PERILAKU KONSUMSI WISATAWAN

D. PERILAKU KONSUMSI WISATAWAN

Menghayati arti pariwisata kiranya akan menjadi lebih dalam dan luas jika elemen waktunya yakni waktu senggang ( leisure time ) juga diperhatikan. Waktu senggang dan pariwisata merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pariwisata merupakan elemen aktivitas atau kegiatan, sedangkan waktu senggang adalah elemen waktunya. Pariwisata hanya dilakukan dalam waktu senggang. Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, pariwisata merupakan fenomena perjalanan orang – orang dari tempat asalnya ke tempat lain untuk bersenang – senang ( pleasure ), dan untuk memanfaatkan waktu luang ( leisure ). Dampak dari pengertian tersebut adalah bahwa orang – orang yang sedang melakukan perjalanan tersebut memerlukan layanan yang dapat menggantikan apa yang biasa mereka nikmati dalam kehidupan sehari – hari. Dari sinilah awal perilaku konsumsi wisatawan muncul.

Perilaku konsumsi wisatawan terletak pada aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya. Dalam uraian ini, perilaku wisatawan adalah kebutuhan manusia yang sedang dalam perjalanan mencari kesenangan, jauh dari tempat tinggalnya, dan semata – mata sebagai konsumen di daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Kebutuhan manusia yang bertingkat dimulai dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi selalu tidak ada batasnya bersifat relatif. Di sinilah kompleksnya perilaku konsumsi wisatawan. Berdasarkan pada Perilaku konsumsi wisatawan terletak pada aktivitas atau kegiatan yang dilakukannya. Dalam uraian ini, perilaku wisatawan adalah kebutuhan manusia yang sedang dalam perjalanan mencari kesenangan, jauh dari tempat tinggalnya, dan semata – mata sebagai konsumen di daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Kebutuhan manusia yang bertingkat dimulai dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi selalu tidak ada batasnya bersifat relatif. Di sinilah kompleksnya perilaku konsumsi wisatawan. Berdasarkan pada

1. Konsumsi informasi. Kebutuhan akan informasi ini harus dipenuhi dengan tingkat akurasi yang baik, dan terpercaya, karena informasi merupakan pintu utama wisatawan dalam berkunjung ke daerah tujuan wisata (DTW) pilihannya. Seperti yang diungkapkan Topan Triawan (24 th), ia mendapatkan informasi kawasan Night Market Ngarsopuro dari hotel yang ia tempati.

“ Dari leaflet yang disediakan hotel, saya jadi mengetahui kalau sekarang di Kota Solo ada Night Market di depan Puro Mangkunegaran yang menjual barang – barang khas Solo, misalnya ja, batik-batik, wayang hiasan dinding, hiasan kolam yang unik, miniature alat transportasi yang terbuat dari kayu, dan masih banyak lagi………”

Wisatawan yang menginap di hotel bisa mendapatkan informasi mengenai tempat – tempat yang ada di kota Solo dengan media berupa leaflet yang disediakan hotel, misalnya saja tempat-tempat penginapan di wilayah Solo, rumah makan, daerah tujuan wisata ( DTW ), kantor polisi, sampai rumah sakit, semua tercantum dalam katalog yang disediakan pihak hotel. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan dari pihak hotel, yaitu Riyadi :

“ Sesuai dengan standart hotel, kami menyediakan katalog Kota Solo yang berisi tentang : daerah tujuan wisata (DTW), nama dan alamat hotel, restoran. Selain itu, pihak sponsor dalam hal ini Mie Pasar Baru juga menyediakan peta Kota Solo. “

