Dengan Juru Parkir

Dengan Juru Parkir

Hubungan patron klien termasuk dalam hubungan pertukaran yang lebih luas, dimana hubungan sosial yang terjalin antara koordinator lapangan dengan juru parkir didasarkan pada transaksi ekonomi. Dalam perspektif teori pertukaran sosial mirip dengan transaksi ekonomi. Hubungan kerja yang terjadi didasarkan pada keinginan untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui pengembangan usaha yaitu, memperoleh keuntungan berupa uang atau pendapatan lain. Perbuatan yang berkenaan dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya reward atau punishment dari orang. Berdasarkan teori pertukaran dalam pola interaksi juru parkir dengan koordinator lapangan di Taman Pancasila Karanganyar sama dengan model transaksi ekonomi.

Pola hubungan patron klien yang terjalin antara koordinator lapangan dengan juru parkir, menempatkan posisi koordinator lapangan sebagai patron dan juru parkir sebagai klien. Dalam hubungan tersebut terjadi hubungan timbal balik antara keduanya dan apa yang diberikan oleh salah satu pihak akan terlihat berharga dipihak yang lain. Dalam hal ini akan terjadi pertukaran yang saling menguntungkan.

Dimana koordinator lapangan akan memberikan pekerjaan bagi juru parkir yang menjadi anak buahnya, sedangkan juru parkir dengan keahlian atau skill yang dimiliki akan melaksanaakan pekerjaan yang diberikan oleh koordinator lapangan, sehingga dari adanya hubungan Dimana koordinator lapangan akan memberikan pekerjaan bagi juru parkir yang menjadi anak buahnya, sedangkan juru parkir dengan keahlian atau skill yang dimiliki akan melaksanaakan pekerjaan yang diberikan oleh koordinator lapangan, sehingga dari adanya hubungan

Dalam hubungan kerja terdapat unsus-unsur diantaranya sistem rekruitmen, sistem upah, pembagian kerja dan pengaturan jam kerja. Sedangkan dalam hubungan sosial terdapat aktivitas sosial seperti gotong royong, dukungan dan jaminan sosial yang saling diberikan oleh keduanya.

a. Hubungan Kerja

1. Rekruitment dan kontrak kerja

Dalam dunia kerja proses rekruitment pekerja atau karyawan adalah suatu hal yang paling siknifikan, karena di sinilah langkah awal menuju keberhasilan pencapaian tujuan usaha. Proses rekruitment harus melalui beberapa tahap untuk menguji kemempuan ( Capability ) pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya ke depan. Untuk sistem perekrutan juru parkir di Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar tidak mementingkan tinggkat pendidikan, prestasi ataupun nilai, yang paling penting adalah juru parkir yang mempunyai tanggung jawab, motivasi kerja tinggi dan mempunyai loyalitas terhadap atasan seperti yang diutarakan Bapak Bambang selaku koordinator lapangan Juru Parkir Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar sebagai berikut: Dalam dunia kerja proses rekruitment pekerja atau karyawan adalah suatu hal yang paling siknifikan, karena di sinilah langkah awal menuju keberhasilan pencapaian tujuan usaha. Proses rekruitment harus melalui beberapa tahap untuk menguji kemempuan ( Capability ) pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya ke depan. Untuk sistem perekrutan juru parkir di Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar tidak mementingkan tinggkat pendidikan, prestasi ataupun nilai, yang paling penting adalah juru parkir yang mempunyai tanggung jawab, motivasi kerja tinggi dan mempunyai loyalitas terhadap atasan seperti yang diutarakan Bapak Bambang selaku koordinator lapangan Juru Parkir Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar sebagai berikut:

Ini semakin diperkuat oleh pernyataan dari beberapa juru parkir diantaranya adalah Bapak Suprihadi sebagai berikut :

“Ke koordinator lapangan, jadi yang menguruskan ke Dinas ya dari koordinator lapangan itu mbak, tapi tidak ada persyaratan khusus, langsung bilang ke koordinator lapangannya saja, kalau pengen bekerja di sini, gitu tok”

Hal senada juga diuatarakam Bapak Yuni Kristianto:

“Saya dulu mendaftarnya lewat koordinator mbak, trus koordinator mendaftarkan kita ke Dinas, nah baru nanti sesudah pendaftaran akan dikabari lagi kalau kita diterima jadi juru parkir”

Dan Bapak Heru Puguh S:

“Kalau saya melalui Pak Bambang mbak, sebelumnya saya juga sudah kerja di Pak Bambang tapi juga serabutan, trus saya minta kerjaan yang tetap dan dimasukin ke sini ini.”

