AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK INVESTASI DAN

MAKALAH SEMINAR

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

INVESTASI DAN KEWAJIBAN MADE GDE SATRIA BELA A31115753 S1 STAR-BPKP BATCH 2 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia- Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah seminar akuntansi sektor publik ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak. CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Makassar, Oktober 2016

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang - Undang di bidang keuangan negara mewajibkan entitas pemerintah untuk menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dan penggunaan sumber daya dalam periode tertentu. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, serta membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Selain itu, laporan keuangan entitas pelaporan juga menyediakan informasi mengenai antara lain aset, kewajiban, dan ekuitas. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitas keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Definisi tersebut diambil dari Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di Indonesia, termasuk di Pemerintah Daerah dan satuan kerja di dalamnya.

Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas keuangan yang ada di setiap entitas Pemerintah Pusat/Daerah. Proses tersebut kemudian menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan dalam proses evaluasi dan

pengambilan keputusan manajerial yang kemudian akan mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan keuangan negara/daerah pada periode berikutnya. Jadi, input dari proses akuntansi adalah transaksi dan ouputnya berupa laporan keuangan.

Pihak yang melaksanakan proses akuntansi ini dibagi menjadi dua entitas, yaitu entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas akuntansi merupakan satuan kerja yang merupakan pengguna anggaran yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD.

Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan umum. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah.

Investasi merupakan aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi merupakan instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang dan memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.

Kewajiban merupakan dampak transaksi masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi. Kewajiban pemerintah dapat timbul dari pengadaan barang dan jasa atau gaji yang belum dibayar, dan kewajiban pemerintah yang timbul dari keharusan membayar kembali pinjaman dalam negeri (obligasi), pinjaman lembaga internasional, pinjaman dari pemerintah lain, atau pinjaman lembaga keuangan dalam negeri.

Akuntansi kewajiban meliputi pengakuan, pengukuran, serta pelaporan dan pengungkapan seluruh transaksi kewajiban yang menyebabkan timbulnya utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk perlakuan atas restrukturisasi utang, penghapusan utang dan kapitalisasi biaya pinjaman.

B. RUANG LINGKUP

Makalah Investasi dan Kewajiban ini secara khusus mempelajari akuntansi Investasi dan Kewajiban dalam penerapan akuntansi berbasis akrual yang diterapkan untuk tujuan umum, serta untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran mengenai akuntansi investasi dan kewajiban, serta agar terdapat kesamaan pemahaman dan persepsi tentang akuntansi investasi dan kewajiban pada lingkungan pemerintah dan juga

sebagai pedoman dalam klasifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan investasi dan kewajiban.

BAB II PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI INVESTASI

1. Gambaran Umum

a. Definisi

Investasi merupakan aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk

investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas. Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta instrumen ekuitas.

Investasi merupakan instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang dan memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.

b. Klasifikasi

Investasi pemerintah diklasifikasikan berdasarkan jangka waktunya menjadi dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset nonlancar. Pos-pos investasi menurut PSAP Berbasis Akrual Nomor 06 tentang Investasi antara lain:

1) Investasi Jangka Pendek

Investasi jangka pendek merupakan investasi yang memiliki karakteristik dapat segera diperjualbelikan/dicairkan dalam waktu 3 bulan sampai dengan 12 bulan. Investasi jangka pendek biasanya digunakan untuk tujuan manajemen kas dimana pemerintah daerah dapat menjual investasi tersebut jika muncul kebutuhan akan kas. Investasi jangka pendek biasanya berisiko rendah. Investasi Jangka Pendek berbeda dengan Kas dan Setara Kas. Suatu investasi masuk klasifikasi Kas dan Setara Kas jika investasi dimaksud mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 bulan dari tanggal perolehannya.

Pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi bagi pemerintah, karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga, tidak termasuk dalam investasi Pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi bagi pemerintah, karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga, tidak termasuk dalam investasi

a) Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;

b) Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau

c) Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri atas: (a) Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis ( revolving deposits); (b) Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

2) Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang pencairannya memiliki jangka waktu lebih dari 12 bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifatnya, yaitu:

a) Investasi Jangka Panjang Nonpermanen Investasi jangka panjang nonpermanen merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau suatu waktu akan dijual atau ditarik kembali.

b) Investasi Jangka Panjang Permanen Investasi jangka panjang permanen merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan atau tidak untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali.

Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa:

 Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara, yang dapat

berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan;

 Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain dapat berupa:  Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk

dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;  Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga;  Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti

bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;  Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki

pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.

Dalam Bagan Akun Standar, investasi diklasifikasikan sebagai berikut:

c. Pihak-Pihak Terkait

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi investasi pada Pemerintah Pusat antara lain adalah Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Bendahara Umum Negara (BUN).

1) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

a) Mereklasifikasi saldo kas yang ditempatkan pada investasi dalam Buku Besar Akrual.

b) Menjurnal perolehan investasi jangka panjang.

c) Menjurnal dan membukukan pendapatan hasil investasi yang diterima, dividen, pelepasan investasi, dan keuntungan atau kerugian selisih hasil pelepasan investasi.

2) Bendahara Umum Negara (BUN)

a) Mereklasifikasi saldo kas yang ditempatkan pada investasi dalam Buku Besar Akrual.

b) Menjurnal penerimaan kas dan membukukannya di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas.

c) Mereklasifikasi saldo investasi yang dikembalikan ke kas dalam Buku Besar Akrual. Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi investasi pada Pemerintah Daerah antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan PPKD.

3) Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)

Dalam sistem akuntansi investasi, PPK-PPKD melaksanakan fungsi akuntansi PPKD yang memiliki tugas sebagai berikut:

a) Mencatat transaksi/kejadian investasi berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah ke Buku Jurnal Umum.

b) Memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke dalam Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek).

c) Membuat laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL (LPSAL), Laporan Perubahan

Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

4) PPKD

Dalam sistem akuntansi investasi, PPKD memiliki tugas:

a) menandatangani laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam proses

penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD

b) menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PPKD.

d. Dokumen Yang Digunakan

Berikut disajikan dokumen utama terkait dengan sistem akuntansi Investasi pada PPKD:

Uraian Dokumen

Investasi Jangka Investasi dalam Saham Sertifikat Saham/Nota Kredit/Dokumen

Pendek

yang Dipersamakan

Investasi dalam Deposito Sertifikat Deposito/Nota Kredit/Dokumen yang Dipersamakan

Investasi dalam SUN

Obligasi/SUN/Nota Kredit/Dokumen yang Dipersamakan Investasi dalam SBI

Sertifikat

Sertifikat SBI/Nota Kredit/Dokumen yang Dipersamakan

Investasi dalam SPN Sertifikat SPN/Nota Kredit/ Dokumen yang Dipersamakan

Investasi Jangka Pendek Lainnya

Investasi Jangka Investasi kepada Badan SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa

Panjang

Non Usaha Milik Negara aset)/Nota Kredit/ Dokumen yang

Permanen

Dipersamakan

Investasi kepada Badan SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa Usaha Milik Daerah

aset)/Nota Kredit/ Dokumen yang Dipersamakan

Investasi kepada Badan SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa Usaha Milik Swasta

aset)/Nota

Kredit/Dokumen yang

Dipersamakan

Investasi dalam Obligasi SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa aset)/Nota

Kredit/Dokumen yang

Dipersamakan

Uraian

Dokumen

Investasi dalam Proyek SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa Pembangunan

aset)/Nota Kredit/ Dokumen yang Dipersamakan

Dana Bergulir

SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa aset)/Nota Kredit/ Dokumen yang Dipersamakan

Deposito Jangka Panjang SP2D-LS (jika tunai)/Nota Kredit/ Dokumen yang Dipersamakan Investasi Non Permanen SP2D-LS (jika tunai), BAST (jika berupa Lainnya

aset)/Dokumen yang Dipersamakan Investasi Jangka Penyertaan Modal Kepada SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa

Panjang

BUMN

aset)/Nota Kredit/ Dokumen yang

Permanen

Dipersamakan

Penyertaan Modal Kepada SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa BUMD

aset)/Nota Kredit/ Dokumen yang Dipersamakan

Penyertaan Modal Kepada SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa Badan Usaha Milik Swasta aset)/Nota Kredit/ Dokumen yang

Dipersamakan

Investasi

Permanen SP2D-LS (jika tunai)/BAST (jika berupa

Lainnya

aset)/Nota Kredit/ Dokumen yang Dipersamakan

2. Pengakuan

Investasi diakui saat terdapat pengeluaran kas atau aset lainnya yang dapat memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. memungkinkan pemerintah memperoleh manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa depan; atau

b. nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai/andal (reliable). Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial b. nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai/andal (reliable). Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi memenuhi kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial

Kriteria pengakuan investasi, biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran atau pembelian yang didukung dengan bukti yang menyatakan/ mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya, atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.