Konsumsi informasi yang dimaksud juga dapat diperoleh wisatawan melalui beberapa media lain yang mudah didapatkan. Media tersebut dapat diperoleh dari media massa daerah, seperti di Koran Solopos. Pada kolom lensa bisnis dan juga pada kolom Soloraya hari ini, pembaca dapat mengetahui tempat belanja, dan juga event yang digelar di Kota Solo. Pada surat kebar tersebut, memaparkan berbagai tempat wisata di Solo baik itu wisata belanja maupun wisata yang berhubungan dengan seni daerah. Hal tersebut seperti pernyataan dari Sulastri, salah satu informan berikut ini :

“Saya mengetahui PGS setelah membaca Koran Solopos di kolom Lensa Bisnis. Saya biasanya ke Solo beli baju – baju batik di PGS atau Klewer. Soalnya kan pusatnya batik-batik murah disana, jadi mendingan saya carinya langsung ke Solo. Kalau perjalanan naik motor kan tidak sampai satu jam juga sudah sampe. Kadang saya juga sama temen atau keluarga, sekalian main “.

Media lain yang bisa didapat dengan mudah adalah televisi yang menjadi sarana wisatawan untuk mendapatkan informasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan, yaitu Pardi Hendrawan yang berasal dari Kudus :

“ Dari pengalaman pribadi, juga dari salah satu acara televisi, tepatnya kapan saya lupa, menayangkan seluk beluk Kota Solo. Dari

situlah saya ajak keluarga coba mengenal Kota Solo ini.”

Terkait dengan informasi tentang daerah tujuan wisata (DTW) Kota Solo, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ( Disbudpar ) Kota Solo ikut serta ambil bagian. Media yang digunakan hampir sama dengan media yang Terkait dengan informasi tentang daerah tujuan wisata (DTW) Kota Solo, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ( Disbudpar ) Kota Solo ikut serta ambil bagian. Media yang digunakan hampir sama dengan media yang

“ Kami bekerja sama dengan Badan Informasi dan Komunikasi, Pemkot Kota Solo menyediakan leaflet – leaflet yang menyajikan seluk-beluk daerah tujuan wisata (DTW) Kota Solo.”

Merupakan hal yang penting bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki staf yang professional untuk menjalin kerjasama dengan media masa tidak hanya pada waktu tertentu saja, tapi juga untuk jangka panjang sehingga mendapat dukungan dan perhatian media masa. Menginformasikan segala sesuatu yang terkait dengan pariwisata tidak hanya menjadi tugas bagi dinas atau pihak terkait, masyarakat juga merupakan media terluas yang dapat menyampaikan informasi baik kepada saudara, teman, kerabat, sampai pada orang lain. Karena umumnya wisatawan mendapat informasi tentang Kota Solo dari orang tua, saudara, teman, atau kerabat mereka, seperti yang dikatakan Tutik Suwarno :

“ Saya mendapat info – info tentang Kawasan wisata yang Kota Solo dari orang tua saya, saudara, dan juga teman yang pernah berkunjung

ke sini. Dari cerita – cerita mereka menjadi referensi bagi kami dalam kunjungan kali ini.”

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Sriyatun, : “ Sudah lama juga kami mengenal Kota Solo ini. Kami mengenal

tempat – tempat wisata yang ada di Kota Solo ini dari kerabat saya yang tinggal di sini. “

Informasi yang didapat wisatawan menjadi pegangan dalam berkunjung di suatu daerah. Karena itulah informasi tentang keadaan suatu daerah sangat penting diketahui seseorang dalam perjalanannya di suatu daerah .

2. Konsumsi belanja akan sesuatu yang unik Semakin lama wisatawan menikmati suatu obyek wisata, berarti kepuasannya pada tempat yang dikunjunginya akan semakin besar, dan itulah yang dicarinya. Ketika wisatawan tersebut kembali ke tempat asalnya, bahkan saat mereka sudah mulai kembali pada rutinitasnya, kesan tersebut hendaknya dapat tetap bertahan sehingga dalam angan – angan mereka dapat merasakan lagi pesona obyek wisata yang pernah ia kunjungi. Hal seperti ini dapat dicapai dengan selalu mengingatkan wisatawan kepada apa yang telah disaksikan dan dinikmatinya. Salah satu caranya adalah mengikatkan kesan itu pada obyek – obyek yang dapat dibawa pulang, dan tidak cepat rusak. Sehingga setiap kali ia melihat benda itu, ia akan teringat kembali kepada apa yang pernah disaksikan, dan dinikmatinya. Inilah yang biasanya disebut dengan cinderamata atau souvenir. Seperti yang dikatakan Sulastri :

