Keadaan Pariwisata Budaya Kota Surakarta

D. Keadaan Pariwisata Budaya Kota Surakarta

Kota Surakarta yang sangat dikenal dengan sebutan Kota Solo merupakan sebuah kota yang menjadi jantung budaya Jawa. Sosok Keraton yang menjadi simbol budaya Jawa, saat ini masih kokoh, dan eksis baik secara fisik, komunitas maupun ritualnya. Pariwisata Kota Solo banyak berkaitan dengan sejarah, budaya, serta ritual Keraton. Solo yang telah diresmikan menjadi Kota Budaya menjadi semakin ramai dikunjungi wisatawan, baik domestik ataupun manca. Dengan slogan barunya, yakni “ The Spirit of Java “, Kota Solo gencar melakukan pemasaran obyek wisatanya. Dengan menggelar berbagai event bertajuk pengenalan budaya yang dimiliki, Kota Solo terus memperbaiki berbagai sarana dan prasarana untuk wisatawan yang berkunjung ( Analisis Pasar Pariwisata Soloraya, 5 Juni 2007 ). Bentuk riil budaya yang hampir hilang dimakan zaman misalnya saja batik, kini mulai popular lagi. Tulisan huruf Jawa dipakai dalam penulisan nama tempat – tempat kantor pemerintah ataupun tempat umum lainnya.

Dengan adanya perkembangan pariwisata yang begitu pesat tersebut, timbullah berbagai fasilitas pariwisata untuk menunjang eksistensi pariwisata di Kota Surakarta. Faktor penunjang industri pariwisata yang ada di Kota Surakarta meliputi : hotel, restoran, biro perjalanan ( travel agent ), toko cinderamata ( souvenir shop ), dan jasa pemandu ( guide ).

1. Hotel

Hotel merupakan salah satu hal penting dalam dunia kepariwisataan yang menjadi pelengkap khususnya dalam hal menyediakan tempat sementara bagi wisatawan smelakukan perjalanan wisata yang diinginkan. Tak jarang pula fasilitas hotel menjadi faktor penarik bagi wisatawan dan mempunyai pern yang cukup besar dalam meningkatkan jumlah tamu yang berkunjung.

TabeBanyaknya Tamu yang Menginap di Hotel di Surakarta

tahun 2007

No Klasifikasi Hotel

20 05 20 06 20 07 Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus

1. Bintang Lima

2. Bintang Empat

3. Bintang Tiga

4 Bintang Dua

5 Bintang Satu

6 Melati Tiga

7 Melati Dua

8 Melati Satu

9 Tak Terklasifikasi

10 Pondok Wisata

JUMLAH

Menurut tabel tersebut, baik wisatawan domestik ataupun manca tidak menggunakan jasa hotel kelas bintang lima, dan pondok wisata. Sebagian besar wisatawan menghuni hotel bintang kelas empat (4).

2. Restoran Hadirnya restoran, tempat makan, ataupun kafe menjadi pelengkap dalam pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung. Rumah makan ataupun restoran di kota – kota biasanya tidak diselenggarakan khusus untuk wisatawan. Bahkan sebagian besar konsumennya adalah masyarakat setempat. Sangat menarik jika restoran tersebut menyajikan menu khusus andalan masing – masing restoran atau paling tidak menyajikan makanan khas daerah tersebut. Adapun restoran yang ada di Kota Surakarta juga banyak yang menyediakan jenis makanan dan minuman asing, juga minuman luar dengan berbagai merk, baik itu minuman biasa ataupun minuman keras. Pada umumnya, di sekitar daerah tujuan wisata terdapat restoran atau tempat makan yang sengaja menyediakan menu khas dari daerah tersebut. Misalnya saja di sebelah barat kawasan Puro Mangkunegaran ada penjual minuman khas Kota Solo, yakni “Wedang Dongo”. Atau ketika sore menjelang malam di sekitar depan Puro Mangkunegaran, daerah Keprabon tepatnya berjajar penjual nasi Liwet dan Gudeg yang memang makanan khas Solo. Namun bayak juga hotel atau penginapan yang juga telah menyediakan restoran.

