar

biologi. 27 93 29 97 29 94 27 87 93

6 Aktivitas siswa dengan OLP menjadi lebih aktif. 24 83 29 97 28 90 29 94 91 7 OLP dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah secara

optimal. 24 83 28 93 28 90 27 87 88

8 LKS yang diberikan guru membantu dalam kegiatan OLP. 28 97 29 97 29 94 27 87 93 9 OLP sesuai diterapkan pada materi keanekaragaman hayati. 27 93 29 97 30 97 31 100 97 10 Siswa setuju OLP diterapkan dalam pembelajaran biologi

materi yang lain. 27 93 29 97 29 94 30 97 95

Persentase perkelas 93 98 93 95

Persentase skor ke-4 kelas : 94

Kriteria : Sangat Puas

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 29


(68)

Tabel 12 diketahui bahwa siswa memberikan tanggapan sangat baik terhadap pembelajaran materi keanekaragaman hayati dengan strategi pembelajaran OLP dan pendekatan JAS. Hal ini ditunjukkan dengan persentase skor yang diperoleh dari hasil perhitungan angket tanggapan siswa sebesar 94% dengan kriteria sangat puas. Selain dari data pertanyaan dalam angket, siswa juga menuliskan komentarnya. Komentar-komentar yang mereka tulis, dapat disimpulkan:

a. OLP dapat menghilangkan kejenuhan belajar di kelas. Kami dapat menghirup udara segar dan dapat bekerjasama dengan teman-teman sehingga kami semakin kompak.

b. Mempermudah pemahaman kami terhadap materi yang disampaikan karena langsung dapat melihat secara nyata contohnya di lingkungan sekolah.

c. OLP dapat mengamati dan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah secara optimal dan menyeluruh.

d. OLP sebaiknya sering dilaksanakan. Materi-materi lain terutama biologi yang memang dapat diamati langsung sebaiknya dilakukan dengan OLP.

e. Kegiatan pengamatan di luar ruangan ini membuat kami lebih semangat dan lebih aktif.

f. LKS yang diberikan sangat membantu kami dalam pengamatan. Sebaiknya LKS semacam ini sering diberikan oleh guru. Sehingga kami lebih semangat untuk mengerjakannya.


(69)

5. Tanggapan Guru Terhadap Proses Pembelajaran

Tanggapan guru melalui wawancara terhadap pembelajaran dengan OLP (Outdoor Learning Process) disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Rekapitulasi tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan OLP (Outdoor Learning Process)

No Pertanyaan Jawaban Guru

1 Kesan terhadap pembelajaran pada materi pokok keanekaragaman hayati khususnya kd 3.1 dengan menerapkan kegiatan OLP (Outdoor Learning Process).

Siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pengamatan. Mereka lebih bersemangat karena rasa keingintahuannya lebih besar.

2 Keaktifan siswa selama pembelajaran dengan menerapkan OLP (Outdoor Learning Process).

Siswa lebih aktif dari biasanya, mungkin juga karena ada faktor lain misalnya karena ada banyak observer yang biasanya tidak ada.

3 Suasana kelas saat pembelajaran di luar ruang kelas.

Sedikit ramai tetapi wajar karena lingkungan pengamatan yang luas.

4 Kesulitan yang ditemukan dalam menerapkan OLP (Outdoor Learning Process)

Pengawasan terhadap siswa, kalau mungkin dilakukan tanpa bantuan observer hasilnya tidak optimal.


(70)

OLP (Outdoor Learning Process). jenuh, lebih mengenal potensi daerah, siswa lebih aktif. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

Kekurangan : faktor pengawasan siswanya. Atau mungkin juga sekolah harus lebih banyak melakukan penanaman agar lebih banyak lagi yang diamati siswa. 6 Menerapkan OLP (Outdoor Learning Process)

pada materi-materi yang lain dan materi-materi biologi yang sesuai diterapkan dengan OLP

Tentu saja ingin saya terapkan lagi, mengingat siswa juga senang dan mampu memacu keaktifannya. Materinya bisa tentang ekosistem, identifikasi tanaman atau makhluk hidup dan lain-lain.

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 26 B. Pembahasan

Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya adalah 2 jam pelajaran (2x45 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan di luar ruangan yaitu pengamatan keanekaragaman hayati di lingkungan sekolah. Pertemuan kedua dilaksanakan di dalam ruangan dengan kegiatan diskusi hasil pengamatan dan ulangan harian.