Ketika pengakuan investasi itu terjadi, maka fungsi akuntansi PPKD membuat jurnal pengakuan investasi. Untuk pengakuan investasi jangka pendek, jurnal tersebut mencatat investasi jangka pendek di debit dan kas di kas daerah di kredit (jika tunai) berdasarkan dokumen sumber yang relevan. Sementara itu, untuk pengakuan investasi jangka panjang, jurnal tersebut mencatat investasi jangka panjang di debit dan kas di kas daerah di kredit (jika tunai). Selain itu, untuk investasi jangka panjang, pemerintah daerah juga mengakui terjadinya pengeluaran pembiayaan dengan menjurnal pengeluaran pembiayaan-penyertaan modal/investasi pemerintah daerah di debit dan perubahan SAL di kredit.

3. Pengukuran

Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.

Pengukuran investasi berbeda-beda berdasarkan jenis investasinya. Berikut ini akan dijabarkan pengukuran investasi untuk masing-masing jenis.

a. Pengukuran investasi jangka pendek:

1) Investasi dalam bentuk surat berharga:  Apabila terdapat nilai biaya perolehannya, maka dicatat sebesar biaya perolehan yang di dalamnya mencakup harga investasi, komisi, jasa bank, dan biaya

lainnya.  Apabila tidak terdapat biaya perolehannya, maka dicatat sebesar nilai wajar atau harga pasarnya.

2) Investasi dalam bentuk non saham dicatat sebesar nilai nominalnya, misalnya deposito berjangka waktu 6 bulan.

b. Pengukuran investasi jangka panjang:

1) Investasi permanen dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi berkenaan ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi berkenaan.

2) Investasi nonpermanen:  investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya.  investasi dalam bentuk dana talangan untuk penyehatan perbankan yang akan

segera dicairkan dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan.  penanaman modal di proyek-proyek pembangunan pemerintah daerah (seperti proyek PIR) dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang

dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.

c. Pengukuran investasi yang diperoleh dari nilai aset yang disertakan sebagai investasi pemerintah daerah, dinilai sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada.

d. Pengukuran investasi yang harga perolehannya dalam valuta asing harus dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah bank sentral) yang berlaku pada tanggal transaksi.

4. Metode Penilaian Investasi

Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode yaitu:

a. Metode biaya

Investasi pemerintah yang dinilai menggunakan metode biaya akan dicatat sebesar biaya perolehan. Hasil dari investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan

tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait.

b. Metode ekuitas

Investasi pemerintah yang dinilai menggunakan metode ekuitas akan dicatat sebesar biaya perolehan investasi awal dan ditambah atau dikurangi bagian laba atau rugi sebesar persentasi kepemilikan pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba yang diterima pemerintah, tidak termasuk dividen yang diterima dalam bentuk saham, akan mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.

c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan

Investasi pemerintah yang dinilai dengan menggunakan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan akan dicatat sebesar nilai realisasi yang akan diperoleh di akhir masa investasi. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.

Penggunaan metode-metode tersebut di atas didasarkan pada kriteria sebagai berikut:  Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya.

 Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas.

 Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas.  Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang

direalisasikan. Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya prosentase kepemilikan saham bukan merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode penilaian investasi, tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh ( the degree of influence) atau pengendalian terhadap perusahaan investee. Ciri-ciri adanya pengaruh atau pengendalian pada perusahaan investee, antara lain:

1) Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris;

2) Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi;

3) Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi perusahaan investee;

4) Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam rapat/pertemuan dewan direksi.

5. Pengakuan Hasil Serta Pelepasan Dan Pemindahan Investasi

Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen tunai ( cash dividend), diakui pada saat diperoleh dan

dicatat sebagai pendapatan. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba berupa dividen tunai yang diperoleh oleh pemerintah dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dan mengurangi nilai investasi pemerintah. Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan menambah nilai investasi pemerintah.

Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, pelepasan hak karena peraturan pemerintah, dan lain sebagainya. Perbedaan antara hasil pelepasan investasi dengan nilai tercatatnya harus dibebankan atau dikreditkan kepada keuntungan/rugi pelepasan investasi. Keuntungan/rugi pelepasan investasi disajikan dalam laporan operasional.