3. Biro perjalanan ( travel agent ) Suatu daerah yang berkembang menjadi daerah industri pariwisata memerlukan pelayanan transportasi yang terorganisir dengan pengelolaan yang teratur, disiplin, serta dengan sistem yang dapat dipertanggungjawabkan. Tuntutan seperti ini mendorong munculnya biro perjalanan yang khusus berfungsi melayani wisatawan dalam perjalanan menuju daerah tujuan wisata yang diinginkan.

Biro perjalanan ( travel agent ) ini mempunyai fungsi antara lain, penjualan tiket, sarana pengangkutan ( darat, laut, dan udara ) dan karcis hiburan lainnya, serta malakukan pemesanan ( reservation ) kamar hotel, pertunjukkan, atraksi wisata atau hiburan lainnya ( A, Yoeti, 1983 : 226 )

4. Toko cinderamata ( souvenir shop ) Cinderamata biasa dipakai orang – orang sebagai kenang – kenangan bahwa ia telah melakukan perjalanan ke tempat tertentu. Toko cinderamata merupakan tempat yang memudahkan wisatawan mendapatkan barang yang dapat digunakan sebagai cinderamata. Kota Surakarta juga menyediakan sarana wisata tersebut, antara lain menyediakan kerajinan perak, ukir – ukiran, dan kerajinan kayu, uang zaman dulu, barang –barang antik yang terdapat di Pasar Tri Windu, yang kini berganti nama menjadi Pasar Windu Jenar. Adapun Pasar Klewer yang menjual berbagai macam kerajinan batik mulai dari baju santai, baju formal, tas, dompet, sampai sandal.

5. Jasa pemandu ( guide ) Salah satu bidang jasa yang sangat mendukung guna melayani wisatawan adalah jasa pemandu ( guide ). Maka dari itu, dalam melayani wisatawan, pemandu harus memiliki kemampuan, dan pengetahuan yang memadai, terutama tentang keadaan, sejarah, dan lokasi daerah tujuan wisata tersebut. Kota Surakarta terapat beberapa macam pemandu wisata, baik yang mempunyai licensi, atau legal, dan ada juga pemandu liar yang berkeliaran di daerah tujuan wisata. Jasa pemandu ( guide ) yang beroperasi di Kota Surakarta mestinya juga memiliki pengetahuan budaya, terutama budaya Jawa. Misalnya pemandu wisata yang ada di Keraton Kasunanan Surakarta telah mengenal betul sifat, dan karakter budaya Jawa, Solo khususnya.

6. Obyek Wisata Meskipun bukan ibukota provinsi, namun Solo berstatus sebagai kota besar dan menjadi salah satu kota budaya di Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakatnya mempunyai karakter yang kuat, yaitu lembut dalam bahasa, tingkah laku, serta tutur kata di samping masih mempertahankan kehidupan tradisinya. Penduduk Solo juga mengadopsi kehidupan modern, seperti banyaknya hotel berbintang, kafe, pub, bar, dan diskotik ( Visit Solo YEAR 2008 ). Banyaknya bangunan peninggalan sejarah yang saat ini masih berdiri di atas Kota Solo ini menambah alasan Kota Solo disebut sebagai Kota

Budaya. Selain itu, berbagai acara yang menonjolkan budaya memperkuat sebutan itu. Bentuk Warisan Budaya :

a. Keraton Kasunanan Surakarta

Keraton Kasunanan Surakarta dibangun oleh Paku Buwono II pada tahun 1745M. Sebelumnya, ibukota keraton berada di Kartosuro, yang berjarak kurang lebih 12km arah barat kota Surakarta. Secara fisik, bangunan keraton Kasunanan Surakarta terdiri dari bangunan inti dan lingkungan pendukungnya seperti Gapura ( pintu gerbang ) yang disebut Gladag pada bagian utara dan Pamurakan pada bagian selatan. Kemudian ada dua alun – alun di sebelah utara dan sebelah selatan Keraton Kasunanan. Juga terdapat Masjid Agung dan Pasar Batik yang terkenal, yaitu Pasar Klewer.

