PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA SMA N 14 SEMARANG

(1)

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

PADA MATERI HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN

AKTIVITAS SISWA SMA N 14 SEMARANG

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Putri Yunita Septiyani 4301411011

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada :

Hari : Kamis Tanggal : 28 Mei 2015

Semarang, 28 Mei 2015

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Saptorini, M.pi Dr. Antonius Tri Widodo


(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “ Penerapan Model Project Based Learning Pada Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa SMA 14 Semarang “ dan seluruh

isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 28 Mei 2015

Putri Yunita Septiyani NIM. 4301411011


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Penerapan Model Project Based Learning Pada Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa SMA 14 Semarang

disusun oleh

Putri Yunita Septiyani 4301411011

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada Tanggal 28 Mei 2015

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M. Si Dra. Woro Sumarni, M.Si

196310121988031001 196507231999032001

Ketua Penguji

Drs. Ersanghono Kusumo, MS 195405101980121002

Anggota Penguji/ Anggota penguji/

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Saptorini, M.pi Dr. Antonius Tri Widodo


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kita tak harus hebat saat memulai, namun kita harus memulai untuk menjadi hebat (Emha Ainun Najib)

“Not because our intelligence, but our attitude that will lift us into a better life”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Kupersembahkan untuk orang-orang yang paling kusayangi :

.

1. Kedua orang tuaku, Bapak Purwanto dan Ibu Yuyun Yuningsih, terima kasih untuk kasih

sayangnya dan senantiasa memberikan do’a,

semangat serta dukungan di setiap langkah hidupku.

2. Adikku Rifqi Dwi Yunanto, Ivana Yunita Septriana dan keluarga yang menjadi bayangan semangatku.

3. Willy Irmawan, teman hidupku dalam membagi kisah senang maupun sedih & terima kasih untuk segala pengorbananya.

4. Teman-teman Pendidikan Kimia 2011 serta semua pihak yang memberikan masukan.

5. Sahabat D’NN kost terima kasih atas kebersamaannya.

6. Almamaterku UNNES yang memberikanku pengetahuan, pengajaran, fasilitas, pengalaman, dan keluarga selama aku menempuh pendidikan


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Project Based Learning Pada Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi untuk

Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa SMA N 14 Semarang ”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Dra. Woro Sumarni,M.Si, Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang. 4. Dra. Saptorini, M.pi, Dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu

memberikan arahan, ide, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Antonius Tri Widodo, Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 6. Drs. Soeprodjo, MS, Dosen wali yang telah memberikan arahan dan motivasi

kepada penulis selama masa kuliah.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

8. Dra, Hj. Wiji Eny N.R.M.Pd, Kepala SMA N 14 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian

9. Dra. Siti Nanik Pintosih,S.Pd, Guru Kimia kelas X SMA N 14 Semarang yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan pada pelaksanaan penelitian ini. 10.Guru-guru, karyawan, dan siswa-siswi kelas X SMA N 14 Semarang yang

telah membantu dalam penelitian ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat, dan pembaca.

Semarang, 28 Mei 2015


(8)

viii

ABSTRAK

Septiyani, Putri Yunita. 2015. Penerapan Model Project Based Learning Pada Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa SMA N 14 Semarang.Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Saptorini, M.Pi, Pembimbing Pendamping Dr. Antonius Tri Widodo.

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Model Project Based Learning.

Salah satu penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa adalah proses pembelajaran yang masih didominasi metode ceramah yang berpusat pada guru sehingga siswa tidak termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembealajaran. Suatu proses belajar dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat membangkitkan aktivitas belajar yang efektif. Dalam usaha peningkatan aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa, diperlukan adanya inovasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa yang rendah terjadi pada banyak mata pelajaran, temasuk kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan penerapan project based learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi di SMA N 14 Semarang tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian yang dilakukan tergolong sebagai penelitian eksperimen dengan desain yang digunakan adalah pretest postest control group. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data adalah soal tes berbentuk multiple choice, observasi, dokumentasi, dan angket. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Secara kuantitatif, data penelitian dihitung besar peningkatan hasil rerata dan menentukan kriteria interval kelas tertentu. Hasil analisis data menunjukan adanya peningkatan hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model

project based learning berturut-turut sebesar 61 % dan 65 % termasuk kriteria sedang. Hasil uji t-test pada hasil belajar kognitif dan aktivitas diperoleh harga t hitung

sebesar 3,2674 lebih dari 1,668 dengan taraf signifikansi 5%, dan derajat kebebasan 68 dan untuk hasil uji t-test aktivitas siswa t hitung sebesar 11,2317 lebih dari t tabel

1,668 hal ini berarti rata-rata hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa kelas kontrol setelah adanya penerapan project based learning. Rata-rata skor total aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah 27,58 dan 25,88. rata-rata skor total aspek psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah 27,19 dan 24,99. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan project based learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa SMA N 14 Semarang.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ··· i

HALAMAN PERSETUJUAN ··· ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ··· iii

HALAMAN PENGESAHAN ··· iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ··· v

KATA PENGANTAR ··· vi

ABSTRAK ··· viii

DAFTAR ISI ··· ix

DAFTAR TABEL ··· xii

DAFTAR GAMBAR ··· xiv

DAFTAR LAMPIRAN ··· xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ··· 1

1.2 Rumusan Masalah ··· 7

1.3 Tujuan Penelitian ··· 7

1.4 Manfaat Penelitian ··· 7

1.5 Penegasan Istilah ··· 9

1.5.1 Model Project Based Learning ··· 9

1.5.2 Hasil Belajar ··· 10

1.5.3 Aktivitas Belajar ··· 11

1.5.4 Hidrokarbon dan Minyak Bumi ··· 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ··· 12

2.2 Pembelajaran ··· 14

2.3 Hasil Belajar ··· 14

2.4 Model Project Based Learninng ··· 16


(10)

x

2.6 Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi ··· 27

2.6.1 Hidrokarbon ··· 27

2.6.2 Kekhasan atom karbon··· 28

2.6.3 Pengelompokan Senyawa karbon ··· 30

2.6.4 Sifat-sifat hidrokarbon ··· 31

2.6.5 Isomer ··· 34

2.6.6 Minyak Bumi ··· 36

2.7 Kerangka Berfikir ··· 41

2.8 Hipotesis Penelitian ··· 45

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan sampel penelitian ··· 46

3.2 Variabel Penelitian ··· 47

3.3 Desain Penelitian ··· 48

3.4 Metode Pengumpulan Data ··· 49

3.5 Prosedur Penelitian ··· 52

3.7 Analisis Data ··· 65

3.7.1 Analisis Data Tahap Awal ··· 65

3.7.2 Analisis Data tahap Akhir ··· 68

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ··· 74

4.1.1 Pelaksanaan Penelitan ··· 74

4.1.2 Analisis Data Awal ··· 74

4.1.3 Analisis Data Akhir ··· 77

4.2 Pembahasan ··· 91

4.2.1 Proses Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen ··· 93

4.2.2 Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol ··· 95

4.2.3 Perbandingan Hasil Belajar ··· 96

4.2.4 Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ··· 101


(11)

xi BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ··· 107

5.2 Saran ··· 108

DAFTAR PUSTAKA ··· 109


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Aktivitas Belajar Peserta Didik ··· 27

3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas X-MIA SMA N 14 Semarang ··· 46

3.2 Bagan Desain Penelitian Control Group Pretest dan Postet ··· 49

3.3 Tabel Interpretasi r ··· 59

3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ··· 62

3.5 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Ujicoba ··· 64

3.6 Tabel Nilai Pernyataan ··· 72

4.1 Hasil Analisis Uji Normalitas Data Populasi ··· 75

4.2 Hasil analisis Uji Homogenitas Data populasi ··· 76

4.3 Hasil Analisis Kesamaan rata-rata ··· 76

4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas Data Akhir ··· 77

4.5 Hasil Analisis Uji Gain Peningkatan Hasil Belajar Kalsikal ··· 80

4.6 Hasil Analisis Uji Gain Peningkatan Aktivitas Belajar Klasikal ··· 82

4.7 Hasil Analisis Presentase Skor Deskriptif Aspek Afektif Siswa ··· 83

4.8 Hasil Analisis rata-rata tiap aspek Afektif kelas eksperimen ··· 84

4.9 Hasil Analisis rata-rata tiap aspek Afektif kelas kontol ··· 84

4.10 Hasil Analisis Presentase Skor Deskriptif Aspek Psikomotorik Siswa ···· 86


(13)

xiii

4.12 Hasil Analisis rata-rata Tiap aspek Psikomotorik Kelas Kontrol ··· 87 4.13 Hasil Analisis Data Angket ··· 89 4.14 Nilai Produk Kelas Ekperimen ··· 101


