AKUNTANSI KEWAJIBAN

6. Penghapusan Utang

Menurut PSAP 9 penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan oleh kreditur kepada debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah nilai tercatatnya.

Menurut PSAP 9 paragraf 78 jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada restrukturisasi utang di paragraf 73 berlaku.

Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas dahulu ke nilai wajarnya dan kemudian menerapkan ketentuan pada resktrusturisasi paragraf 73, serta mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan.

7. Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah

Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi:

a) Bunga dan provisi atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang;

b) Commitment fee atas dana pinjaman yang belum ditarik;

c) Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,

d) Amortisasi kapitalisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya konsultan, ahli hukum, dan sebagainya.

e) Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan atau produksi suatu aset tertentu ( qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut.

Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi ke aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang ( weighted average) atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu yang berkaitan selama periode pelaporan.

8. Jurnal Standar Pemerintah Pusat

a) Pada saat utang jangka pendek diakui melalui penerimaan kas atas penerbitan surat utang jangka pendek, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Diterima Dari Entitas Lain

xxx

xxx

Kewajiban Jangka Pendek

xxx

Kemudian KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Kas dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Diterima Dari Entitas Lain

xxx

xxx

Penerimaan Pembiayaan

xxx

b) Pada Saat utang jangka pendek diakui melalui Resume Tagihan atau Jurnal Penyesuaian Akhir Periode, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Belanja... yang masih harus dibayar

xxx

c) Pada saat mengakui bagian pendapatan diterima dimuka, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Pendapatan ... Diterima Di Muka

xxx

d) Pada saat reklasifikasi utang jangka panjang, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Kewajiban Jangka Panjang

xxx

xxx

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

xxx

e) Pada saat utang jangka panjang diakui, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Diterima Dari Entitas Lain

xxx

xxx

Kewajiban Jangka Panjang

xxx

Kemudian KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Kas dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Diterima Dari Entitas Lain

xxx

xxx

Penerimaan Pembiayaan

xxx

Kemudian BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Kas dan Buku Besar Akrual sesuai jurnal penerimaan kas.

9. Sistem Akuntansi Kewajiban di SPKD

Akuntansi kewajiban di SKPD terdiri atas penerimaan utang, pembayaran utang khususnya utang jangka pendek.

a. Pihak-pihak Terkait

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kewajiban si SKPD terdiri atas: PPTK, PPK-SKPD dan PPKD.

1) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPTK melaksanakan fungsi untuk pengadaan barang/jasa kegiatan, dengan memiliki tugas sebagai berikut:

a) melakukan pembelian/pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan kegiatan

dengan menggunakan nota pesanan/ dokumen lain yang dipersamakan;

b) menerima barang berdasarkan nota pesanan dengan dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Barang (BAST);

c) menyiapkan dokumen pembayaran.

2) Pejabat Penatausahaan Keuangan - SKPD

Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPK-SKPD melaksanakan fungsi akuntansi pada SKPD dengan memiliki tugas sebagai berikut:

a) mencatat transaksi/kejadian investasi lainnya berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah ke Buku Jurnal Umum;

b) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke dalam Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek);

c) menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

3) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPKD terlibat dalam hal pengadaan barang/jasa oleh SKPD dilakukan dengan mekanisme pembayaran LS, sehingga fungsi akuntansi PPKD memiliki tugas: Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPKD terlibat dalam hal pengadaan barang/jasa oleh SKPD dilakukan dengan mekanisme pembayaran LS, sehingga fungsi akuntansi PPKD memiliki tugas:

b) Melakukan pengecekan terhadap transaksi konsolidasi antara PPKD dan SKPD untuk meyakinkan kebenaran pencatatan yang dilakukan oleh fungsi akuntansi SKPD.

4) Pengguna Anggaran (PA / KPA)

Dalam sistem akuntansi kewajiban, PA/KPA menandatangani laporan keuangan yang telah disusun oleh Fungsi Akuntansi SKPD.

b. Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kewajiban antara lain:

1) Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah;

2) Nota Pesanan;

3) Berita Acara Serah Terima;

4) Kuitansi;

5) Surat Perjanjian Kerja;

6) SP2D UP/GU/TU;

7) SP2D LS;

8) Surat Pernyataan PA tentang tanggungjawab PA terhadap laporan keuangan SKPD.

c. Jurnal Standar

Akuntansi kewajiban di SKPD terdiri atas pencatatan atas terjadinya utang dan pembayaran utang. Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan jasa yang telah dilaksanakan dan pelunasan belum dilakukan, PPK-SKPD akan mengakui adanya utang. Pencatatan atas pengadaan/pembelian barang/jasa dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan Beban dan (2) Pendekatan Aset.