Di Keraton Kasunanan Surakarta terdapat Art Gallery yang menyimpan berbagai macam benda bersejarah yang mempunyai nilai seni dan sejarah yang tinggi. Beberapa koleksi yang ada antara lain Kereta Kencana, Senjata – senjata peninggalan sejarah, wayang kulit, dan beberapa peninggalan zaman dulu.

Hingga sekarang Keraton Surakarta telah berubah fungsi menjadi pusat kebudayaan sesuai dengan tuntutan zaman. Bahkan saat ini Keraton Surakarta merupakan salah satu obyek wisata yang sangat menarik minat Hingga sekarang Keraton Surakarta telah berubah fungsi menjadi pusat kebudayaan sesuai dengan tuntutan zaman. Bahkan saat ini Keraton Surakarta merupakan salah satu obyek wisata yang sangat menarik minat

Apabila memasuki kompleks Keraton dari arah utara melalui Alun-alun Utara, maka akan menjumpai beberapa bagian bangunan, yakni :

1. Pintu gerbang Kori Brojonolo. Di sini terdapat bangsal kecil, seperti bangsal Brojonolo, dan bangsal Wisomarto. Di sini juga terdapat ruang tempat lonceng serta dua (2) buah gedung yang membujur utara – selatan, tempat penjagaan prajurit berkuda (Ngebrak).

2. Pintu Gerbang Kori Kamandungan, Bangsal Kamandungan, lukisan lambing Kerajaan Jawa Sri Makuta Raja, Baleroto (tempat berhenti kendaraan), sebuah cermin besar, bangunan Jawa Semorokoto, dan Narcukunda.

3. Pintu Gerbang Kori Srimanganti, meliputi “Pancaosan Panewu” (ruang jaga mantra dan bawahannya dari golongan Keparak), sebuah cermin besar untuk memeriksa diri sebelum menghadap Susuhunan. Panggung Sanggabuwono yang berbentun segi delapan (hasto wolu). Panggung Songgobuwono, terutama bagian atas yang dikenal untuk tempat bermeditasi, sesaji, dan untuk bertemu dengan badan halus (sukma karira).

Ketika memasuki pelataran Kedhaton melewati Kori Simanganti, terdapat sebuah “Kedhaton Jawa” lengkap. Ke arah barat terlihat bangunan Jawa berbentuk Limasan Jubang yang disebut Maligi, yakni tempat untuk mengkhitankan putera Susuhunan. Pendopo besar berbentuk Joglo Pengrawit yang disebut Sasonosewoko, bangsal Paningrat, Sasono Ponosedya (ruang duduk Susuhunan saat menyaksikan pertunjukkan wayang kulit dan latihan Bedoyo Serimpi), dan Sasono Hondrowino, tempat menerima tamu-tamu penting atau acara jamuan makan bersama. Selain itu, masih ada lagi sebuah serambi yangdigunakan sebagai tempat berkumpul atau Paseban para Pangeran Putra, Pangeran Sentono, dan Riyo Nginggil menantikan Miyos dalem. Di sebelah Timur Kedhaton terdapat tiga buah bangunan yaitu bangunan menbujur utara selatan berbentuk limas an “kelabang anyander jubangan”. Kedua bangunan lainnya adalah bangsal Pradonggo (tempat gamelan), dan Bangsal Bujono (tempat menjamu para pendamping tamu agung).

Di Keraton Kasunanan Surakarta terdapat Art Gallery yang menyimpan berbagai macam benda bersejarah yang mempunyai nilai seni dan sejarah yang tinggi. Beberapa koleksi yang ada antara lain Kereta Kencana, senjata – senjata peninggalan sejarah, wayang kulit, dan beberapa peninggalan zaman dulu.

b. Puro Mangkunegaran

Puro Mangkunegaran dibangun pada tahun 1757 oleh Rden Mas Said yang lebih dikenal sebagaiPangeran Samber Nyawa, setelah penandatanganan Perundingan Salatiga pada 13 Maret 1757. Raden Mas Said kemudian menjadi Pangeran Mangkunegoro I.