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Contoh senyawa aromatik (benzena) ··· 29

2.2 Rumus struktur siklopropana atau siklopentana ··· 29

2.3 Rumus struktur heterosiklik ··· 30

2.4 Cis-2-butena dan Trans-2-butena ··· 35

2.5 Kerangka berfikir ··· 44

3.1 Alur penelitian ··· 54

4.1 N-gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ··· 81

4.2 Grafik Uji N-gain Peningkatan Aktivitas Belajar Klasikal ··· 82

4.3 Rata-rata skor Tiap Indikator Aktivitas Siswa ··· 82

4.4 Grafik Rata-rata Hasil Belajar Afektif ··· 85

4.5 Grafik Hasil Rata-rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik ··· 87

4.6 Grafik Presentase Skor Data Angket ··· 90

4.7 Grafik Hasil Rata-rata Skor Tiap Aspek Data angket ··· 90


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ··· 113

Lampiran 2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ··· 114

Lampiran 3. Daftar Nilai Ulangan Siswa Kelas X SMA N 14 Semarang ·· 115

Lampiran 4. Uji Normalitas Populasi ··· 116

Lampiran 5. Uji Homogenitas Populasi ··· 120

Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Ujicoba Instrumen ··· 121

Lampiran 7. Lembar Soal Ujicoba ··· 123

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Ujicoba ··· 132

Lampiran 9. Analisis Hasil Ujicoba ··· 133

Lampiran 10. Perhitungan Daya Beda Soal ··· 143

Lampiran 11. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ··· 144

Lampiran 12. Perhitungan Reliabilitas Instrumen Tes Ujicoba... ··· 145

Lampiran 13. Perhitungan Valditas Soal··· 146

Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Ujicoba. ··· 147

Lampiran 15. Silabus Kelas Eksperimen ··· 149

Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ··· 153

Lampiran 17. Silabus Kelas Kontrol . ··· 187

Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ··· 191

Lampiran 19. Kis-kisi Soal Pre-Test ··· 199

Lampiran 20. Lembar Soal Pre-Test ··· 201

Lampiran 21. Kunci Jawaban Pre-Test ··· 206

Lampiran 22. Data Nilai Pre-Test Kelompok Eksperimen dan Kelas Kontrol ··· 207

Lampiran 23. Uji Normalitas Pre-Test Kelas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ··· 208

Lampiran 24. Analisis Kesamaan Rata-rata Kelompok Eksperimen dan Kontrol ··· 210


(16)

xvi

Lampiran 25. Kisi-kisi Soal Post-Test ··· 211

Lampiran 26. Lembar Soal Post-Test ··· 213

Lampiran 27. Kunci Jawaban Post-Test ··· 218

Lampiran 28. Data Nilai Post-Test ··· 219

Lampiran 29. Uji Normalitas Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ··· 220

Lampiran 30. Uji Perbedaan Dua Rata-rata (1 pihak Kanan) Data Aktivitas Siswa ··· 222

Lampiran 31. Uji Perbedaan Dua Rata-rata (1 pihak Kanan) Data Post-Test ··· 224

Lampiran 32. Uji N-Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ··· 226

Lampiran 33. Uji N-Gain Aktivitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ·· 227

Lampiran 34. Rekapitulasi Data Ranah Afektif Kelas Ekperimen ··· 228

Lampiran 35. Rekapitulasi Data Ranah Afektif Kelas Kontrol ··· 230

Lampiran 36. Rekapitulasi Data Ranah Psikomotorik Kelas Ekperimen ···· 232

Lampiran 37. Rekapitulasi Data Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol ··· 234

Lampiran 38. Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ··· 236

Lampiran 39. Rekapitulasi Data Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ··· 238

Lampiran 40. Data Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ··· 240

Lampiran 41. Data Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ··· 241

Lampiran 42. Data Nilai Afektif Siswa ··· 242

Lampiran 43. Data Nilai Psikomotorik Siswa ··· 243

Lampiran 44. Data Nilai Aktivitas Siswa ··· 244

Lampiran 45. Rekapitulasi Skor Data Angket ··· 245

Lampiran 46. Presentase Skor Data Angket ··· 246

Lampiran 47. Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Afektif ··· 247

Lampiran 48. Perhitungan Reliabilitas Lembar Psikomotorik ··· 249

Lampiran 49. Perhitungan Reliabilitas Angket ··· 251


(17)

xvii

Lampiran 51. Data Nilai Laporan Paktikum Siswa ··· 253 Lampiran 52. Dokumentasi ··· 254 Lampiran 53. Contoh Pembuatan Produk··· 256


(18)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan merupakan proses manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Keberhasilan pendidikan juga diukur dari proses pembelajaran yang terjadi. Keberhasilan pembelajaran diukur berdasarkan ketercapaian kompetensi yang ditetapkan pada awal pembelajaran. Semua pihak yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yaitu siswa dan guru harus mengetahui arah pembelajaran. Kedua belah pihak harus bekerja sama, sehingga tercapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Dalam pelakasanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan langkah-langkah agar tujuan belajar dapat tercapai. Hal yang perlu dilakukan adalah guru harus menggunakan strategi atau metode belajar yang cocok dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Selain itu guru juga harus memiliki kemampuan dan kreatifitas dalam menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk belajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Kesulitan siswa dalam mempelajari kimia tergantung dari cara guru mengajar mata pelajaran yang bersangkutan kepada siswa. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan membosankan bagi siswa.


(19)

2

Pada kenyataannya mata pelajaran kimia ini sangat luas keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan media pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan adanya kesenjangan antara pemahaman konsep dan penerapan konsep dalam memahami dan mengembangkan materi kimia. Banyak siswa yang belum berhasil dalam mempelajari suatu materi kimia. Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan anggapan bahwa mata pelajaran kimia itu sulit yaitu perlu adanya pembelajaran yang lebih kreatif, inovatif, dan bermakna dengan metode pembelajaran yang tidak hanya dilaksanakan secara satu arah tapi disini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus tepaku dengan menggunakan satu metode tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian siswa (Djamarah, 2010: 46).

Materi hidrokarbon dan minyak bumi merupakan materi yang membutuhkan pemahaman konsep lebih, apabila siswa kurang memahami konsep mereka akan kesulitan dalam mempelajari materi. Materi pokok hidrokarbon dan minyak bumi mencakup rumus senyawa-senyawa serta sifat fisis dan reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa hidrokarbon, pemisahan komponen penyusun minyak bumi. Dalam materi ini juga banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, siswa tidak mengetahui keterkaitan antara materi dengan kehidupan sehari-hari, mereka hanya berpedoman pada bahan ajar yang diberikan oleh guru. Hal ini membatasi pengetahuan dan menjadikan siswa cepat bosan selama pelajaran.


(20)

3

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Negeri 14 Semarang yaitu Ibu Siti Nanik Pintosih, S.Pd menyatakan bahwa siswa kelas X mengalami kesulitan dalam memahami materi hidrokarbon dan minyak bumi, siswa kurang mengerti konsep reaksi hidrokarbon dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar rata-rata siswa kelas X dalam materi hidrokarbon dan minyak

bumi belum memenuhi nilai KKM ≥ 75. Belum tercapainya ketuntasan belajar kimia

ini disebabkan oleh lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep kimia, pada kenyataannya guru sudah mencoba dengan berbagai macam model pembelajaran agar siswa dapat memahami suatu materi dengan baik tetapi hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal. Selain itu guru bidang studi kimia menyatakan bahwa siswa kurang aktif dan antusias selama pembelajaran dikelas, baik saat diskusi maupun saat pembelajaran berlangsung. Guru menyatakan bahwa pada dasarnya siswa memiliki potensi yang besar dalam pembelajaran karena banyak siswa yang memiliki keberanian, rasa ingin tahu dan kreativitas yang tinggi, hanya saja mereka belum dapat menggali pengetahuan yang seharusnya mereka dapatkan.