6. Jurnal Standar Pemerintah Pusat

a. Perolehan Investasi

Pada saat perolehan investasi jangka panjang, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Pengeluaran Investasi Pemerintah

xxx

xxx

Ditagihkan ke Entitas Lain

xxx

Kuasa BUN menjurnal pengeluaran kas dan membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan jurnal pengeluaran kas.

b. Pendapatan Hasil Investasi

Pada saat pendapatan kas hasil investasi jangka panjang/dividen diterima, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Diterima dari Entitas Lain

xxx

xxx

Pendapatan Bagian Laba BUMN

xxx

Kuasa BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan jurnal penerimaan kas.

c. Pelepasan Investasi

Pada saat pelepasan investasi jangka panjang, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan jurnal:

Nomor Tanggal

Debet Kredit Bukti

Diterima dari Entitas Lain

xxx

xxx

Penerimaan Hasil Privatisasi

xxx

Kuasa BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan jurnal penerimaan kas.

7. Jurnal Standar Pemerintah Daerah

a. Perolehan Investasi

1) Perolehan Investasi (Investasi Jangka Pendek)

Ketika pemerintah daerah melakukan pembentukan/pembelian investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas, fungsi akuntansi PPKD mencatat jurnal:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Investasi Jangka Pendek

xxx

xxx

Kas di Kas Daerah

xxx

2) Perolehan Investasi (Investasi Jangka Panjang)

Perolehan investasi dicatat ketika penyertaan modal dalam peraturan daerah direalisasikan. Pencatatan dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD berdasarkan SP2D- LS (jika tunai) yang menjadi dasar pencairan pengeluaran pembiayaan untuk investasi tersebut. Fungsi akuntansi PPKD mencatat perolehan investasi jangka panjang dengan jurnal:

a) Investasi Jangka Panjang Non Permanen

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Investasi Jangka Panjang Non Permanen

xxx

xxx

Kas di Kas Daerah

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Pengeluaran Pembiayaan – Dana Bergulir

xxx

xxx

Perubahan SAL

xxx

b) Investasi Jangka Panjang Permanen

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Investasi Jangka Panjang Permanen

xxx

xxx

Kas di Kas Daerah

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Uraian

Rekening

Pembiayaan – Penyertaan xxx

Modal/Investasi Pemda

xxx

Perubahan SAL

xxx xxx

1) Hasil Investasi Jangka Pendek

Hasil investasi jangka pendek berupa pendapatan bunga. Pendapatan bunga ini biasanya diperoleh bersamaan dengan pelepasan investasi jangka pendek tersebut, sehingga pembahasannya akan digabungkan ke sub bagian pelepasan investasi.

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Kas di Kas Daerah

xxx

xxx

Pendapatan Bunga…- LO

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Perubahan SAL

xxx

xxx

Pendapatan Bunga…- LRA

xxx

2) Hasil Investasi Jangka Panjang

a) Metode Biaya Dalam metode biaya, keuntungan/kerugian perusahaan tidak mempengaruhi investasi yang dimiliki pemerintah daerah. Pemerintah daerah hanya menerima dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Berdasarkan pengumuman pembagian dividen yang dilakukan oleh perusahaan investee, PPKD dapat mengetahui jumlah dividen yang akan diterima pada periode berjalan.Selanjutnya fungsi akuntansi PPKD menjurnal:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Uraian

Rekening

Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah xxx

yang Dipisahkan

xxx Kekayaaan Daerah yang Dipisahkan-LO

Pada saat perusahaan investee membagikan dividen tunai kepada pemerintah daerah, fungsi akuntansi PPKD mencatat jurnal:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Kas di Kas Daerah

xxx Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaaan

xxx

xxx

Daerah yang Dipisahkan

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Perubahan SAL

xxx Kekayaaan Daerah yang Dipisahkan-LRA

b) Metode Ekuitas Berdasarkan laporan keuangan perusahaan tempat pemerintah daerah berinvestasi, PPKD dapat mengetahui jumlah keuntungan perusahaan pada periode berjalan. Dalam metode ekuitas, keuntungan yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhi jumlah investasi yang dimiliki pemerintah daerah. Pada saat perusahaan mengumumkan laba, fungsi akuntansi PPKD mencatat kejadian tersebut dengan melakukan penjurnalan sebagai berikut:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Investasi Jangka Panjang