1) Transaksi pengakuan terjadinya utang pada saat pengadaan/pembelian ATK yang telah dilaksanakan dan pelunasan belum dilakukan.

a) Jika menggunakan pendekatan beban, maka jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi SKPD adalah:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Beban ATK

xxx

xxx

Utang Belanja Bahan Pakai Habis

xxx xxx

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Persediaan Alat Tulis Kantor

xxx

xxx

Utang Belanja Bahan Pakai Habis

xxx

2) Transaksi pembayaran utang pada saat dilakukan pembayaran/pelunasan dengan asumsi menggunakan mekanisme UP/GU, maka jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi SKPD adalah:

a) Jika menggunakan pendekatan aset dan beban, maka jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi SKPD adalah:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Utang Belanja Bahan Pakai Habis

xxx

xxx

Kas di Bendahara Pengeluaran

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Belanja ATK

xxx

xxx

Perubahan SAL

xxx

3) Transaksi pembayaran utang pada saat dilakukan pembayaran/pelunasan dengan asumsi menggunakan mekanisme LS, maka jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi SKPD adalah:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Utang Belanja Bahan Pakai Habis

xxx

xxx

RK PPKD

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Belanja ATK

xxx xxx

Perubahan SAL

xxx

Pengakuan adanya utang terkait dengan transaksi pembelian/pengadaan barang dan jasa harus mempertimbangkan ketersediaan anggaran/dana untuk menyelesaikan/membayar utang.

10. Sistem Akuntansi Kewajiban di PPKD

Akuntansi kewajiban PPKD terdiri atas penerimaan utang, pembayaran utang, dan reklasifikasi utang yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu : (1) Akuntansi kewajiban, dan (2) akuntansi pembiayaan.

a. Pihak-Pihak Terkait

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kewajiban di PPKD terdiri atas : Fungsi Akuntansi PPKD, BUD dan PPKD.

1) Fungsi Akuntansi - PPKD

Dalam sistem akuntansi kewajiban, fungsi akuntansi pada PPKD dengan memiliki tugas sebagai berikut:

a) mencatat transaksi/kejadian investasi lainnya berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah ke Buku Jurnal Umum;

b) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke dalam Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek);

c) menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan SAL (LP-SAL), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

2) Bendahara Umum Daerah (BUD)

Dalam sistem akuntansi kewajiban, BUD melakukan fungsi mengadministrasi penerimaan utang, pembahayaran utang dan reklasifikasi utang, sehingga BUD memiliki tugas:

a) menyiapkan dokumen transaksi penerimaan, pembayaran dan reklasifikasi utang;

b) menyiapkan bukti memorial untuk pencatatan akuntansi oleh Fungsi Akuntansi PPKD yang sebelumnya disahkan oleh Kepala SKPKD.

3) Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD)

Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPKD memiliki tugas menandatangani laporan keuangan Pemerintah Daerah sebelum diserahkan kepada BPK.

b. Dokumen Yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kewajiban PPKD antara lain:

1) Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah;

2) Surat Perjanjian Utang;

3) Nota Kredit;

4) SP2D LS.

c. Jurnal Standar

11. Penyajian

Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang pemerintah daerah disajikan dalam neraca disisi pasiva. Berikut adalah contoh penyajian kewajiban jangka pendek dalam Neraca Pemerintah Pusat.

Berikut adalah contoh penyajian kewajiban jangka panjang dalam Neraca Pemerintah Pusat.

Berikut adalah contoh penyajian kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang dalam Neraca Pemerintah Daerah.

12. Pengungkapan

Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya. Dalam pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan kewajiban, harus diungkapkan pula hal-hal sebagai berikut:

1) jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;

2) jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;

3) bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang berlaku;

4) konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;

5) perjanjian restrukturisasi utang meliputi:

a) pengurangan pinjaman;

b) modifikasi persyaratan utang;

c) pengurangan tingkat bunga pinjaman;

d) pengunduran jatuh tempo pinjaman;

e) pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan

f) pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan.

6) jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang berdasarkan kreditur.

7) biaya pinjaman:

a) perlakuan biaya pinjaman;

b) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan; dan

c) tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

13. Kewajiban Kontigensi

a. Definisi

Kewajiban kontingensi adalah:

1) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah; atau

2) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena:

a) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) pemerintah mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau a) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) pemerintah mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau

b. Pengakuan

Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini. Walaupun demikian, dalam beberapa peristiwa yang jarang terjadi, misalnya dalam tuntutan hukum, dapat timbul perbedaan pendapat mengenai apakah peristiwa tertentu sudah terjadi atau apakah peristiwa tersebut menimbulkan kewajiban kini. Jika demikian halnya, pemerintah menentukan apakah kewajiban kini telah ada pada tanggal neraca dengan mempertimbangkan semua bukti yang tersedia, termasuk misalnya pendapat ahli. Bukti yang dipertimbangkan mencakup, antara lain, bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah tanggal neraca. Atas dasar bukti tersebut, apabila besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada tanggal neraca, pemerintah mengungkapkan adanya kewajiban kontingensi. Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil.

Kewajiban kontingensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, kewajiban kontingensi harus terus-menerus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya bertambah besar (probable). Apabila kemungkinan itu terjadi, maka pemerintah akan mengakui kewajiban diestimasi dalam laporan keuangan periode saat perubahan tingkat kemungkinan tersebut terjadi, kecuali nilainya tidak dapat diestimasikan secara andal.

c. Pengukuran

Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten.

d. Penyajian dan Pengungkapan

Kewajiban kontingensi tidak disajikan pada neraca pemerintah, namun demikian pemerintah harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca. Pengungkapan tersebut dapat meliputi:

1) karakteristik kewajiban kontingensi;

2) estimasi dari dampak finansial yang diukur;

3) indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu arus keluar sumber daya;

4) kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.