Suatu proses belajar dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat membangkitkan aktivitas belajar yang efektif. Syarat utama suksesnya pengajaran adalah „hasilnya‟, tetapi harus diingat bahwa dalam menilai atau menerjemahkan

„hasil‟ harus secara cermat dan tepat dengan memperhatikan prosesnya, karena dalam

proses inilah siswa dapat dilibatkan keaktifan/aktivitas. Menurut Hamalik (2008: 90) , aktivitas belajar dapat meliputi aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas pendengaran, aktivitas menulis, aktivitas menggambar, aktivitas metrik, aktivitas mental maupun


(21)

4

aktivitas emosional. Aktivitas tersebut tidak saling terpisahkan satu sama lain, sebab untuk mempelajari mata pelajaran memerlukan aktivitas belajar yang saling berhubungan.

Pentingnya aktivitas belajar atau keaktifan siswa pada mata pelajaran kimia didasarkan pada sifat mata pelajaran itu sendiri, kebanyakan siswa di SMA mengganggap mata pelajaran kimia rumit dan sulit dimengerti sehingga diperlukan suatu cara dalam mengatasi agar mata pelajaran tersebut mendapat respon yang tinggi dari siswa. Oleh karena itu, diperlukan aktivitas siswa untuk dapat memahami dan menguasai materi yang diberikan.

Kurikulum pendidikan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMA) program IPA terdiri atas 13 mata pelajaran (mapel), muatan lokal (mulok), dan pengembangan diri. Kegiatan pembelajaran IPA yang selama ini dilakukan belum sepenuhnya mengarah pada peningkatkan keterampilan proses sains dan siswa atau cenderung mengarah pada aspek kognitif saja. Terlalu banyak informasi yang diberikan dalam waktu yang singkat membuat penyajian informasi menjadi kurang bermakna sehingga peserta didik merasa kesulitan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Diperlukan pembelajaran kontekstual berbasis proyek cukup berpotensi meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) dan aktivitas ilmiah siswa dan keterampilan pemecahan masalah (Hayati, Muriani Nur et al., 2013).


(22)

5

Dalam usaha peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa, diperlukan adanya inovasi dalam pembelajaran yang relevan dengan keadaan siswa dan materi kimia yang dipelajari, seperti pembelajaran berbasis proyek. Menurut Thomas, sebagaimana dikutip oleh Wena (2011:144), pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Pembelajaran ini menekankan pada pengajaran yang berpusat pada siswa dengan penugasan proyek.Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan siswa untuk bekerja lebih otonom, untuk mengembangkan pembelajaran sendiri, lebih realistik dan menghasilkan suatu produk (Sastrika, Ida Ayu K et al., 2013). Kerja proyek memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang , dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan suatu permasalahan, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja secara mandiri (Wena: 2011: 144).

Keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek, yaitu: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, (3) meningkatkan keterampilan untuk mencari informasi, (4) meningkatkan kolaborasi, (5) meningkatkan keterampilan mengelola sumber yaitu bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks (Moursund, dalam Wena, 2011).

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan pembelajaran berbasis proyek diantaranya:


(23)

6

1) Marinda Ditya Putriari (2013) menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran Project Based Learning

(PBL), selain itu PBL efektif dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

2) Amanatul Munawaroh (2013) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

3) Wahyu Anggraini (2012) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan CTL melalui metode eksperimen dan metode proyek terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotorik siswa. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode proyek mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen.

4) Lia Puspita Dewi (2014) menyimpulkan bahwa metode proyek berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian-penelitian yang dilakukan di atas memberikan penguatan bahwa metode proyek memberikan dampak positif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Model Project Based Learning bisa dijadikan alternatif solusi yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan hasil belajar siswa SMA 14 Semarang. Selain itu metode proyek dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan aktivitas siswa.Berdasarkan latar belakang diatas merupakan dasar

penulis dalam melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Project Based Learning Pada Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi Untuk


(24)

7

1.2

Rumusan Masalah

Apakah penerapan model project based learning dapat meningkatakan hasil belajar dan aktivitas siswa SMA N 14 Semarang khususnya pada materi hidrokarbon dan minyak bumi?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model

project based learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa SMA N 14 Semarang?

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari melakukan penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan upaya pengembangan keterampilan menulis artikel sehingga dapat dipakai sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan pengetahuan tentang alternatif pembelajaran mengenai penerapan model Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa SMA N 14 Semarang khusunya dalam materi hidrokarbon dan minyak bumi.


(25)

8

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi para guru bidang studi kimia khususnya dan guru bidang studi lainnya. Para guru semakin kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswanya, supaya siswa tidak merasa jenuh. Guru harus menampilkan sesuatu yang menarik. Penelitian yang diselenggarakan diharapkan bermanfaat bagi :

a. Peneliti

Sebagai sarana penerapan model yang dipelajari dan peneliti dapat mengimplementasikan model pembelajaran yang diterapkan terhadap masalah yang ada.

b. Siswa

Pembekalan model pembelajaran berbasis proyek ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif mengolah informasi yang ada di kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kimia secara baik dan siswa lebih aktif lagi dalam belajar dari proyek yang mereka kerjakan.

c. Guru

Memberikan wawasan baru tentang pentingnya pemilihan dan penerapan suatu model pembelajaran dalam rangka mengembangkan, meningkatkan hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa pada setiap materi kimia.


(26)

9

d. Sekolah

Memperoleh hasil pengembangan ilmu dan mengetahui hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa pada materi hidrokarbon dan minyak bumi, sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan kebijakan untuk kemajuan dan pengembangan sekolah.

1.5

Penegasan Istilah

Agar diperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca maka perlu adanya penegasan istilah dalam penelitian ini. Penegasan istilah ini juga dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini.Adapun istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut.

1.5.1 Model Project Based Learning

Menurut Blumenfeld et al., sebagaimana dikutip oleh Yalcin (2009: 81-105),

Project Based Learning is a comprehensive approach to instruction in which students of any age, working individually or in groups, conducts an indepth investigation of a real world topic. When teachers successfully implement PBL, students can be highly motivated, feel actively involved in their own learning, and produce complex, high quality work. Artinya, pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan komprehensif, yang mengintruksikan semua kalangan siswa agar bekerja secara individual atau kelompok, melakukan kegiatan investigasi terhadap masalah di kehidupan nyata. Ketika guru berhasil melaksanakan model Project Based


(27)

10

Learning, siswa akan mendapatkan motivasi tinggi, siswa akan merasa aktif dalam setiap pembelajaran, menciptakan kegiatan yang kompleks, dan menghasilkan kualitas kerja tinggi.

Metode pembelajaran berbasis proyek merupakan metode pembelajaran yang mengacu pada filosofis konstruktivisme, yaitu pengetahuan merupakan hasil konstruksi kognitif melalui suatu aktivitas siswa yang meliputi keterampilan maupun sikap ilmiah siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan bermakna melalui pengalaman yang nyata. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri (IB.Siwa et al.,2013)

1.5.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari (Anni, 20012:69). Menurut Benyamin S. Bloom, sebagaimana dikutip oleh Anni (2012:70), menyampaikan tiga taksonomi yang disebut ranah belajar, yaitu ranah kognitif (Cognitive Domain), ranah afektif

(Affective Domain), ranah psikomotorik (Psychomotoric Domain). Hasil belajar ranah kognitif diukur dengan tes, sedangkan pada ranah afektif dan psikomotorik diukur dengan hasil pengamatan (observasi).


(28)

11

1.5.3 Aktivitas belajar

Nasution (1992:68) sebagaimana dikutip oleh Ningsih, menyatakan bahwa aktivitas merupakan azas yang terpenting dalam belajar. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktifitas yang optimal berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa (Munawaroh, A: 2013)

1.5.4 Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi

Hidrokarbon dan minyak bumi merupakan materi pelajaran yang diberikan pada siswa SMA kelas X semester 2 pada kurikulum 2006. Materi hidrokarbon dan minyak bumi dalam penelitian ini meliputi: kekhasan atom karbon; alkana, alkena dan alkuna, isomer, reaksi-reaksi hidrokarbon, kegunaan dan komposisi senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari, proses pembentukan minyak bumi, pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi, mutu bensin, dampak pembakaran minyak bumi.