“ Membeli kaos dan pin SIPA, biar inget pernah meliat pertunjukkan seperti ini. Tadi dah liat – liat ke Ngarsopuro, tapi ntar mau ke sana lagi buat beli batik, dan hiasan dinding.Kalau diluar acara kayak gini, ya saya biasanya malah cari kebutuhan batik di PGS, saya suka belanja di Solo, Batiknya beragam. Modelnya juga bagus-bagus. Kalau ke Solo, saya pasti belanja khasnya Kota Solo.”

Konsumsi belanja akan sesuatu yang unik bisa didapatkan di tempat- tempat tertentu yang memang dikhususkan untuk menarik minat para wisatawan. Di Solo ada beberapa tempat yang menjual beragam barang kerajinan Solo yang tentunya unik dan memiliki kesan khas daerah. Tempat tersebut antara lain Night Market Ngarsopuro, yang tepatnya terletak di sepanjang Jalan Diponegoro Solo. Berikut pernyataan dari Topan Triawan salah satu informan yang pernah mengunjungi tempat wisata tersebut :

“ ………… Night Market di depan Puro Mangkunegaran yang menjual barang – barang khas Solo, misalnya saja, batik-batik, wayang hiasan dinding, hiasan kolam yang unik, miniature alat transportasi yang terbuat dari kayu, dan masih banyak lagi, barang- barangnya menonjolkan nilai budaya asli Kota Solo, seperti yang sudah saya beli ini, miniature andong dari kayu. “

Syarat cinderamata yang baik adalah tidak cepat rusak, sedapat mungkin selalu tampak. Selain itu, cinderamata juga harus dapat mewakili Daerah Tujuan Wisata (DTW) asal, dan dapat membawa kenangan tersendiri tentang daerah tujuan wisata tesebut. Seperti yang diungkapkan Pardi Hendrawan :

“ Di Ngarsopuro, kami membeli souvenir khas Solo. Batik, dan wayang kulit hiasan dinding buat oleh – oleh biar selalu mengingat Kota Solo. Nanti mau mampir ke daerah Pasar Gede mencari makanan khas Kota Solo untuk oleh – oleh. ”

Begitu juga yang dikatakan Tutik Suwarno, : “ Di showroom Kencana Ungu membeli baju – baju batik buat mertua

dan kerabat di rumah. Rencana juga mau ke Kawasan Ngarsopuro, inginnya mencari barang – barang khas Kota Solo, tapi tunggu hari

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang berkunjung ke Kota Solo mengkonsumsi sesuatu yang unik dengan membeli sesuatu yang khas, dengan tujuan untuk mengingatkannya pada Kota Solo.

3. Konsumsi jasa transportasi. Fasilitas pengangkutan (transportation facilities) merupakan sarana dan prasarana yang dipergunakan orang untuk mencapai tempat tujuan. Wisatawan akan dengan mudah mencapai Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang diinginkan dengan memakai atau mengkonsumsi jasa transportasi. Seperti yang dikatakan Tutik Suwarno :

“ Dengan mobil rental yang disediakan hotel, kami tidak perlu memakai jasa travel. Kami juga membawa anak kecil, jadi pasti ribet kalo menggunakan jasa travel. “

Lain halnya dengan Sriyatun, wisatawan asal Jakarta Timur ini sama sekali tidak menggunakan jasa transportasi, karena ia sekeluarga membawa mobil pribadi, dan hanya menyewa sopir.