Pernyataan agak berbeda disampaikan oleh Bapak Putut:

“Dulu gimana ya mbak saya lupa sudah lama banget, tapi saya disini memang sebelum dipegang perorangan, baru beberapa tahun saya parkir, trus semakin lama semakin ramai “Dulu gimana ya mbak saya lupa sudah lama banget, tapi saya disini memang sebelum dipegang perorangan, baru beberapa tahun saya parkir, trus semakin lama semakin ramai

Dari peryataan diatas bahwa perekrutan juru parkir Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar tidak ada syarat-syarat khusus dan tidak dipengaruhi oleh hal apapun. Asalkan calon juru parkir mempunyai jiwa pekerja keras dan bertanggung jawab maka pihak koordinator akan memberikan pekerjaan kepada calon juru parkir.

Proses rekruitmen juru parkir dibagi menjadi 2 (dua) tahapan. Pertama yaitu secara individu atau perseorangan. Dimana seorang calon juru parkir berinisiatif untuk mendaftarkan diri secara pribadi kepada pihak Dinas Pengelola Terminal dan Parkir. Kemudian setelah diadakannya peraturan baru mengenai pengadaan koordinator lapangan di masing-masing wilayah parkir, maka secara otomatis juru parkir individu bekerja di bawah pengawasan koordinator lapangan.

Kedua adalah melalui koordinator lapangan. Koordinator lapangan memimpin beberapa calon juru parkir yang meminta pekerjaan kepada koordinator lapangan, dan seterusnya akan ditindak lanjuti oleh koordinator lapangan untuk mendaftarkan anak buahnya ke pihak Dinas Perhubungan Komunikasi dan Kedua adalah melalui koordinator lapangan. Koordinator lapangan memimpin beberapa calon juru parkir yang meminta pekerjaan kepada koordinator lapangan, dan seterusnya akan ditindak lanjuti oleh koordinator lapangan untuk mendaftarkan anak buahnya ke pihak Dinas Perhubungan Komunikasi dan

Selain rekruitmen, suatu sistem kerja secara formal harus mempunyai suatu kontak kerja agar dapat mengikat pekerja dan untuk mengantisipasi jika ada wanprestasi dari pekerja ataupun dari kontraktor. Dalam bisnis perparkiran di Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar sepertinya suatu kontrak kerja secara resmi atau tertulis tidak ada dalam hubungan kerja ini. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Yuni Kristianto sebagai berikut :

“Nggak ada kontrak kerja mbak, pokoknya saling percaya tok gitu aja mbak, pak Bambang percaya pada kami, sebaliknya juga kami percaya kepada Pak Bambang dan kami juga harus menjaga kepercayaan dari Pak Bambang. Dan kalau ditanya untuk jangka waktunya ya selama saya masih kerja sebagai juru parkir di sini dan pak Bambang juga masih menjabat sebagai koordinator lapangan untuk wilayah Taman Pancasila ini maka selama itu pula jangka waktu perjanjiannya”

Bapak Agus:

“Kontrak kerja nggak ada ya mbak, paling cuma dikasih kontrak kerjanya dari Dinas, tapi kalau dari Pak Bambang sendiri tidak ada mbak. Hubungan kerjanya terjadi begitu saja dan lebih mengutamakan seperti hubungan kekeluargaan, jadi nggak secara resmi seperti dengan pihak dinas gitu nggak ada mbak, kalau jangka waktunya juga bebas, tergantung kitanya, kita masih mau kerja di sini apa tidak, kalau masih mau ya selama itu juga hubungan kerja bisa terjalin” “Kontrak kerja nggak ada ya mbak, paling cuma dikasih kontrak kerjanya dari Dinas, tapi kalau dari Pak Bambang sendiri tidak ada mbak. Hubungan kerjanya terjadi begitu saja dan lebih mengutamakan seperti hubungan kekeluargaan, jadi nggak secara resmi seperti dengan pihak dinas gitu nggak ada mbak, kalau jangka waktunya juga bebas, tergantung kitanya, kita masih mau kerja di sini apa tidak, kalau masih mau ya selama itu juga hubungan kerja bisa terjalin”

“Parjanjiian kerja itu saya ambilkan dari dinas mbak, jadi mereka tau perjanjiannya dari Dinas, tapi kalau saya sendiri tidak membuat perjanjian secara tertulis, tapi mungkin ada bisa dikatakan perjanjian secara lisan dengan mereka. Contohnya kayak, asalkan mereka mau tetap bekerja dan memenuhi kewajibannya dengan tanggung jawab dengan pekerjaannya ya selama itu juga mereka bisa bekerja di sana.”