(29)

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Belajar

Setiap orang baik disadari maupun tidak, selalu melaksanakan kegiatan belajar. Belajar juga dapat berupa pengalaman yang telah dialami dalam kehidupan sehari-hari dan menghasilkan perubahan. Efektivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah tidak semata-mata ditentukan oleh drajat pemilikian potensi peserta didik yang bersangkutan, melainkan juga lingkungan, tertama pendidik yang professional. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan sesorang.

Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar seseorang tersebut mampu memahami bahwa aktifitas belajar itu memegang peranan yang penting dalam proses

psikologisBerikut disajikan beberapa pengertian belajar (Anni & Rifa‟i, 2012: 65-66)

1) Gage dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman

2) Morgan menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relative permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.


(30)

13

3) Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman

4) Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli, tetapi pada dasarnya semua mempunyai pengertian yang hampir sama. Jika ditinjau dari uraian di atas, belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar atau objek belajar, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara sengaja dirancang, baik yang tampak maupun yang tidak tampak namun semuanya dapat dimanfaatkan.

Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Anni & Rifa‟i (2012:79), beberapa

prinsip belajar lama berasal dari teori dan penelitian tentang belajar masih relevan dengan beberapa prinsip lain. Beberapa prinsip yang dimaksud yaitu: keterdekatan

(contiguity), pengulangan (repetition), penguatan (reinforcement). Prinsip keterdekatan menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya degan respon yang diinginkan.Prinsip pengulangan menyatakan bahwa situasi stimulus perlu diulang-ulang, atau dipraktikan, agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar. Prinsip penguatan menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan.


(31)

14

Dengan kata lain pembelajar akan kuat motivasinya untuk mempelajari sesuatu yang baru apabila hasil belajar yang telah dicapai memeperoleh penguatan.

2.2

Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengajaran yang mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung (Ngalimun, 2014: 3).

Menurut Briggs, sebagaimana dikutip oleh Anni & Rifa‟i (2012: 157), pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan. Menurut Slameto (1995: 32), pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan.

2.3

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari. Oleh karena itu apabila peserta didik


(32)

15

mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siwa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam

tujuan pembelajaran (Anni & Rifa‟i, 2012: 65-66).

Menurut Benyamin S. Bloom, sebagaimana dikutip oleh Anni & Rifa‟i

(2012:70), menyampaikan tiga taksonomi yang disebut ranah belajar, yaitu:

a. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

b. Ranah Afektif (Affective Domain)

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai sengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), Pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (organization by a value complex)

c. Ranah Psikomotorik (Psychomotoric Domain)

Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis


(33)

16

perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson adalah persepsi

(perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex over response), penyesuaian

(adaptation), dan kreativitas (originality).

Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Dari informasi tersebut guru dapat menganalisis kegiatan pembelajaran yang telah dilakukkan baik untuk keseluruhan kelas ataupun individu. Beberapa fungsi hasil belajar adalah sebagai berikut :

a. Hasil belajar adalah indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah di kuasai oleh siswa.

b. Hasil belajar sebagai lambang kepuasan oleh siswa.

Hasil belajar adalah sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Hasil belajar dapat dijadikkan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan mutu ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.4

Model

Project Based Learning

Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan dan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan perangkat pembelajaran yang termasuk di dalamnya buku-buku, media


(34)

17

(film-film), tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum (Ngalimun, 2014: 27).

Menurut Joyce dan Weil (1992), sebagaimana dikutip oleh Ngalimun (2014: 28), menyatakan”Models of teaching are really models of learning. As we

help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of

expessing themselves, we are also teaching them how to learn”. Artinya, model pengajaran merupakan pola nyata pembelajaran. Dengan model tersebut guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model pengajaran juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. Dalam pembelajaran suatu materi tertentu, tidak ada satu model yang lebih baik dari model pembelajaran lainnya. Artinya, setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatakan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, pertimbangkan antara lain materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan fasilitas penujang yang tersedia. Dengan cara itu, tujuan (kompetensi) pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai (Ngalimun, 2014: 30).


(35)

18

Dari beberapa penjelasan mengenai model pembelajaran diatas, kita dapat mengerti seberapa pentingnya pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam suatu pembelajaran dikelas. Kurikulum pendidikan saat ini berpendekatan scientific

menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahamialam sekitar secara ilmiah. Termasuk dalam pembelajaran kimia di sekolah. Pembelajaran kimia yang berpendekatan saintifik atau yang lebih dikenal dengan istilah Scientific Approach mengarahkan siswa untuk

“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep-konsep kimia dan dapat menerapkannya ke alam sekitar. Salah satu pendekatan atau model yang tepat adalah

Project Based Learning yang merupakan pembelajaran berbasis proyek dengan sebuah model pembelajaran inovatif, dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan- kegiatan yang kompleks (Wena: 2011: 145).

Project learning is a systematic teaching and learning model that engages students in learning knowledge and skills from a series of complex tasks including: design and planning, problem solving, decision making, product and artifact creation, and the communication (Oracle Education Foundation, 2009). Artinya bahwa pembelajaran proyek merupakan pengajaran sistematik dan model pembelajaran ini mengajak siswa pada belajar dari pengetahuan dan keterampilan dalam menciptakan beberapa tugas komplek mencakup perencanaan, pemecahan masalah, membuat keputusan, menghasilkan produk dan mengkomunikasikan proyek tersebut.


(36)

19

Duch dalam Olatoye dan Adekoya (2010) menggambarkan project based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek sebagai metode instruksional yang menantang siswa untuk „belajar bagaimana caranya belajar‟, bekerja secara kooperatif dalam mencari solusi permasalahan dikehidupan nyata. Menurut Thomas, dkk (1999) sebagaimana dikutip oleh Wena (2011:144), pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Disisi lain pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali pengetahuannya sendiri. Kerja proyek dapat dipandang sebagai bentuk open-ended contextual activity-bases learning, dan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif (Richmond & Striley dalam Ngalimun, 2014: 182).

Kerja proyek memuat tugas-tugas kompleks berdasakan pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan suatu permasalahan, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja secara mandiri. Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk (Thomas. dkk, dalam Wena, 2012). Menurut Moursund,


(37)

20

sebagaimana dikutip oleh Wena, (2012), beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek, antara lain sebagai berikut:

1) meningkatkan motivasi belajar siswa, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain.

2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

3) meningkatkan keterampilan untuk mencari informasi, pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mendapatkan informasi akan meningkat.

4) meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih didalam lingkungan kolaboratif.

5) meningkatkan keterampilan mengelola sumber yaitu bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.

Adapun kekurangan dari penerapan model pembelajaran berbasis proyek

(Project Based Learning) yang disebabkan karena faktor-faktor tententu. Inilah beberapa kekurangan model Project Based and Learning :


(38)

21

1) kesulitan dalam mengontrol kelas saat pelaksanaan proyek. Disini guru perlu kecakapan untuk mengelola kelas dengan baik.

2) memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang maksimal.

Menurut Thomas, sebagaimana dikutip oleh Wena (2012: 145), pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) mempunyai beberapa prinsip, yaitu:

a) Prinsip Sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, di mana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.

b) Prinsip Pertanyaan Pendorong/ Penuntun (driving question) berarti bahwa kerja

proyek berfokus pada “pertanyaan atau pemasalahan” yang dapat mendorong

siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu.

c) Prinsip Investigasi Konstruktif (constructivtie investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model.

d) Prinsip Otonomi (autonomy)dalam pembelajaran proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervise, dan tanggung jawab.


(39)

22

e) Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti disekolah. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya.

Berbicara mengenai proyek dalam pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon, proyek tersebut berupa tugas-tugas bermakna yang berkaitan dengan materi yang dibuat dan ditulis berdasarkan ide dari siswa dengan melibatkan indera yang dimiliki siswa tentang pembelajaran yang diaplikasikan di kehidupan nyata, sehingga konsep materi akan lebih mudah dipahami dengan baik dan aktivitas siswa dalam hal ini juga akan meningkat.

Menurut Wena (2012: 157-158), bahwa dalam membimbing siswa dalam pembelajaran berbasis proyek ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan. Adapun pedoman pembimbingan tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Keautentikan

Hal yang dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1) Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari tugas yang dikerjakan.

2) Merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuan sehingga ia mampu menyelesaikan tepat waktu


(40)

23

3) Mendorong dan membimbing siswa agar mampu menghasilkan sesuatu dari tugas yang dikerjakan.

b. Ketaatan terhadap Nilai-Nilai Akademik

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai pengetahuan/ disiplin ilmu dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan.

2) Merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memeberi tantangan siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah

3) Mendorong dan membimbing siswa untuk mamapu berpikir tingkat tinggi dalam memecahkan masalah.

c. Belajar pada Dunia Nyata

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1) Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat.

2) Mendorong dan mengarahakan agar siswa mampu bekerja dalam situasi organisasi yang menggunakan teknologi tinggi

3) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan keterampilan pribadinya.

d. Aktif Meneliti

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1) Mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelaesaikan tugasnya sesuai jadwal yang telah dibuatnya.


(41)

24

2) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian dengan berbagai macam metode, media, dan berbagai sumber media lain.

3) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu berkomunikasi dengan orang lain, baik melalui presentasi ataupun media lain.

e. Hubungan dengan Ahli

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu belajar dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang relevan

2) Mendorong dan mengarahkan siswa bekerja/berdiskusi dengan orang lain/temannya dalam memecahkan masalah.

3) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak/minta pihak luar untuk terlibat dalam menilai unjuk kerjanya.

f. Penilaian

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

1) Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi diri terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya

2) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat mengembangkan standar kerja yang terkait dengan tugasnya

3) Mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai unjuk kerjanya.

Dalam pembelajaran kima hidrokarbon menggunakan model project based learning, siswa diharapkan dapat menghasilkan suatu proyek atau produk yang berkaitan dengan kimia hidrokarbon misalnya: membuat produk lilin hias dari bahan


(42)

25

dasar parafin. Parafin disini merupakan contoh senyawa alkana yang ternyata dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Masih banyak contoh lain yang berkaitan dengan hidrokarbon seperti lilin, semir, balsam, rhemason, briket arang, dll.

2.5

Aktivitas Belajar Siswa

Dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya suatu aktivitas yang mampu merangsang semua potensi peserta didik untuk berkembang secara optimal. Aktivitas diperlukan dalam belajar karena tidak ada belajar tanpa aktivitas (Sardiman, 1992: 95).

Nasution (1992:68) sebagaimana dikutip oleh Ningsih, menyatakan bahwa aktivitas merupakan azaz yang terpenting dalam belajar. Belajar merupakan suatu kegiatan, tanpa kegiatan tidak mungkin seorang dikatakan belajar. Aktivitas adalah belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman, tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktifitas yang optimal akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa (Munawaroh, A: 2013). Aktivitas belajar banyak macamnya, para ahli mencoba mengklasifikasikan antara lain Paul D. Dierich sebagaimana dikutip Hamalik (2013:172) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok sebagai berikut.

1) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.


(43)

26

2) Kegiatan-kegiatan lisan: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrument musik, mendengarkan siaran radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. 5) Kegiatan-kegiatan menggambar: membuat grafik, peta, diagram, pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menari, menyelenggarakan permainan. 7) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, berani, tenang, dan sebagainya.

Implementasi indikator aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran kimiadengan model PBL dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.


(44)

27

Tabel 2.1 Indikator Aktivitas Belajar Peserta Didik

No Indikator Aktivitas

1 Aktivitas visual a. Memperhatikan saat guru memberikan penjelasan b.Memperhatikan saat teman mempresentasikan produk 2 Aktivitas lisan a. Bertanya pada teman atau guru tentang materi yang

belum dipahami.

b.Mampu mengemukakan pendapat atau merespon pertanyaan dalam diskusi

3 Aktivitas mendengarkan a. Mendengarkan guru saat memberikan penjelasan b.Mendengarkan penyajian produk yang

dipresentasikan kelompok

4 Aktivitas menulis a. Membuat catatan penting atau menulis penjelasan guru dan hasil diskusi kelompok

b.Menuliskan jawaban atas serangkaian pertanyaan yang ada di lembar tertulis.

c. Mampu membuat kesimpulan hasil diskusi 5 Aktivitas menggambar a. Mampu menggambar pola rantai senyawa

hidrokarbon

b. Mampu memgambarkan isomer-isomer pada suatu senyawa hirdrokarbon

6 Aktivitas metrik a. Mampu menyelesaikan proyek

b. Mampu mempresentasikan produk serta proses pemecahan masalah pada teman yang lain.

7 Aktivitas mental Dapat menganalisis faktor-faktor yang dapat mendukung atau menghambat jalannya proyek.

8 Aktivitas emosional Bersemangat dan menaruh minat selama kegiatan pembelajaran.

(Hamalik, 2008)

2.6

Materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi

2.6.1 Hidrokarbon

Senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon karena hanya terdiri dari dua unsur, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H). Meskipun demikian jumlah


(45)

28

senyawa yang dihasilkan dari kedua unsur ini sangat banyak. Sebagian besar senyawa kimia yang terdapat di alam ini merupakan senyawa karbon. Salah satu senyawa karbon yang jumlahnya sangat banyak dan pengunaannya cukup penting adalah senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang terbentuk dari unsur hidrogen dan karbon (Justiana et al., 2009).

2.6.2 Kekhasan atom karbon

Atom karbon mempunyai nomor atom 6, sehingga dalam sistem periodik terletak pada golongan IVA dan periode 2. Keadaan tersebut membuat atom karbon mempunyai beberapa keistimewaan sebagai berikut.

1. Atom karbon dapat membentuk 4 ikatan kovalen

2. Atom karbon dapat membentuk ikatan tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. 3. Atom karbon dapat membentuk rantai karbon

Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, senyawa karbon dibagi menjadi 2, yaitu senyawa alifatik dan siklik.

a. Senyawa alifatik yaitu senyawa karbon yang rantai C-nya terbuka, berupa rantai lurus dan rantai bercabang.

b. Senyawa siklik yaitu senyawa karbon yang rantai C-nya tertutup atau melingkar. Senyawa siklik dibagi menjadi dua, yaitu senyawa karbosiklik dan heterosiklik.


(46)

29

Senyawa karbosiklik yaitu senyawa siklik yang rantai lingkarnya hanya terdiri atas atom karbon. Senyawa karbosiklik masih dibagi lagi menjadi dua yaitu senyawa aromatik dan alisiklik.

 Senyawa aromatik

Senyawa aromatik merupakan senyawa siklik yang rantai lingkar atom karbonnya memiliki ikatan tunggal berselang-seling dengan ikatan rangkap. Salah satu contoh senyawa aromatik adalah benzena. Perhatikan rumus struktur senyawa benzena berikut.

Gambar 2.1 Contoh senyawa aromatik (benzena)

 Senyawa alisiklik

Senyawa alisiklik adalah senyawa alifatik yang rantai karbonnya tertutup atau melingkar. Perhatikan rumus struktur siklopropana dan siklopentana berikut.


(47)

30 2) Senyawa hetrosiklik

Senyawa heterosiklik adalah senyawa siklik yang rantai lingkarnya terdiri atas atom karbon dan atom lain. Perhatikan rumus struktur berikut.

Gambar 2.3 Rumus struktur heterosiklik

(Khamidinal et al., 2009) 2.6.3 Pengelompokan Senyawa karbon

Atom-atom karbon selain dapat membentuk rantai karbon, juga dapat membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Sehingga membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Sehingga senyawa hidrokarbon dapat dibagi menjadi 2 yaitu senyawa hidrokarbon jenuh dan senyawa hidrokarbon tak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya jenuh (tunggal). Contoh senyawa-senyawa alkana. Sedangkan senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan kovalen rangkap 2 atau 3 pada rantai karbonnya. Contoh: alkena dan alkuna.

(1) Alkana

Alkana merupakan senyawa hidrokarbon yang ikatan rantai karbonnya tunggal. Rumus umum alkana adalah CnH2n + 2.


(48)

31 (2) Alkena

Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua pada rantai karbonnya. Rumus umum alkena adalah CnH2n.

(3) Alkuna

Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga pada rantai karbonnya. Rumus umum alkuna adalah CnH2n-2 .