Seiring dengan perjalan waktu, Puro Mangkunegaran telah berubah fungsi, dari Pusat pemerintahan Kerajaan menjadi pusat budaya. Kini, Puro Mangkunegaran menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang menarik di Kota Solo. Istana Mangkunegaran mulai dibuka untuk umum sebagai obyek wisata sejak tahun 1968. Bagi para wisatawan yang ingin menginap di lingkungan Istana, sejak tahun 1975 telah dibangun sebuah hotel persisi di sebelah barat daya Istana, yang bernama Mangkunegaran Palace Hotel. . Wisatawan yang menginap di hotel itu dapat menyaksikan pentas kesenian di pendapa yang berlangsung setiap malam. Arsitektur Istana Mangkunegaran bangunannya seperti model rumah atau bangunan tradisional Jawa. Bangunan Istana Mangkunegaran sendiri sesungguhnya terdiri dari dua bagian utama, yakni :

1. Pendopo Pendopo adalah Joglo dengan empat saka guru (tiang utama) yang digunakan untuk resepsi dan pementasan tari tradisional Jawa. Ada seperangkat gamelan yang diberi nama Kyai Kanyut Mesem.

Gamelan pusaka tersebut berusia kurang lebih 200 tahun dimainkan pada hari – hari tertentu untuk mengiringi latihan tari tradisional. Selain itu, terdapat gamelan “Upacara, Munggang, Cerobalen, dan Kodok Ngorek”, yang sering ditabuh pada upacara-upacara tertentu. Upacara itu adalah penobatan, perkawinan, khitanan, dan kedatangan tamu-tamu penting.

2. Dalem Agung Dalem Agung berbentuk limasan dengan delapan buah saka guru, tidak ditutup plafond sebagai simbol matahari digunakan untuk memajang berbagai koleksi barang peninggalan berharga yang bernilai seni dan sejarah yang tinggi. Terdapat koleksi topeng – topeng tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Ada juga koleksi berbagai perhiasan emas dan koleksi beberapa potret Mangkunegoro. Di dalam Dalem terdapat Pringgitan, ruang di mana keluarga menerima pejabat. Ruangan ini juga digunakan untuk mementaskan wayang kulit. Di dalam Pringgitan, ada beberapa lukisan karya Basuki Abdullah, pelukis Solo. Puro Mangkunegaran juga memiliki perpustakaan yang disebut Rekso Pustoko. Hal yang menarik adalah keseluruhan Istana yang dibuat dari kayu jati yang bulat atau utuh.

c. Kampung Batik Kauman

Kauman yang dahulu disebut Pakauman merupakan kampoeng kuno yang mempunyai seni dan kebudayaan yang khas seperti seni batik, seni hadrah, dan seni gamelan. Dengan rumah – rumah kuno yang berasrsitektur Jawa ( Joglo ) maupun kolonial Belanda bahkan gabungan arsitektur antara bentuk rumah Jawa - Belanda menjadikan Kauman sebagai salah satu daerah tujuan wisata ( DTW ) budaya di Kota Solo yang unik.

Kampung Kauman dahulu adalah pemasok batik di Kota Solo, terutama Keraton dan meluas hingga ke seluruh tanah air. Hal ini bisa dilihat dari sisa bentuk rumah – rumah sekarang yang mempunyai tempat untuk memproduksi batik (pabrik) dan toko – toko untuk memajang hasil produksinya. Produk batik khas Solo adalah batik tulis klasik motif kuno atau pakem. Namun sekarang produk batiknya berupa multi produk tapi masih didominasi batik tulis klasik yang dimodifikasi.

d. Kampung Batik Laweyan

Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajang tahun 1546 M. Karya seni tradisional batik terus ditekuni masyarakart Laweyan sampai sekarang. Suasana kegiatan membatik di Laweyan tempo dulu banyak didominasi oleh keberadaan para juragan batik sebagai pemilik usaha batik. Sebagai langkah strategis