Pembelajaran dengan OLP yang telah dilaksanakan tediri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam tahap persiapan guru dan siswa menentukan objek yang akan diamati, alat dan bahan yang digunakan, tempat pengamatan tidak terlalu jauh dari kelas sehingga dapat


(1)

D-03 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 D-04 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 D-05 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 D-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-08 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 D-09 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-10 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 D-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 D-15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 D-17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 D-18 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 D-19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 D-20 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 D-21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-25 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 D-26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 D-31 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 ∑ Skor 31 30 31 30 27 29 27 27 31 30

% kepuasan 100 96.8 100 96.8 87.1 93.5 87.1 87.1 100 96.8

Kriteria SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP

Keterangan :

Rentang Presentase Kriteria 80% - 100% Sangat Puas (SP) 61% - 79% Puas ( P )

30% - 60% Kurang Puas (KP) < 29% Tidak Puas (TP)


(2)

Lampiran 28

Tabel 12 Rekapitulasi presentase hasil tanggapan siswa terhadap penerapan OLP

Item Kelas X1 Kelas X2 Kelas X3 Kelas X4 Rata2 item

Soal

Skor %

Skor %

Skor %

Skor % soal (%) 1 29 100 30 100 24 77 31 100 94 2 29 100 30 100 29 94 30 97 98 3 26 90 30 100 31 100 31 100 97 4 29 100 30 100 30 97 30 97 98 5 27 93 29 97 29 94 27 87 93 6 24 83 29 97 28 90 29 94 91 7 24 83 28 93 28 90 27 87 88 8 28 97 29 97 29 94 27 87 93 9 27 93 29 97 30 97 31 100 97 10 27 93 29 97 29 94 30 97 95 Persentase

93 98 93 95 perkelas

Persentase skor keempat kelas 94 Kriteria Sangat Puas


(3)

Rekapitulasi Data Kinerja Guru

Aspek ke- Kelas

X.1 X.2 X.3 X.4

1 1 1 1 1

2 1 1 1 1

3 1 1 1 1

4 1 1 1 1

5 1 1 1 1

6 1 1 1 1

7 1 1 1 1

8 0 0 0 0

9 0 0 0 0

10 1 1 1 1

11 1 1 1 1

12 1 1 1 1

13 1 1 1 1

14 1 1 1 1

15 1 1 1 1

16 1 1 1 1

17 0 0 0 0

18 1 1 1 1

19 1 1 1 1

20 1 1 1 1

∑Skor 17 17 17 17

Kriteria SB SB SB SB

Keterangan :

Rentang Skor Kriteria kinerja guru 17 s/d 20 Sangat Baik


(4)

(SB)

13 s/d 16 Baik ( B ) 9 s/d 12 Cukup ( C )

5 s/d 8

Kurang ( K )

0 s/d 4

Sangat Kurang (SK)

Lampiran 29

Tabel 11 Kinerja guru dalam proses pembelajaran

No Variansi Kelas

X1 X2 X3 X4

1 ∑ Skor 17 17 17 17

2

Kriteria

Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

Sangat Baik Rata-rata keempat kelas 17

Kriteria Sangat

Baik

Lampiran 30


(5)

Gambar Keterangan

Uji coba soal di kelas XI IPA.

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Pembelajaran dengan strategi OLP (Outdoor

Learning Process) pendekatan JAS.


(6)

Guru mengamati kegiatan siswa.

Kegiatan pengamatan kelas X4.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING PROCESS BERBANTU PUZZLE BLOCKS MATERI EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

6 27 251

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING PROCESS (OLP) MENGGUNAKAN MEDIA BELAJAR PAPAN KLASIFIKASI TUMBUHAN PADA MATERI KLASIFIKASI TUMBUHAN DI SMA N 1 JEKULO

1 25 150

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA SMA N 14 SEMARANG

17 150 284

PENERAPAN STRATEGI GALLERY OF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP PADA SISWA PENERAPAN STRATEGI GALLERY OF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP PADA SISWA

0 0 14

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN PEMBELAJARAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 JA

0 0 14

Penerapan Pendekatan JAS pada Materi Keanekaragaman Protista Didukung Media Film terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa.

0 0 1

(ABSTRAK) PENERAPAN OLP (OUTDOOR LEARNING PROCESS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA N 1 TUNTANG PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI.

0 0 2

PENGARUH OUTDOOR LEARNING PADA MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

2 1 7

PENGARUH METODE OUTDOOR LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SPERMATOPHYTA SMA

0 1 12

PENGARUH MODEL STAD BERBANTUAN FLIPBOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

0 0 11