(Harnanto, 2009:152)

2.6.4 Sifat-sifat hidrokarbon

2.6.4.1 Sifat alkana

Sifat fisis, titik didih dan titik leleh alkana semakin meningkat dengan makin panjangnya rantai C atau pertambahan nilai Mr. Ini disebabkan gaya antar-molekul semakin kuat sehingga semakin besar energi yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya tersebut. Volatilitas alkana berkurang dengan bertambahnya nilai Mr, karena akibat gaya antar molekul yang semakin kuat sehingga sulit bagi molekul-molekul untuk memisah membentuk fase uap. Berikut wujud pada banyak rantai kabon (C), C1-C4 adalah berwujud gas, C5-C17 adalah bewujud cair, C18 keatas = bewujud padat. Sifat kimia alkana, diantaranya dapat mengalami reaksi:

(1) substitusi (reaksi pengantian oleh halogen: F2,Cl2, Br2, I2 )

contoh: reaksi alkana dengan klorin (klorinasi)


(49)

32 Metana Klorometana

(2) reaksi pembakaran (reaksi pembakaran alkana menghasikan CO2 dan H2O)

contoh: alkana dibakar dengan O2 berlebih

CH4 (g) + 2O2 (g)  CO2(g) + 2H2O (g)

sedangkan pembakaran tidak sempurna menghasilkan CO dan H2O.

Contoh: 2CH4 (g) + O2 (g) 2CO(g) + 4H2O (g)

(3) Reaksi perengkahan alkana (eliminasi yang melibatkan peruraian alkana) pada suhu tinggi (750-900 0C) tanpa udara.

C2H6 (g)  CH2=CH2 (g) + H2 (g)

Etana etena

(Purba, 2008: 117)

2.6.4.2 Sifat alkena dan alkuna

Sifat fisik dan wujud zat alkena dan alkuna hampir sama dengan alkana, sedangkan sifat kimia alkena diantaranya:

(1) adisi dengan halogen (halogenasi)

Contoh :

CH2=CH2 + Cl2CH2Cl- CH2Cl


(50)

33

(2) adisi dengan hidrogen halida (hidrohalogenasi)

CH2=CH2 + HBr  CH3CH2Br

Etena 1-bromoetana

(3) polimerisasi adisi melibatkan penggabungan banyak molekul alkena (monomer)membentuk molekul yang sangat besar (polimer) dengan katalis. contohnya disini adalah pembentukan polimer PVC (polivinilklorida) terbebtuk dari monomer kloroetena). Reaksi yang terjadi:

CH2=CH– Cl + CH2=CH– Cl [....CH2-CH(Cl) - CH2– CH(Cl) ....]n

(4) pembakaran

CH2= CH2 (g) + 3O2 (g) 2CO2(g) + 2H2O (g)

Sifat kimia alkuna diantaranya:

1) adisi dengan halogen (halogenasi)

contoh:

tahap 1: CH≡CH + Cl2 CHCl=CHCl

etuna 1,2 dikloroetena

tahap 2 : CHCl=CHCl + Cl2CHCl2-CHCl2


(51)

34 2) adisi dengan hidrogen halida (hidrohalogenasi)

tahap 1: CH≡CH + HCl CH2=CHCl

etuna kloroetena tahap 2 : CH2=CHCl + HCl CHCl2-CHCl2

kloroetena 1,2 dikloroetana 3) reaksi subtitusi

R-C≡CH  R-C≡C- + H+

Posisi atom H dapat disubtitusi oleh atom lain, misal atom Na.

R-C≡CH + NaCl  R-C≡CNa + HCl

4) pembakaran

2CH≡CH (g) + 5O2 (g)  4CO2(g) + 2H2O (g)

2.6.5 Isomer

Isomer adalah senyawa yang berbeda tapi mempunyai rumus molekul yang sama, tetapi rumus strukturnya berbeda. Keisomeran terjadi karena senyawa dengan rumus molekul sama dapat mempunyai struktur atau konfigurasi yang berbeda. Struktur berkaitan dengan cara atom-atom saling berkaitan, sedangkan konfigurasi berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul. Isomer yang ada pada alkana adalah isomer struktur, yaitu isomer kerangka (isomer yang terjadi akibat perbedaan kerangka atau rantai karbonnya) yang dimulai dari butana (C4H10) yang


(52)

35 CH3-CH2-CH2-CH3: n-butana

CH3-CH(CH3)-CH3: 2 metilpropana (isobutana)

Isomer yang terjadi pada alkena adalah isomer kerangka, posisi dan geometri. Isomer kerangka adalah isomer yang terjadi akibat perbedaan kerangka atau rantai karbonnya. Isomer posisi terjadi karena adanya perbedaan posisi letak cabang atau posisi letak ikatan rangkapnya. Isomer geometri terjadi karena terdapat perbedaan kedudukan atom (gugus atom) dalam ruang.

Isomer kerangka:

CH2=CH-CH2-CH3 1-butena

CH2=C(CH3)-CH3 2-metil-1-propena

Isomer posisi:

CH2=CH-CH2-CH3 1-butena

CH3-CH=CH-CH3 2-butena

Isomer geometri:


(53)

36

Perhatikan senyawa cis-2-butena dan trans 2-butena. Kedua senyawa tersebut memiliki letak ikatan rangkap yang sama. Perbedaannya terletak pada letak gugus CH3. Jika ikatan rangkap pada senyawa alkena dianggap sebagai suatu bidang batas

dan letak gugus CH3 berada dalam satu sisi, maka disebut posisi cis. Sementara itu,

jika letak gugus CH3 terletak pada sisi yang berseberangan, maka disebut posisi trans.

Alkuna memiliki isomer kerangka pada posisi. Keisomeran alkuna dimulai dari butuna. Isomer kerangka:

CH≡C-CH2-CH2-CH3 1-pentuna

CH≡C-CH(CH3)-CH3 3-metil-1-butuna

Isomer posisi:

CH≡C-CH2-CH2-CH3 1-pentuna

CH3-C≡C-CH2-CH3 2-pentuna

(Permana, 2009:127)

2.6.6 Minyak Bumi

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin: petrus-karang dan

oleum- minyak) dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah suatu cairan kental yang berwarna coklat sampai hitam atau kehijauan, yang mudah terbakar dan berbau kurang sedap, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi (permana, 2009)


(54)

37

2.6.6.1 Proses Terbentuknya Minyak Bumi

Minyak bumi terbentuk dari sisa-sisa fosil hewan kecil(plankton) yang hidup di laut jutaan tahun yang lalu. Sisa- sisa tumbuhan dan hewan ini tertimbun endapan lumpur, pasir, dan zat lain, serta mendapat tekanan dari panas bumi secara alami. Bersamaan proses tersebut bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa minyak bumi yang terkumpul dalm pori-pori batu kapur. Dengan adanya gaya kapiler, minyak bumi bergerak perlahan-lahan keatas. Jika gerakan ini terhalang batuan yang tidak berpori, maka terjadi akumulasi minyak dalam batuan. Inilah sebabnya minyak bumi disebut pertoleum(pertus=batu, oleum=minyak) (Justiana et al., 2009).

2.6.6.2 Pemisahkan Komponen komponen dalam Minyak Bumi

Komponen-komponen minyak mentah harus dipisahkan berasarkan titik didihnya agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Metode yang digunakan adalah distilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah proses distilasi (penyulingan) dengan menggunakan tahap-tahap/fraksi-fraksi pendinginan sesuai trayek titik didih campuran yang diinginkan, sehingga proses pengembunan terjadi pada beberapa tahap/beberapa fraksi tadi. Cara seperti ini disebut fraksionasi. Pemilihan metode tersebut berdasarkan pada kandungan minyak mentah yang terdiri atas berbagai senyawa hidrokarbon, misalnya senyawa alkana, alkena, aromatik, naptalena, alkena, alkuna. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai panjang rantai dan titik didih yang


(55)

38

berbeda-beda. Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya, semakin tinggi titik didihnya (Justiana et al., 2009).