untuk melestarikan seni batik, dalam era kakinian Kampung Laweyan didesain sebagai kampoeng Batik terpadu dengan memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 Ha yang terdiri dari tiga (3) blok. Konsep pengembangan terpadu dimaksudkan untuk memunculkan nuansa batik dominan yang secara langsung akan mengantarkan para pengunjung pada keindahan seni batik. Di antara ratusan motif batik yang dapat ditemukan di Kampung Batik Laweyan, misalnya jarik dengan motif Tirto Tejo, dan Truntun merupakan ciri khas utama batik Laweyan. Spray dan garment dengan motif warna abstrak adalah seni pendukung yang melengkapi koleksi batik Laweyan. Kampung batik Laweyan juga dilengkapi dengan fasilitas untuk memberikan pendidikan dan pelatihan untuk belajar membatik tanpa batasan jumlah orang yang belajar, dan asih bersifat sosial. Pengelolaan kampung batik Laweyan diorientasikan untuk menciptakan suasana wisata dengan konsep “rumahku adalah galeriku”. Artinya rumah memiliki fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi.

Keroncong, karawitan, dan rebana merupakan jenis kesenian tradisional yang banyak ditemukan di masyarakat Laweyan. Selain itu, Makam Kyai Ageng Anis (tokoh yang menurunkan Raja-raja Mataram), bekas rumah Kyai Ageng Anis, dan Sutowijoyo (Panembahan Senopati), bekas pasar Laweyan, bekas Bandar Kabanaran, Makam Jayengrana

(Prajurut Untung Suropati), Langgar Merdeka, Langgar Makmoer, dan rumah H. Samanhudi (pendiri Sarekat Dagang Islam) dapat ditemukan di wilayah Laweyan. Laweyan juga terkenal dengan bentuk bangunan khususnya arsitektur rumah para juragan batik yang dipengaruhi arsitektur tradisional Jawa, Eropa, Cina, dan Islam. Bangunan – banguna tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau “beteng” yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit yang spesifik seperti kawasan Town Space . Kelangkapan khasanah seni dan budaya Kampung batik Laweyan tersebut menjadi sebab tingginya frekuensi kunjungan wisatawan dari dinas, dan institusi pendidikan, swasta, dan juga mancanegara.

e. Gedung Wayang Orang Sriwedari

Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari merupakan suatu bangunan gedung yang dipakai untuk mementaskan wayang orang. Wayang orang adalah salah satu bentuk seni pertunjukkan tradisional yang diperankan oleh pemain yang piawai memainkan berbagai tokoh cerita. Menyajikan cerita wayang berdasarkan pada kisah Mahabarata dan Ramayana yang mengandung pesan moral dan tertanam dalam jiwa masyarakat lokal. Dengan setting panggung yang eksotis, suasana pertunjukkan yang unik seakan membawa kembali penonton ke zaman dulu. Gedung ini terletak di kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari.

f. Museum Radya Pustaka

Museum Radya Pustaka merupakan suatu museum yang berisi peninggalan sejarah masa lalu Yang terletak di sebelah timur Kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, tepatnya di depan Gedung kantor Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Surakarta. Di Museum terdapat barang – barang yang dulunya dipakai para kerabat Keraton. Misalnya saja meja makan beserta alat makan, senjata, lesung atau alat penumbuk padi, dan juga buku-buku zaman sejarah. Adapun koleksi wayang kulit dan arca peninggalan sejarah masa lampau yang kini masih dirawat. Dalam gedung museum terdapat perpustakaan yang menyimpan buku – buku kasusastraan baik dalam bahasa Jawa Kuno ataupun Bahasa Belanda. dimana pengunjung dapat menambah pengetahuan tentang hasil karya pujangga zaman sejarah, dan referensi tentang museum ini.

g. Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari

Kota Solo menyimpan ratusan sebutan, antara lain sebagai pusat Budaya Jawa, Kota Batik, Kota Bengawan, Kota yang tak pernah tidur, dan sebagainya. Solo yang berada pada poros jalan yang menghubungkan beberapa kota besar, seperti Surabaya, Denpasar (Bali), Semarang, Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Bagi wisatawan, Kota Solo bukanlah kota yang asing, karena Kota Solo menyimpan sejuta daerah tujuan wisata yang menarik. Salah satunya adalah Taman Hiburan Rakyat (THR)

Sriwedari. Lokasinya yang berada di tengah-tengah Kota Solo, berdampingan dengan Museum Radya Pustaka membuat daerah tujuan wisata satu ini mudah dicapai dengan berbagai angkutan, baik tradisional ataupun modern.