xxx Kekayaaan Daerah yang Dipisahkan-LO

Pada saat perusahaan membagikan dividen, fungsi akuntansi PPKD akan mencatat penerimaan dividen (tunai) tersebut dengan jurnal:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Kas di Kas Daerah

xxx

xxx

Investasi Jangka Panjang

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Uraian

Rekening Rekening

xxx

Perubahan SAL

xxx Kekayaaan Daerah yang Dipisahkan-LRA

c) Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan Ketika pendapatan bunga dari investasi jangka panjang non permanen (misalnya pendapatan bunga dari dana bergulir) telah diterima, Fungsi Akuntansi PPKD mencatat penerimaan bunga dengan jurnal:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Kas di Kas Daerah

xxx

xxx

Pendapatan Bunga Dana Bergulir – LO

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Perubahan SAL

xxx

xxx

Pendapatan Bunga Dana Bergulir – LRA xxx

c. Pelepasan Investasi

1) Pelepasan Investasi Jangka Pendek

Ketika dilakukan pelepasan investasi jangka pendek, berdasarkan dokumen transaksi yang dimiliki PPKD, Fungsi Akuntansi PPKD melakukan pencatatan dengan menjurnal:

Jurnal LO dan Neraca

Debet Kredit Bukti

Kas di Kas Daerah

xxx

xxx

Pendapatan ... – LO

xxx

xxx

Investasi Jangka Pendek

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Perubahan SAL

xxx

xxx

Pendapatan ... – LRA

xxx

2) Pelepasan Investasi Jangka Panjang

Ketika dilakukan pelepasan investasi jangka panjang misalnya saham, berdasarkan dokumen transaksi yang dimiliki PPKD, fungsi akuntansi PPKD melakukan pencatatan dengan menjurnal:

Jurnal LO dan Neraca (Jika Surplus)

Debet Kredit Bukti

Kas di Kas Daerah

xxx Surplus Pelepasan Investasi Jangka

Investasi Jangka Panjang

xxx

Jurnal LRA

Debet Kredit Bukti

Perubahan SAL

yang xxx

Dipisahkan

8. Perlakuan Khusus

a. Badan Layanan Umum (BLU)

Satuan kerja tidak boleh melakukan investasi jangka pendek kecuali BLU, dalam rangka pemanfaatan kas yang menganggur. Apabila kas yang dipergunakan berasal dari kas operasional maka investasi tersebut disajikan sebagai investasi jangka pendek dan merupakan bagian dari SiLPA/SAL. Apabila kas yang dipergunakan berasal dari kas kelolaan yang akan/belum bergulir, maka investasi tersebut disajikan sebagai aset lainnya dan bukan merupakan bagian dari SiLPA/SAL.

b. Investasi Dalam Saham Bersaldo Minus

Investasi ini dimungkinkan karena perusahaan tersebut terus menerus mengalami kerugian atau nilai kewajiban melebihi nilai asetnya, sehingga nilai ekuitas bersaldo minus.ini diakui oleh pemerintah sepanjang dapat diyakini menurut praktik akuntansi yang diterima umum, dan/atau pemerintah mempunyai tanggung jawab konstruktif dan kewajiban hukum terhadap perusahaan negara.

c. Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS)

Merupakan aset yang berasal dari APBN yang telah diporeasikan/dipergunakan oleh BUMN berdasarkan BAST dan masih dicatat Kementerian/Lembaga karena belum ditetapkan Merupakan aset yang berasal dari APBN yang telah diporeasikan/dipergunakan oleh BUMN berdasarkan BAST dan masih dicatat Kementerian/Lembaga karena belum ditetapkan

d. Dana Bergulir Yang Belum Digulirkan/Diinvestasikan dan Yang Tidak Digulirkan Kembali

Dana bergulir yang belum digulirkan disajikan pada Aset Lainnya sebagai Dana Kelolaan yang Belum Digulirkan. Dana Bergulir yang tidak digulirkan kembali, maka disetorkan ke kas negara sampai dengan tanggal pelaporan keuangan disajikan sebagai Kas Lainnya dan Setara Kas.

9. Penyajian Di Laporan Keuangan

Investasi jangka pendek disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar, sedangkan investasi jangka panjang disajikan sebagai bagian dari Investasi Jangka Panjang yang kemudian dibagi ke dalam Investasi Nonpermanen dan Investasi Permanen.