“ ..........Kalau untuk transportasi, kami menggunakan mobil pribadi dari rumah, biar mudah kalo mau ke mana – mana. Tapi karna bapak tidak bisa bawa mobil buat jarak jauh, kami memakai jasa sopir. “

Untuk perjalanan pariwisata dengan menggunakan mobil pribadi ada untung dan ruginya jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan Untuk perjalanan pariwisata dengan menggunakan mobil pribadi ada untung dan ruginya jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan

“ Meskipun tidak kuat nyetir jarak jauh, kami memakai mobil pribadi biar lebih bebas kalau mau kemana – mana. “

Jasa transportasi merupakan pendukung utama bagi kegiatan wisata. Tempat wisata akan banyak dikunjungi wisatawan, jika terdapat kemudahan untuk menuju tempet wisata tersebut. Jasa transportasi yang memadahi, tentu akan sangat mendukung berkembangnya daerah wisata. Semakin banyak kemudahan yang ditemukan para wisatawan menuju tempat wisata yang mereka inginkan, maka hal tersebut juga akan membawa keuntungan bagi tempat wisata tersebut. Hasil yang dapat diperoleh adalah, tempat wisata semakin banyak dikenal orang, dan mampu menarik minat pengunjung untuk mendatangi lagi tempat wisata tersebut, karena kemudahan akses transportasi.

4. Konsumsi akan kesan yang menyenangkan. Seakan telah menjadi budaya wisata, segala sesuatu yang didapat dan dinikmati diabadikan oleh wisatawan yang bersangkutan untuk dibawa pulang sebagai kenangan atau memory tersendiri. Kebutuhan akan konsumsi kesan yang menyenangkan tersebut mendorong wisatawan mengabadikannya baik dalam bentuk fotografi, ataupun video. Salah satu informan, yakni Sruyatun mengkonsumsi kesan yang menyenangkan dari perjalanan wisatanya dengan bentuk fotografi dan video, seperti yang dikatakannya :

“ Selain dengan handy cam, anak saya juga mengambil foto dengan HP. Lagian sayang juga kalau dilewatkan gitu saja. “

Semakin canggihnya teknologi saat ini tampaknya juga dimanfaatkan wisatawan untuk mengabadikan moment yang menyenangkan saat mereka melakukan perjalanan wisata. Selain Sriyatun, perilaku mengkonsumsi kesan yang menyenangkan ini juga tampak pada Sulastri (24 th), salah satu wisatawan yang berkunjung ke Kota Solo untuk mengunjungi Keraton Mangkunegaran dan menyaksikan SIPA ( Solo International Perfomance Art ):

“ Ambil video dan foto - foto dengan HP, buat dokumentasi pribadi.”

Pernyataan serupa juga diungkapkan Pardi Hendrawan, : “ Anak – anak saya itu suka foto – foto, jadi mereka juga membawa

peralatan foto sendiri untuk mengambil gambar dalam perjalanan wisata ini. “

Seorang wisatawan yang merasa puas akan kembali ke daerah asalnya dengan suatu kenangan manis dari perjalanannya dan membawa pulang citra yang baik dari daerah yang dikunjunginya. Perjalanan wisata menjadi sumber pengalaman, menghasilkan rekaman tentang berbagai hal atau peristiwa yang unik, menggembirakan, membahagiakan, dan semua hal yang menyentuh perasaan wisatawan yang tersimpan dan dikenang dalam hatinya. Semua yang dirasakan dibagi juga pada keluarga, teman-teman, dan kelompok masyarakatnya. Sementara itu, pelayanan yang tidak profesional dan berakibat pada batalnya kunjungan, umumnya menjadi alasan wisatawan kecewa. Jaminan kepuasan hanya dapat diperoleh apabila pelayanan yang diterima memang sesuai dengan apa yang dijanjikan dan standart yang diharapkan. Sehingga wisatawan menginginkan mendapat kesan yang menyenangkan untuk dibawa pulang.

