Kebijakan Perusahaan tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
6.1 Kebijakan Perusahaan tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
Perusahaan memandang bahwa pelaksanaan Corporate Social Responsibility merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan. Dalam menjalankan bisnis, perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan hanya mencari profit dan meningkatkan reputasi semata, melainkan tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungannya. Melalui motto “ Doing good is good fo r business” perusahaan memandang bahwa CSR merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan bisnis. Setiap aspek bisnis dilakukan dengan penuh tanggung jawab sehingga menciptakan dampak positif bagi masyarakat.
Bentuk kebijakan CSR yang di lakukan perusahaan diwujudkan dengan mendirikan Yayasan Unilever Indonesia Peduli yang didirikan pada tahun 2000. Yayasan ini didirikan untuk meneruskan pemusatan sumber daya inisiatif yang akan memenuhi komitmen CSR perusahaan. Dalam meningkatkan reputasi, perusahaan menekankan pentingnya berkesinambungan dalam pelestarian lingkungan, kehidupan sosial, maupun pertumbuhan usaha.
Dalam mengembangkan programnya, yayasan berpegang pada 4 strategi utama yaitu:
Relevansi; mengembangkan program yang terkait usaha. Model; merumuskan model kegiatan atau program percontohan yang
dapat diterapkan di daerah lain; Kemitraan; bekerja sama dengan unsur-unsur masyarakat seperti LSM, lembaga pemerintah, pranata pendidikan pelaku bisnis lain dan Replikasi; membuat replikasi model di daerah-daerah lain.
Perusahaan memandang bahwa pelaksanaan CSR tidak hanya dikhususkan untuk masyarakat secara luas (eksternal), melainkan menitikberatkan juga kepada karyawan dan para stakeholders yang terlibat dalam perusahaan. Seperti yang di ungkapkan informan:
“ ..Bagi kami, CSR itu bukan hanya penting buat masyarakat saja, tapi internal perusahaan seperti karyawan dan stakeholder lainnya harus di berikan perhatian juga, maka tidak hanya ke eksternal saja melainkan internal perusahaan. Makanya kalau kamu liat di perusahaan ini ada PIAZZA dan Fitness Centre, itu merupakan salah fasilitas yang diberikan kepada karyawan debagai bentuk apresiasi kepada mereka.. ”. (Ibu NK)
Dalam menerapkan program Yayasan Unilever Peduli yang berkesinambungan, perusahaan selalu aktif mencari masukan, usulan dan komentar para stakeholder , terutama dari masyarakat agar dapat menciptakan kontribusi perusahaan lebih efektif, efisien dan tepat sasaran. Pertemuan bulanan dengan tokoh masyarakat dilakukan secara rutin, sebagai pendekatan yang bottom-up . Berfokus pada kekuatan Unilever, perusahaan yakin dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
“ ...Kami percaya bahwa tanggung jawab sosial perusahaan itu tidak sebatas kontribusi sukarela,tapi mencerminkan seluruh kegiatan perusahaan.. .” (Ibu NK)
Pandangan perusahaan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan mencakup seluruh kegiatan bisnis perusahaan. Perusahaan meyakini bahwa organisasi bisnis yang bertanggung jawab harus memberikan kontribusi yang bermakna bagi kesejahteraan masyarakat, perekonomian nasional, serta dasar- dasar pendidikan sosial dan lingkungan. Dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari sekedar perwujudan kedermawanan ( philanthropy ), perusahaan berusaha untuk berbagi teknologi dan keahilan, bahkan juga kemitraan, dalam pelaksanaan kontribusi sukarela perusahaan.
Perusahaan sudah mulai menerapkan konsep tanggung jawab sosialnya sejak perusahaan tersebut berdiri, jadi murni berasal dari dalam perusahaan tidak berdasarkan paksaaan atau tekanan. Adanya undang-undang yang mengatur yaitu UU No.40 Pasal 74 tahun 2007, tidak mempengaruhi perusahaan dalam kebijakan CSR, karena hal tersebut sudah diwujudkan sejak perusahan berdiri. Hanya saja Perusahaan sudah mulai menerapkan konsep tanggung jawab sosialnya sejak perusahaan tersebut berdiri, jadi murni berasal dari dalam perusahaan tidak berdasarkan paksaaan atau tekanan. Adanya undang-undang yang mengatur yaitu UU No.40 Pasal 74 tahun 2007, tidak mempengaruhi perusahaan dalam kebijakan CSR, karena hal tersebut sudah diwujudkan sejak perusahan berdiri. Hanya saja
“ ...Sebenarnya ya.. sejak ada UU atau peraturan tentang CSR, kami sudah melaksanakan program CSR sejak lama, bahkan sejak perusahaan berdiri, hanya sejak adanya peraturan tersebut, program nya lebih terkonsep saja dan kami lebih mengembangkan program-program yang berprinsip pemberdayaan seiring dengan pengetahuan-pengetahuan yang bertambah.. ” (Ibu NK).
Cara pandang atau alasan perusahaan melaksanakan CSR dapat dikategorikan internal driven , karena murni dorongan tulus dari dalam perusahaan, tidak karena ada paksaan atau tuntutan masyarakat, bahkan regulasi pemerintah sekalipun. Seperti yang telah di jelaskan di atas, perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya ( cost centre ) melainkan sebagai sentra laba ( laba centre ) di masa mendatang. CSR disikapi secara strategis dengan melakukan alignment antara inisiatif CSR dengan strategi perusahaan.