Berikut adalah contoh penyajian investasi jangka pendek dalam Neraca Pemerintah Pusat.

Berikut adalah contoh penyajian investasi jangka panjang dalam Neraca Pemerintah Pusat.

Berikut adalah contoh penyajian investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang dalam Neraca Pemerintah Daerah.

10. Pengungkapan

Pengungkapan investasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;

b. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;

c. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang;

d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;

e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;

f. Perubahan pos investasi.

B. AKUNTANSI KEWAJIBAN

1. Gambaran Umum

a. Definisi

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I PSAP Nomor 09 tentang Kewajiban menjelaskan bahwa kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.

Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pendanaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional.

Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya. Kewajiban bersifat mengikat dan dapat dipaksakan secara hukum sebagai konsekuensi atas kontrak atau peraturan perundang-undangan.

b. Klasifikasi

Kewajiban pemerintah dapat diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu/saat jatuh temponya dan berdasarkan sumber dana.

1) Kewajiban Berdasarkan Jatuh Tempo

Berdasarkan jatuh temponya, kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Berdasarkan paragraf 11 PSAP 09,

a) Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu

12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek antara lain utang transfer pemerintah daerah, utang kepada pegawai, utang bunga, utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.

b) Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Selain itu, kewajiban yang akan dibayar dalam waktu 12 bulan dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika:

(1) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 bulan; (2) entitas bermaksud untuk mendanai kembali ( refinance) kewajiban tersebut

atas dasar jangka panjang; (3) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendaan kembali ( refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum pelaporan keuangan disetujui.

Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali ( refinancing) atau digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pendanaan jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.

Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu ( covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka pendek ( payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika: pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

2) Kewajiban Berdasarkan Sumber Pinjaman

Kewajiban juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber dana atau pemberi pinjaman. Sumber dana atau pemberi pinjaman dapat berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Pinjaman yang diperoleh dari luar negeri akan disajikan dalam kelompok utang luar negeri, dan pinjaman dari dalam negeri akan disajikan dalam kelompok utang dalam negeri.

a) Utang Dalam Negeri, perlakuan akuntansi utang dalam negeri mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu pengakuan, pengukuran, serta penyajian dan pengungkapan. Setiap akun dari pos utang dalam negeri dalam buletin teknis ini akan ditelaah dari tiga aspek perlakuan tersebut. Pembahasan dimulai dari kewajiban jangka pendek diikuti dengan kewajiban jangka panjang.

b) Utang Luar Negeri, atau biasa dikenal dalam istilah pemerintahan sebagai pinjaman luar negeri merupakan salah satu instrumen yang diambil oleh pemerintah dalam upaya menanggulangi defisit anggaran. Utang luar negeri juga dapat digunakan untuk keperluan lain sesuai dengan rencana kerja dan keuangan pemerintah. Utang luar negeri dapat berupa kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

Hubungan antara utang dalam negeri dan utang luar negeri dengan klasifikasi jangka pendek dan jangka panjang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Utang Dalam Negeri

Utang Luar Negeri

2. Pengakuan

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.

Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban tersebut dapat timbul dari:

a. Transaksi dengan Pertukaran ( exchange transactions)

Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan.

b. Transaksi tanpa Pertukaran ( non-exchange transactions)

Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai gantinya. Dalam hal ini, hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan.

c. Kejadian yang Berkaitan dengan Pemerintah ( government-related events)

Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian yang tidak didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah. Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah, dengan basis yang sama dengan kejadian yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.

d. Kejadian yang Diakui Pemerintah ( government-acknowledge events)

Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian yang tidak didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan untuk merespon kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab luas untuk menyediakan kesejahteraan publik.

Untuk itu, Pemerintah sering diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah, dan atas biaya yang timbul sehubungan dengan kejadian tersebut telah terjadi transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.

3. Pengukuran

Kewajiban pemerintah daerah dicatat sebesar nilai nominalnya. Apabila kewajiban tersebut dalam bentuk mata uang asing, maka dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal necara. Penggunaan nilai nominal dalam pengukuran kewajiban ini berbeda untuk masing-masing pos mengikuti karakteristiknya. Berikut ini akan dijabarkan mengenai pengukuran untuk masing-masing pos kewajiban.