5. Konsumsi jasa akomodasi Industri akomodasi meliputi semua hal komersial yang bergerak di bidang jasa akomodasi mulai dari bentuk penginapan yang paling sederhana sampai penginapan yang mewah. Wisatawan akan memerlukan tempat tinggal untuk sementara selama dalam perjalanan wisatanya di mana ia dapat beristirahat. Seperti yang dikatakan Topan Triawan, :

“ Setiap mau pulang ke Madiun, memang sengaja dari Jakarta naik kereta jurusan Solo, istirahat sehari semalam di kota Solo, sekalian menikmati suasana malam di kota ini. “

Pernyataan tersebut menujukkan bahwa wisatawan mengunakan jasa akomodasi untuk singgah dan menikmati Kota Solo. Hal serupa juga diungkapkan Pardi Hendrawan, :

“ Kami menginap di Hotel Grand Setya Kawan, karena Harga yang tidak terlalu mahal dengan melihat fasilitas yang diberikan, serta lokasi di pinggir jalan raya tidak membuat kami repot mencari tempat penginapan.”

Selain menyediakan jasa penginapan, mayoritas hotel juga menyediakan jasa transportasi dan makan, serta minum bagi tamunya. Seperti pernyataan Tutik Suwarno :

“ Dengan mobil rental yang disediakan hotel, kami tidak perlu memakai jasa travel. Kami juga membawa anak kecil, jadi pasti ribet kalo menggunakan jasa travel. “

Dan juga seperti yang dikatakan Tia, salah satu pegawai Hotel Grand Setya Kawan :

“ ………. Tarif segitu sudah termasuk makan pagi dan malam bagi semua jenis kelas kamar (moderate, superrior, dan deluxe).”

Disamping fasilitas yang diberikan, letak yang strategis perlu diperhatikan pihak hotel. Hotel yang terletak di sepanjang jalan raya atau jalan poros kota dengan sendirinya akan dilalui wisatawan, sehingga wisatawan tidak akan kesulitan untuk mencari tempat beristirahat. Seperti yang dialami Pardi Hendrawan :

“ ………. Harga yang tidak terlalu mahal dengan melihat fasilitas yang diberikan, serta lokasi di pinggir jalan raya tidak membuat kami repot mencari tempat penginapan. “

Kebutuhan akan konsumsi jasa akomodasi menambah ramainya industri pariwisata di Kota Solo.

6. Konsumsi makan dan minum Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, banyak hotel yang menyediakan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan akan makan dan minum. Akan tetepi, jasa untuk menyediakan makan dan minum juga banyak disediakan di luar hotel, baik dalam bentuk warung makan, kedai makan, rumah makan, restoran ataupun yang lainnya. Rumah makan ataupun restoran merupakan suatu aktivitas usaha pelayanan makan dan minum yang ditujukan untuk umum. Usaha ini mempunyai kedudukan yang mempunyai peran yang penting dalam pariwisata. Hal ini dapat dilihat bahwa di beberapa daerah sampai negara, peneluaran wisatawan terbesar jatuh ke sektor ini (Wahab, 1992 ).

Rumah makan di kota – kota umumnya tidak disediakan khusus untuk wisatawan, bahkan kebanyakan pendapatannya berasal dari penduduk setempat. Kota Solo yang mempunyai berbagai jenis makanan khas. Ragam kuliner yang tersedia di solo bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi

Solo juga memiliki rasa yang tak kalah enaknya dengan ragam kuliner daerah lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sriyatun, salah satu informan berikut :

“ Kemarin udah dari Timlo Sastro, tadi pagi nasi liwet di daerah Solo Baru itu, kalo ke Solo kami sengaja makan makanan yang khas sini. Makanan Solo yang beragam dan juga enak. “

Pernyataan serupa juga diungkapkan Sulastri, : “ Tadi siang makan di kawasan stadion Manahan, trus tadi juga mampir