MOTIVASI PERILAKU KONSUMSI WISATAWAN DOMESTIK DALAM KUNJUNGANNYA KE KOTA SOLO Dalam melakukan sebuah perilaku, seseorang mempunya hal yang

C. MOTIVASI PERILAKU KONSUMSI WISATAWAN DOMESTIK DALAM KUNJUNGANNYA KE KOTA SOLO Dalam melakukan sebuah perilaku, seseorang mempunya hal yang

melatarbelakanginya. Dalam hal ini, wisatawan domestik mempunyai hal yang

melatarbelakangi sehingga ia melakukan perilaku konsumsi dalam hal ini, hal – hal yang menjadi latar belakang tersebut menjadi motivasi. Dalam melakukan perilaku konsumsi, wisatawan domestik dalam melakukan wisata budaya di Kota Solo mempunyai motivasi yang mendukung, antara lain :

1. Kebutuhan Kebutuhan merupakan faktor penyebab yang mendasari lahirnya perilaku seseorang, dalam hal ini wisatawan. Kebutuhan yang paling kuat pada saat tertentu akan menjadi pendorong atau motivator yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku kearah tercapainya tujuan. Sama halnya dengan individu pada umumnya, makan dan minum merupakan kebutuhan wisatawan yang paling utama. Hal ini dapat dilihat bahwa di beberapa daerah sampai beberapa Negara, pengeluaran wisatawan terbesar jatuh ke sektor ini (Wahab, 1992).

Pemenuhan kebutuhan individu umumnya dilaksanakan berdasarkan tingkat prioritasnya. Jika kebutuhan pokok pertama telah terpenuhi, maka individu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokok selanjutnya.

Tempat tinggal merupakan kebutuhan pokok setelah makan dan minum. Bepergian jauh dari tempat tinggalnya sehari – hari memaksa wisatawan untuk memenuhi kebutuhan ini dengan memanfaatkan jasa penginapan, hotel atau yang lain. Seperti yang dikatakan Topan Triawan :

“ Karna tadi nyampe Solo sudah siang, jadi nginep semalem di Hotel RIO, besok pagi baru berangkat ke Madiun.”

Hal senada juga diungkapkan Pardi Hendrawan : “ Saya sekeluarga menginap di Hotel ini memang karena kebutuhan.

Saya sendiri tidak kuat jika harus menyetir mobil jarak jauh. “

Berbeda dengan wisatawan yang tidak membutuhkan hotel untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal sementara, mereka menginap di tempat saudara atau kerabat yang tinggal di Solo. Seperti yang dialami Sriyatun :

“ Menginap di rumah saudara, karna selain untuk menghemat pengeluaran banyak juga saudara yang tinggal di Solo. “

Lain halnya dengan wisatawan yang tidak menggunakan jasa akomodasi karena wisatawan tersebut memang tidak bermalam dalam perjalanan pariwisatanya. Misalnya saja Sulastri, yang ditemui di keramaian pertunjukkan SIPA beberapa waktu lalu :

“ Di Solo cuma sehari, tu aja habis pertunjukkan ni langsung pulang, jadi ya ga pake nginep.”

Dari kutipan tersebut dapat terlihat bahwa kebutuhanlah yang menjadi motivasi wisatawan dalam melakukan perilaku konsumsi jasa akomodasi.

berkembangnya jasa pariwisata, khususnya bagi para wisatawan yang datang dari luar daerah. Beragamnya tempat wisata di solo, membuat wisatawan memerlukan banyak waktu untuk dapat menikmati pesona wisata Solo secara keseluruhan. Hal tersebut tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Pesona Wisata Solo yang dapat dinikmati dari mulai pagi hingga malam, mampu menghadirkan sesuatu yang khas dan dapat menarik perhatian wisatawan untuk tinggal lebih lama di Solo. Dari hal tersebut, tentunya jasa akomodasi berupa penginapan atau hotel beserta fasilitas lainnya yang disediakan merupakan jasa pendukung yang juga sangat penting bagi berkembanya potensi pariwisata di kota Solo.

2. Kondisi Keuangan Individu bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut antara lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Jadi tujuan yang hendak dicapai individu merupakan landasan dari segenap perilakunya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dapat diupayakan dengan bekerja. Perilaku konsumsi individu dikaji dari segi pilihan – pilihan rasional dengan asumsi dasar bahwa setiap perilaku individu diarahkan oleh perhitungan yang sadar untuk meminimalkan pengorbanan, dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh (Damsar, 1997:13). Seperti yang di uraikan Sriyatun :

“ Menginap di rumah saudara, karna selain untuk menghemat pengeluaran banyak juga saudara yang tinggal di Solo. “

Hal senada juga disampaikan Pardi Hendrawan : “ ………. Harga yang tidak terlalu mahal dengan melihat fasilitas yang

diberikan, serta lokasi di pinggir jalan raya tidak membuat kami repot mencari tempat penginapan. “

Karena hanya mereka sendiri yang mengetahui kemampuan mereka dalam mengkonsumsi sesuatu, informan juga melihat kondisi keuangan mereka masing – masing. Sehingga motivasi perilaku konsumsi yang mereka lakukan itu adalah berdasar pada kondisi keuangan.

3. Gaya Hidup Masyarakat kelas atas mengekspresikan identitas mereka dengan mengkonsumsi barang atau jasa yang dapat membedakan mereka dengan masyarakat kelas bawah. Mereka mengkonsumsi sesuatu yang mempunyai merk tertentu. Pernyataan ini didukung pernyataan Sriyatun :

“ Belum sempat cari souvenir lagi, tapi kami sekeluarga sudah memesan pakaian sarimbit dari Batik Danar Hadi, karna coraknya yang bagus, bahannya nyaman dipakai, dan juga merk yang sudah terkenal berkelas dari dulu, jadi ga perlu ragu lagi sama kualitasnya.”

Dari pernyataan di atas, diketahui bahwa responden tersebut mengkonsumsi merk terkenal karena memang sudah percaya pada kualitas merk tersebut. Ini juga dapat menunjukkan statusnya sebagai seorang kelas

Gaya hidup yang menunjuk pada kepekaan konsumen baru diidentifikasi sebagai karakter konsumsi modern. Melalui gaya hidup, para konsumen dianggap membawa kesadaran atau kepekaan yang lebih tinggi terhadap konsumsi.

Selain kepuasan terhadap keunikan wisata solo, keragaman kuliner, serta berbagai jenis wisata belanja, ternyata ada satu hal yang menunjukkan stratifikasi wisatawan, yaitu gaya hidup. Hal tersebut menjadi suatu pengaruh yang besar bagi wisatawan untuk menentukan tempat wisata yang sesuai dengan kemampuan mereka. Namun keragaman strata tersebut, bukanlah menjadi suatu masalah bagi jasa wisata di Solo, karena Solo memiliki keragaman, yang dapat memenuhi kebutuhan semua strata

wisatawan. Gaya hidup yang berbeda juga terlihat dari cara seseorang mengisi waktu luangnya. Seperti dikatakan Pardi Hendrawan : “ Kami sekeluarga masih ingin melakukan perjalanan kesini lagi jika ada

waktu longgar. Susah mencari waktu luang yang bersamaan, Karena kami sibuk dengan urusan masing – masing. “

Dalam kehidupan sehari – hari, individu dihadapi dengan rutinitas yang monoton. Meskipun mereka mempunyai waktu luang, tapi bagaimana cara mempergunakan waktu luang tersebut menjadi gaya hidup yang berbeda tiap individu.