Menurut sejarah, THR Sriwedari dulunya adalah taman rekreasi keluarga Istana Raja Kasunanan. Tapi, sekarang taman ini telah mengalami perubahan yang cukup besar, sehingga menjadi lokasi hiburan yang terbuka untuk umum, yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Di sekitar taman ini dibangun gedung bioskop, rumah makan, arena permainan anak, serta toko-toko souvenir (souvenir shop). Meskipun telah ditambah dengan fasilitas hiburan modern, namun Sriwedari tak mau meninggalkan sosok tradisionalnya. Di sana masih tampak keberadaan Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari yang menampilkan pementasan wayang orang, drama, nyanyian, dan tari tradisional setiap malamnya. Pementasan ini juga bermaksud menyampaikan ajaran tradisi leluhur, terutama tentang Mahabarata, dan Ramayana.

Ketika memasuki area Taman Hiburan Rakyat Sriwedari, pengunjung terlebih dulu memalui loket THR Sriwedari, untuk membeli karcis. Pengunjung dapat memilih menggunakan karcis paket atau bukan. Karcis paket dapat digunakan untuk semua permainan, tapi yang bukan pengunjung dikenai biaya setiap kali ikut permainan.

h. Monumen Pers

Dalam sejarah, nama Solo cukup dikenal sebagai salah satu basis perjuangan pemuda, dan seluruh rakyat Indonesia yang menentang kehadiran kaum Kolonialis di bumi nusantara. Barangkali Solo sebagai pusat dua buah kerajaan di Jawa, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dan Puro Mangkunegaran, menjadikan lebih memiliki basis masa dibandingkan dengan Yogyakarta yang juga pusat Kerajaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Puro Pakualaman. Kota Solo masih kalah peran, terutama dalam hal perjuangan fisik. Akan tetapi eksistensi dan kehidupan Kota Solo tetap tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Solo ternyata telah menghasilkan banyak catatan sejarah, baik perjuangan fisik, ataupun nonfisik. Salah satu peristiwa sejarah adalah, bahwa Solo adalah kota kelahiran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Monumen Pers Nasional terdiri dari tiga (3) unit gedung dengan tambahan lantai atas pada bangunan induk. Sebagai monument yang sekaligus berfungsi sebagai museum, gedung ini banyak menyimpan, dan mengoleksi benda-benda bersejarah peninggalan wartawan pejuang tempo dulu. Ada mesin ketik kuno, foto tustel kuno, penerbit-penerbit kuno, Pemancar radio saat perang kemerdekaan, koleksi foto, kkoran, majalah, pengabdian wartawan, dan lain-lain. Dewasa ini, sesuai dengan fungsinya, Monumen Pers Nasional Solo setiap hari selalu menerima kiriman berupa

Koran harian, Mingguan, majalah, dan bulletin dari penerbit-penerbit. Untuk menanganinya, di Monumen Pers Nasional kini telah ada seksi khusus, yaitu seksi laboratorium, dan seksi dokumentasi. Di sana pula dapat dijumpai ruang perpustakaan yang menyimpan ribuan buku, dan juga surat kabar. Pengelolaan Monumen Pers Nasional Solo beserta segala isinya ditangani oleh Yayasan Pengelola Sarana Pers Nasional dengan Departemen Penerangan RI sebagai instansi penanggung jawab.

i. Taman Satwa Taru Jurug

Sebuah taman rekreasi yang terletak di tepi Sungai Bengawan Solo selain margasatwa, terdapat pula taman Gesang sebagai penghargaan atas Seniman Gesang yang telah menciptakan lagu Bengawan Solo. Adapun taman ini dilengkapi juga dengan fasilitas hiburan. Bengawan Solo merupakan sungai terbesar, dan terpanjang, serta melegenda di Pulau Jawa. Sungai yang berdasarkan pantauan perangkat Global Positioning System (GPS) terhitung sepanjang 527 km ini membentang dari Jawa Tengah sampai Jawa Timur, dan mengalir melalui 11(sebelas) Kota/kabupaten. Pada zaman dulu, sungai ini menjadi urat nadi perdagangan, dan sarat dengan pesona wisata. Tak heran jika seniman Gesang sampai menciptakan sebuah lagu yang kemudian menjadi sangat popular, dan menjadi icon tentang Kota Solo. Sampai saat ini, Bengawan Solo masih memberikan kontribusi untuk kehidupan masyarakat sekitar.