Pengukuran kewajiban atau utang jangka pendek pemerintah daerah berbeda-beda berdasarkan jenis investasinya. Berikut ini akan dijabarkan bagaimana pengukuran kewajiban untuk masing-masing jenis kewajiban jangka pendek.

a. Pengukuran Utang kepada Pihak Ketiga

Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah harus mengakui kewajiban atas jumlah yang

belum dibayarkan untuk barang tersebut. Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antar unit pemerintahan harus dipisahkan dengan kewajiban kepada unit nonpemerintahan.

b. Pengukuran Utang Transfer

Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan. Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Pengukuran Utang Bunga

Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang berkaitan.

d. Pengukuran Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.

e. Pengukuran Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Bagian lancar utang jangka panjang dicatat sejumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

f. Pengukuran Kewajiban Lancar Lainnya

Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak termasuk dalam kategori yang ada. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan disusun. Pengukuran untuk masing- masing item disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pos tersebut, misalnya utang pembayaran gaji kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih harus dibayarkan atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut. Contoh lainnya adalah penerimaan pembayaran di muka atas penyerahan barang atau jasa oleh pemerintah kepada pihak lain.

Kewajiban atau utang jangka panjang pemerintah daerah juga diukur berdasarkan karakteristiknya. Terdapat dua karakteristik utang jangka panjang pemerintah daerah, yaitu:

g. Utang yang tidak diperjualbelikan

Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan (non-traded debt) merupakan kewajiban entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan.

h. Utang yang diperjualbelikan

Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam bentuk sekuritas utang pemerintah (government debt securities) yang dapat memuat ketentuan mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.Jenis sekuritas utang pemerintah harus dinilai sebesar nilai pari (original face value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum diamortisasi. Sekuritas utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari tanpa diskonto ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari. Sekuritas yang dijual dengan harga diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh tempo; sedangkan sekuritas yang dijual dengan harga premium nilainya akan berkurang.

4. Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo Dan Tunggakan

Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo karena adanya fitur untuk ditarik ( call feature) oleh penerbit dari sekuritas tersebut atau karena memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka selisih antara harga perolehan kembali dan nilai tercatat netonya harus disajikan pada Laporan Operasional dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban yang berkaitan.

Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk Daftar Umur ( aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.

5. Restrukturisasi

a. Definisi

Definisi restrukturisasi utang berdasarkan PSAP 09 Akuntansi Kewajiban, adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:

1) Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan dengan utang baru; atau

2) Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk perubahan jadwal pembayaran, penambahan masa tenggang, atau menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo dan/atau tertunggak.

Dengan demikian, restrukturisasi utang dapat berupa pembayaran utang dengan syarat yang lebih lunak atau lebih ringan dibandingkan dengan syarat pembayaran utang sebelum dilakukannya proses restrukturisasi utang, karena adanya keringanan yang diberikan kreditur kepada debitur. Keringanan semacam ini tidaklah diberikan kepada debitur apabila debitur tersebut tidak dalam keadaan kesulitan keuangan. Keringanan semacam ini dapat berasal dari perjanjian antara kreditur dengan debitur, atau dari keputusan pengadilan, serta dari peraturan hukum.

Restrukturisasi utang dapat terjadi sebelum, pada, atau sesudah tanggal jatuh tempo utang yang tercantum dalam perjanjian. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan utang baru hasil restrukturisasi di neraca diatur dalam PSAP 9 Paragraf 69 dan 73, yaitu:

Paragraf 69

Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait.

Paragraf 73

Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru utang, termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai.

b. Pengakuan

Restrukturisasi diakui pada saat telah disahkannya perjanjian restrukturisasi antara para pihak, yaitu kreditur dan debitur, dan berlaku terhitung mulai tanggal yang ditetapkan dalam perjanjian.

c. Pengukuran

Besarnya utang baru sehubungan dengan restrukturisasi adalah sebesar nilai utang lama ditambah dan/atau dikurangi dengan nilai absolut dari faktor penambah dan/atau pengurang sebagaimana disebutkan dalam perjanjian restrukturisasi.

d. Penyajian dan Pengungkapan

Utang baru yang dihasilkan dari restrukturisasi disajikan di neraca dengan klasifikasi/pos yang sama dengan utang jangka panjang lama yang digantikannya. Restrukturisasi utang tidak dicatat dalam laporan arus kas.

Berkenaan dengan adanya restrukturisasi, perlu diungkapkan pada CALK antara lain informasi berikut:

1) Persyaratan kredit pada perjanjian utang lama yang direvisi;