Dari jawaban-jawaban di atas dapat diketahui bahwa dalam hubungan kerja yang terjalin antara koordinator lapangan dengan juru parkir tidak ada perjanjian kerja secara resmi atau tertulis, akan tetapi merupakan suatu kontrak sosial dan kekeluargaan antara koordinator dengan juru parkir. Ini merupakan salah satu ciri pekerjaan di sektor informal, selain itu setatus dari juru parkir resmi tidak terikat oleh adanya kontrak kerja secara lesan, akan tetapi mereka lebih terikat oleh rasa hutang budi kepada koordinator lapangan yang telah memberikan mereka pekerjaan tetap, dengan demikian biasanya para juru parkir resmi juga mempunyai anak buah yang membantu mereka bekerja di lapangan.

Dari sini dapat dilihat bahwa dengan sumber daya yang dimiliki, koordinator lapangan sebagai patron memberikan pengaruhnya kepada juru parkir resmi (klien), agar bisa Dari sini dapat dilihat bahwa dengan sumber daya yang dimiliki, koordinator lapangan sebagai patron memberikan pengaruhnya kepada juru parkir resmi (klien), agar bisa

Ini mencerminkan terjadinya suatu transaksi ekonomi elemter , dimana seseorang akan menyediakan barang atau jasa yang dimilikinya, dan sebagai imbalannya mereka akan memperoleh barang dan jasa yang diinginkan.

2. Sistem Upah

Upah merupakan wujud dari adanya transaksi ekonomi. Homans menyatakan bahwa dalam suatu transaksi ekonomi terjadi pertukaran hal yang nyata dan tidak nyata, hal nyata yang dimaksud salah satunya adalah upah.

Upah merupakan wujud dari ganjaran nyata yang harus diterima oleh buruh selama mereka bekerja. Sistem upah juru parkir Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar tidak dijelaskan secara spesifik berapa jumlah besaranya, karena hanya berdasarkan sisa dari setoran hasil yang telah ditetapkan. Dengan logika bahwa hasil pendapatan per hari dikurangi dengan kewajiban setoran maka sisa dari setoran itu yang merupakan Upah merupakan wujud dari ganjaran nyata yang harus diterima oleh buruh selama mereka bekerja. Sistem upah juru parkir Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar tidak dijelaskan secara spesifik berapa jumlah besaranya, karena hanya berdasarkan sisa dari setoran hasil yang telah ditetapkan. Dengan logika bahwa hasil pendapatan per hari dikurangi dengan kewajiban setoran maka sisa dari setoran itu yang merupakan

“Kalau sistem gajinya apa ya mbak namanya, bukan gaji jadi kayak bagi hasil gitu, jadi hasil mereka berapa trus dikurangi uang setoran dari masing-masing yang sudah ditentukan sesuai dengan titik lokasi parkir yang mereka tempati, kemudian uang lebihnya itu sudah menjadi hak mereka secara pribadi. Jadi sedikit banyaknya pendapatan mereka juga tidak bisa samaratakan mbak, karena bukan sistem gaji itu tadi”

Dari jawaban Bapak Bambang Sutrisno, menggambarkan model pola interaksi yang dibangun berdasarkan transaksi ekonomi, yaitu besaran pendapatan atau reward yang di terima oleh masing-masing juru parkir tidaklah sama, karena dipengaruhi oleh tititk lokasi yang mereka tempati.

Keterangan serupa juga didapatka dari para juru parkir di lapangan, diantaranya menurut keterangan dari Bapak Aldo sebagai berikut :

“kalau pendapatannya tergantung lokasinya setrategis pa nggak gitu, kalau seperti tempat saya ini setorannya Rp 15.000,-. Jadi nanti dapatnya berapa trus di kurangi setoran itu baru kelebihannya jadi hak pribadi kita. Berarti kalau ditanya pendapatan sehari berapa ya nggak pasti jawabannya, tergantung nasibnya hari ini bagus pa nggak gitu mbak”

Hal serupa juga dikemukakan oleh Bapak Heru Puguh S.