2.6.6.3 Mutu Bensin

Bensin atau sering disebut gasolin terdiri dari campuran isomer heptana (C7H16) dan oktana (C8H18). Mutu bahan bakan bensin ditentukan oleh jumlah

ketukan (knocking) yang ditimbulkan. Jumlah ketukan dinyatakan dengan nilai oktan. Semakin tinggi mutu bensin, berarti jumlah ketukan semakin sedikit, dan angka oktannya semakin tinggi. Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang mengandung senyawa n–heptana dan isooktana. Misalnya bensin premium yang beredar di pasaran dengan bilangan oktan 80 berarti bensin tersebut mengandung 80% isooktana dan 20% n–heptana. Bensin super mempunyai bilangan oktan 98 berarti mengandung 98% isooktana dan 2% n–heptana. Pertamina meluncurkan produk bensin ke pasaran dengan 3 nama, yaitu: premium (bilangan oktan 80–88), pertamax (bilangan oktan 91–92) dan pertamax plus (bilangan oktan 95). Penambahan zat antiketukan pada bensin bertujuan untuk memperlambat pembakaran bahan bakar. Untuk menaikkan bilangan oktan antara lain ditambahkan MTBE (Metyl Tertier Butil Eter), tersier butil alkohol, benzena, atau etanol. Penambahan zat aditif Etilfluid yang merupakan campuran 65% TEL (Tetra Etil Lead), 25% 1,2-dibromoetana dan 10% 1,2-dikloro etana sudah ditinggalkan karena menimbulkan dampak pencemaran timbal ke udara.Timbal (Pb) bersifat racun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti pusing, anemia, bahkan kerusakan otak (Harnanto, 2009).


(56)

39

2.6.6.4 Dampak Pembakaran Minyak Bumi

Pembakaran bahan bakar minyak dapat berlangsung dua cara yaitu pembakaran sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran sempurna menghasilkan energi yang cukup besar dibandingkan pembakaran tidak sempurna.Tetapi gas CO2

yang dihasilkan dapat menyebabkan terjadinya greenhouse effect (efek rumah kaca). Reaksi pembakaran sempurna:

CH4(g) + 2 O2(g)  CO2(g) + 2 H2O(g) + Energi

Reaksi pembakaran tak sempurna:

2 CH4(g) + 3 O2(g)  2 CO(g) + 4 H2O(g) + Energi

Gejala yang timbul jika keracunan gas CO adalah sesak napas, daya ingat berkurang, ketajaman penglihatan menurun, dan lelah jantung. Tubuh akan kekurangan suplai oksigen, akibatnya badan lemas, pingsan, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Reaksi:

CO (g) + Hb (aq)  HbCO (aq)

Pembakaran bahan bakar minyak juga dapat menghasilkan zat polutan lain seperti: oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida nitrogen (NO dan NO2), dan partikel-partikel

debu. Gas-gas tersebut jika masuk di udara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Reaksinya:


(57)

40

bereaksi dengan O2 membentuk SO3 kemudian bereaksi dengan uap air membentuk

asam sulfat. Reaksinya:

2 SO2 (g) + O2 (g)  2 SO3 (g)

SO3 (g) + H2O (l)  H2SO4 (aq)

Asam sulfat di udara lembab mudah larut dalam air hujan sehingga air hujan bersifat asam, atau dikenal dengan hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan tumbuhan dan hewan yang tidak tahan hidup dalam suasana asam akan mati, dan perabotan yang berasal dari logam terkorosi. Selain gas SO2 dan SO3, gas NO dan

NO2 juga dapat menyebabkan hujan asam. Mengingat dampak yang ditimbulkan dan

terbatasnya sumber tambang minyak di dunia ini, maka mulai sekarang dicari energi alternatif lain seperti: licol /batu bara yang dibersihkan, biodiesel dari minyak jarak, biodiesel (etanol dari tebu, minyak jagung, minyak kelapa sawit), biogas dari kompos/kotoran hewan, tenaga nuklir, tenaga panas bumi /geothermal, tenaga air terjun, tenaga gelombang air laut, tenaga angin, tenaga surya.

2.6.6.5 Senyawa Hidrokarbon dalam Kehidupan Sehari-Hari

Senyawa-senyawa hidrokarbon yang kita gunakan dalam berbagai hal, sebagian besar merupakan senyawa-senyawa derivat kompleks hidrokarbon. Berikut beberapa produk dan kegunaan senyawa hidrokarbon.

a. Hidrokarbon dalam bidang pangan seperti: tetraterpena, merupakan senyawa beta karoten pada wortel monoterpena, merupakan senyawa dalam minyak jeruk (limonena), propena dan butena digunakan sebagai pemasak buah- buahan


(58)

41

b. Hidrokarbon dalam bidang sandang dan papan seperti: polivinilklorida (PVC) banyak digunakan untuk pembuatan pipa air dan karpet, polipropena untuk serat, tali plastik, dan botol plastik, nilon digunakan untuk serat pakaian, dakron merupakan serat poliester untuk pengganti kapas.

c. Hidrokarbon dalam bidang seni dan estetika: polivinil asetat, banyak digunakan untuk perekat dan cat lateks, polietilena/ polietena merupakan polimer etena (CH2=CH2) yang digunakan sebagai kantong plastik, ember, panci dan

pembungkus makanan (Utami, Budi: 2009).

2.7 Kerangka Berfikir

Materi kimia memang memerlukan pemahaman yang tinggi. Namun, pada kenyataanya masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami dan mendalami materi kimia. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh kurang baik, bahkan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan. Siswa juga masih cenderung pasif dalam pembelajaran belum dikatakan aktif. Aktif disini adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang mampu merangsang semua potensi peserta didik untuk berkembang secara optimal.

Dari permasalahan diatas, maka perlu adanya metode yang dapat membantu siswa dalam mendalami materi kimia khusunya pada materi hidrokarbon. Selain itu penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning ) adalah salah satu metode yang sesuai dengan kurikulum 2006.


(59)

42

Kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek, yaitu: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, (3) meningkatkan keterampilan untuk mencari informasi, (4) meningkatkan kolaborasi, (5) meningkatkan keterampilan mengelola sumber yaitu bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks (Moursund, dalam Wena, 2011).

Strategi pembelajaran berbasis proyek salah satu alternatif yang dipandang mampu meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan berfikir kritis, bekerja secara aktif dan kolaboratif siswa dalam pembelajaran kimia (Sastrika, Ida Ayu K et al., 2013). Pembelajaran berbasis proyek yang peneliti lakukan adalah melalui pembuatan proyek maupun produk yang bertema hidrokarbon dan minyak bumi yang ditujukan pada kelas eksperimen. Produk yang dihasilkan misalnya berupa lilin hias, balsem, semir sepatu, dan energi-energi alternatif seperti briket arang, biodiesel dari minyak jarak, biodiesel (etanol dari tebu, minyak jagung, minyak kelapa sawit)

dll. Dalam hal ini masalah yang diangkat sebagai proyek adalah mengenai hasil kajian literatur maupun pencarian informasi di beberapa sumber yang dapat dijadikan acuan dalam pembuatan proyek atau produk yang dilakukan secara berkelompok yang nantinya produk yang siswa buat yang kemudian akan presentasikan di depan kelas. Selain itu siswa dapat mengetahui keterkaitan antara materi dengan hasil dari proyek yang mereka buat. Disini siswa dituntut untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada untuk bekerja secara mandiri. Sedangkan pada kelas kontrol peneliti menggunakan metode ceramah dan diskusi untuk mengetahui seberapa tingkat


(60)

43

keberhasilan dari metode yang diterapkan, peneliti juga dapat melihat perbedaan hasil belajar dan aktivitas siswa pada kelas eksperimen dan kontrol.

Berdasarkan argumentasi tersebut, penulis menyatakan bahwa terdapat dua kelas yang berbeda yaitu satu kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan menggunakan model project based learning dan satu kelas lagi sebagi kelas kontrol menggunakan metode ceramah dan diskusi. Dari kegiatan belajar pada kelas eksperimen diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa dengan model project based learning, karena siswa akan lebih mandiri mencari pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman di kehidupan nyata dari proyek yang mereka lakukan. Hasil belajar akan lebih baik dan tertanam dalam diri siswa melalui proses pembelajaran yang mereka lakukan sendiri.


(61)

44

Secara ringkas gambaran penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

2.1

Fakta yang ditemui:

1. Mata pelajaran kimia dinggap sulit oleh sebagian besar siswa 2. Interaksi antara guru dan siswa masih rendah sehingga siswa

cenderung pasif dan merasa bosan saat proses pembelajaran. 3. Siswa kurang aktif, dan belum terbiasa dilibatkan untuk

menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.

Hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa terhadap materi kimia rendah

Perlunya inovasi pembelajaran

Penerapan model Project Based Learning dengan proyek (produk) bertema Hdrokarbon

dan Minyak Bumi

Tujuan yang diharapkan:

Hasil belajar kognitif dan Aktivitas Belajar Siswa Meningkat


(62)

45

2.8

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, hipotesis penelitian ini adalah “Penerapan Model Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada


(63)

46

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan sampel penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010: 173). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 14 Semarang. Populasi yang dipilih adalah siswa kelas X-MIA yang terdiri dari 4 kelas. Pengambilan populasi didasarkan pada kesamaan kurikulum, sumber pembelajaran, kemampuan guru yang mengajar, banyaknya jumlah jam belajar dan hasil belajar awal sama (homogen). Banyaknya peserta didik pada masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Banyaknya Peserta Didik Kelas X-MIA SMA N 14 Semarang

(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA N 14 Semarang tahun pelajaran 2014/2015

Kelas Banyaknya Peserta Didik

X-1 X-2 X-3 X-4

36 36 36 36


(64)

47

3.1.2 Sampel

Menurut Arikunto (2010: 174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini diawali dengan melakukan uji normalitas dan homogenitas pada populasi setelah diperoleh populasi yang berdistribusi normal dan memiliki homogenitas dipilih teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian berupa kelompok yang dilakukan secara acak dengan pertimbangan populasi yang ada terbagi dalam kelas-kelas yang memiliki homogenitas dan rata-rata yang sama. Setelah terpilih dua kelas yang diambil dari empat kelas X SMAN 14 Semarang sebagai sampel, dua kelas tersebut adalah satu kelas kelompok eksperimen dan satu kelas kelompok kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajran

Project Based Learning, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran ceramah dan diskusi. Kelas eksperimen adalah kelas X-1 dan kelas kontrol adalah kelas X-2. Uji coba instrumen awal menggunakan kelas yang sudah menerima materi pelajaran yang diujicobakan, yaitu kelas XI MIA 1.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010 :161). Variabel dalam penelitian ini dibedakan sebagai berikut:


(65)

48

a. Variabel bebas

Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2010:61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu model Project Based Learning

pada kelas eksperimen serta pembelajaran mengunakan metode ceramah dan diskusi pada kelas kontrol.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:61). Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif dan aktivitas siswa SMA N 14 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 pada materi hidrokarbon.

c. Variabel Kontrol

Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum 2006 (KTSP), materi, guru, bahan ajar, dan jumlah jam pelajaran yang sama.


(1)

Tahukah kalian tentang semir sepatu ?

Tahukah kalian tentang bahan dasar semir sepatu?

Apersepsi

A. TUJUAN

10. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat semir sepatu hitam?

11. Untuk mengetahui kaitannya dengan pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon.

12. Siswa dapat menghasilkan produk inovatif dari pembelajaran kimia untuk berwirausaha

B. DASAR TEORI

Penampilan seseorang tidak hanya ditentukan/ dipengaruhi oleh bagian atas , tetapi bagian bawah juga ikut menentukan. Tidak hanya pakaian, perhiasan, dan rambut saja yang mempengaruhi seseorang, tetapi juga sepatu. Sepatu dari bahan kuit ataupun imitasi, yang tidak disemir akan kelihatan kotor dan kusam walaupun sudah dicuci dengan air. Sepatu yang tidak pernah disemir juga akan cepat rusak, karena tidak ada lapisan pelindungnya.

Oleh karena itu, semir sepatu sampai saat ini masih merupakan bahan yang dibutuhkan orang kareana merupakan bahan yang penting untuk merawat sepatu agar tetap awet. Sepatu yang disemir dengan licin dan cemerlang dapat meningkatkan percaya diri seseorang.

Banyak usaha rumahan yang sudah menguasai teknologi dalam memenejemen keuangan ruamh tangga dengan baik dan efisien. sehingga mereka dapat memiliki keahlian dalam membuat semir sepatu sendiri tanpa harus membeli, dan mereka dapat menjadikan peluang usaha dalam mengembangkan home industri, menengah ataupun besar. Industri semir sepatu memiliki prospek yang cemerlang.

Meskipun saat ini telah hadir semir sepatu instan, semir sepatu gosok ternyata memiliki keunggulan, hasil semirnya lebih awet karena tidak mengandung bahan-bahan yang mudah menguap.


(2)

C. METODE PEMBUATAN

Alat :

- Panci atau wajan disetai penangas (kompor) - Pengaduk kayu

- timbangan

- sendok makan dan sendok teh - Kaleng semir bekas

Bahan :

- wenter hitam

- malam tawon. lebah - Parafin padat/ lilin - Terpentin

Cara Pembuatan

6. Masukkan parafin padat/lilin dan malam lebah di panci kemudian panaskan hingga mencair.

7. masukkan pewarna sedikit demi sedikit disertai pengadukan

8. Setelah menjadi cairan hitam dan rata, angkatlah campuran tersebut. 9. Setelah temperaturnya turun sampai suhu masih diatas 500C sambil

diaduk terus ditambahkan sedikit terpentin.

10.Setelah menjadi bubur agak encer, pengadukan dihentikan.

11.Kemudian campuran tadi dimasukkan kedalam kaleng dan tutup rapat 12.Semir sepatu hitam siap digunakan.

Lihat gambar berikut ini !

DAFTAR PUSTAKA

Suhartono. 2003. 1001 Sumber Penghasilan. Solo: CV. Aneka parafin

minyak lebah

dalam keadaan masih panas dan cair tuang kedalam pot-pot


(3)

Tahukah kalian tentang semir sepatu ?

Tahukah kalian tentang bahan dasar semir sepatu?

Apersepsi

A. TUJUAN

13. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat semir sepatu hitam?

14. Untuk mengetahui kaitannya dengan pembelajaran kimia materi pokok hidrokarbon.

15. Siswa dapat menghasilkan produk inovatif dari pembelajaran kimia untuk berwirausaha

B. DASAR TEORI

Penampilan seseorang tidak hanya ditentukan/ dipengaruhi oleh bagian atas , tetapi bagian bawah juga ikut menentukan. Tidak hanya pakaian, perhiasan, dan rambut saja yang mempengaruhi seseorang, tetapi juga sepatu. Sepatu dari bahan kuit ataupun imitasi, yang tidak disemir akan kelihatan kotor dan kusam walaupun sudah dicuci dengan air. Sepatu yang tidak pernah disemir juga akan cepat rusak, karena tidak ada lapisan pelindungnya.

Oleh karena itu, semir sepatu sampai saat ini masih merupakan bahan yang dibutuhkan orang kareana merupakan bahan yang penting untuk merawat sepatu agar tetap awet. Sepatu yang disemir dengan licin dan cemerlang dapat meningkatkan percaya diri seseorang.

Banyak usaha rumahan yang sudah menguasai teknologi dalam memenejemen keuangan ruamh tangga dengan baik dan efisien. sehingga mereka dapat memiliki keahlian dalam membuat semir sepatu sendiri tanpa harus membeli, dan mereka dapat menjadikan peluang usaha dalam mengembangkan home industri, menengah ataupun besar. Industri semir sepatu memiliki prospek yang cemerlang


(4)

C. METODE PEMBUATAN

Alat :

- Panci atau wajan - Pengaduk kayu

- kaleng-kaleng kaleng semir bekas - Mangkok sejenisnya.

Bahan :

- Karbon black/ wenter - Gom Arab

- Alkohol 96 % - Aquades - minyak silikon  Cara Pembuatan

1. Berturut-turut kedalam alcohol ditambahkan silicon oil dikocok, kemudian ditambahkan aquades.

2. Kemudian masukan karbon black/wenter dan gom arab larutan dikocok terus hingga homogen.

3. kemudain tuangkan campuran tersebut kedalam kaleng-kaleng dan kemudian tutup rapat dan siap digunakan.

DAFTAR PUSTAKA


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Lingkungan

1 8 74

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELAS X SMA NUSANTARA LUBUK PAKAM T.P 2015/2016.

0 7 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMA KELAS X.

7 18 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X PADA MATERI HIDROKARBON.

0 2 21

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA EXE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KERJASAMA SISWA PADA MATERI HIDROKARBON.

0 4 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika ( PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N

0 3 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP.

1 6 15

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) BERMUATAN NILAI DALAM MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

2 12 156

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) BERMUATAN NILAI DALAM MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

2 36 94

Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPS

0 0 10