Misalnya saja pasir, dan lumpurnya untuk bahan bangunan, dan pembuatan batu bata. Sementara airnya dijadikan sebagai bahan baku sejumlah instansi perusahaan daerah air minum. Di sekitar pinggir Bengawan Solo inilah Taman Satwa Taru Jurug berada.

Taman Satwa Taru Jurug sebagai satu-satunya kebun binatang di Kota Solo ini mempunyai beragam koleksi aneka binatang dan tanaman. Misalnya Burung Cendrawasih, Kakaktua, Panda, Badak bercula, gajah, dan juga binatang lainnya. Setelah melewati loket, pengunjung dapat langsung menyaksikan berbagai koleksi tersebut. Adapun pengunjung juga dapat berfoto bersama koleksi binatang yang ada atau menggunakan jasa andong yang ada di dalam obyek wisata tersebut. Terkadang, di taman ini juga menyajikan hiburan sirkus.

j. Malam 1 Suro

Setiap 1 Syuro diadakan kirab pusaka di Puro Mangkunegaran yang dimulai pukul 19.00. Sedangkan di Kraton Surakarta kirab pusaka dimulai pada pukul 24.00. Barisan terdepan kirab di Kraton Kasunanan adalah kerbau bule keramat yang disebut Kyai Slamet, yang kemudian diikuti oleh abdi dalem dan prajurit Keraton. Kirab ini berlangsung khidmat dan menjadi tontonan wisata yang sangat menarik Setiap 1 Syuro diadakan kirab pusaka di Puro Mangkunegaran yang dimulai pukul 19.00. Sedangkan di Kraton Surakarta kirab pusaka dimulai pada pukul 24.00. Barisan terdepan kirab di Kraton Kasunanan adalah kerbau bule keramat yang disebut Kyai Slamet, yang kemudian diikuti oleh abdi dalem dan prajurit Keraton. Kirab ini berlangsung khidmat dan menjadi tontonan wisata yang sangat menarik

Sekaten adalah upacara tradisional yang diselenggarakan tiap tahun pada bulan Maulud untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad. Sejarah Sekaten dimulai sejak lebih 500 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya pada tahun 1478 pada masa pemerintahan kerajaan Demak. Puncak acara dari perayaan Sekaten adalah keluarnya sepasang gunungan dari Masjid Agung seusai didoakan oleh ulama keraton. Banyak orang percaya bahwa siapapun yang mendapatkan gunungan, biarpun sedikit akan dikarunai kemakmuran dan kebahagiaan. Beberapa hari menjelang dibukanya Sekaten, dilaksanakan pesta rakyat yang berlangsung selama dua minggu .

Berbagai warisan budaya yang berupa bangunan, ataupun acara-acara yang masih menonjolkan nilai budaya dan tradisi tersebut menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Solo. Baik wisatawan asing ataupun wisatawan domestik, mereka ingin melihat keadaan Kota Solo ini.

Tabel 4.

Banyaknya Pengunjung Obyek Wisata di Kota Surakarta Obyek Wisata

Wisman Wisnus

Keraton Surakarta

7.795 9.916 Radya Pustaka

602 8.583 Taman Sriwedari

202 61.405 GWO Sriwedari

414 15.927 THR Sriwedari

108 479.499 Monumen Pers

0)* 0)* Satwataru Jurug

0 10.310 ( Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Surakarta Tahun 2008 ) )* Data belum tersedia

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Surakarta tahun 2007, wisatawan asing paling banyak berminat mengunjungi Puro Mangkunegaran, jika wisatawan domestik (wisatawan nusantara) lebih berminat mengunjungi THR Sriwedari, dan Taman Satwa Taru Jurug. Akan tetapi, peningkatan wisatawan domestik yang berkunjung ke Keraton Surakarta semenjak tahun 2005 menandakan tingginya respon masyarakat tentang bangkitnya kembali wisata budaya di Kota Solo ini.