“Kontrak kerjanya nggak ada mbak, paling sama Pak Bambang dibilang gini, kalau kamu pengen tetep kerja di sini, kamu harus manut sama aku, gitu tok mbak. Sistem upahnya nggak ada mbak, juga nggak ada upah mbak, kita “Kontrak kerjanya nggak ada mbak, paling sama Pak Bambang dibilang gini, kalau kamu pengen tetep kerja di sini, kamu harus manut sama aku, gitu tok mbak. Sistem upahnya nggak ada mbak, juga nggak ada upah mbak, kita

Dan menurut Bapak Mulyono:

“Kalau sistem upahnya ya nanti dalam sehari itu dapat berapa dari parkir kita kumpulkan trus kita kurangi setoran yang pak Bambang itu, baru sisanya menjadi pendapatan kita”

Dari peryataan di atas dapat diketahui bahwa tidak ada sistem upah yang baku besaranya, melainkan sistem upah yang diambilkan dari sitem setoran. Jumlah setoran dari masing- masing juru parkir juga berbeda-beda berdasarkan lokasi pakirnya, dikarenakan wilayah parkir Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar mempunyai beberapa sisi yang tingkat keramainya juga berbeda pula. Menurut Bapak Agus sebagai berikut:

“Kalau setorannya juga berbeda-beda tergantung lokasinya tiap harinya rame apa enggak, kalau seperti di sini kan yang paling sepi jadi setor tiap harinya ya Rp 8.000”

Menurut Bapak Aldo :

“Di tiap-tiap titik gini nggak sama setorannya mbak, tergantung lokasinya setrategis pa nggak gitu, kalau seperti tempat saya ini setorannya Rp 15.000,-. Jadi nanti dapatnya berapa trus di kurangi setoran itu baru kelebihannya jadi hak pribadi kita. Berarti kalau ditanya pendapatan sehari berapa “Di tiap-tiap titik gini nggak sama setorannya mbak, tergantung lokasinya setrategis pa nggak gitu, kalau seperti tempat saya ini setorannya Rp 15.000,-. Jadi nanti dapatnya berapa trus di kurangi setoran itu baru kelebihannya jadi hak pribadi kita. Berarti kalau ditanya pendapatan sehari berapa

Yang agak mencengangkan adalah adanya sebuah keterangan yang disampaikan oleh pihak Dinas yang diwakili oleh Bapak Muladi:

“Dengan sistem penetapan target, yang tergantung dari potensi di masing-masing daerah parkir, kan berlainan potensinya antara satu daerah dengan daerah lain, kalau khusus di Taman Pancasila dari 8 orang petugas parkir masing-masing @ Rp150.000,-. Itu yang kami tetapkan pada koordinator lapangan, tapi kalau tarif yang diterapkan oleh koordinator lapangan kepada anak buahnya kita nggak tahu menahu mbak, itu diluar tanggung jawab kami“

Hal ini menunjukaan bahwa besaran setoranya berbeda- beda berdasarkan lokasi parkirnya. Semakin ramai titik lokasi yang mereka tempati maka semakin besar pula setoran yang harus mereka bayarkan kepada koordinator lapangan.

Sayangnya besaran setoran yang harus dibayarkan oleh juru parkir ditiap harinya tidak dikontrol langsung oleh pihak Dinas. Sehingga tidak terkendalinya setoran yang dipungut oleh koordinator lapangan akan memberatkan pihak juru parkir resmi.

3. Jaminan Kesehatan

Dalam suaketu sistem kerja secara formal, suatu jenis usaha harus mempunyai suatu upaya perlindungan atas kesehatan, seperti adanya Jamsostek. Akan tetapi jaminan

Karanganyar belum ada secara resmi, hal ini dikemukakan Bapak Bambang Sutisno selaku koordinator lapangan sebagai berikut :

“Kalau jaminan kerja seperti asuransi kesehatan itu belum saya berikan mbak, rencananya juga mau saya berikan tapi masih susah ngaturnya, selain itu juga butuh dana juga kan. Tapi saya punya inisiatif mbak seperti saat musim hujan gini mereka juga saya berikan mantol/ jas hujan itu satu persatu, dananya ya pakai uang pribadi saya tidak memotong setoran mereka, dengan seperti saja mereka sudah seneng, kan mereka juga merasa diperhatikan to.”

Menurut Bapak Lilik Haryadi selaku juru parkir :

“Tidak ada mbak, kalau kecelakaan ya ditanggung sendiri, tapi kadang ada iyuran seiklasnya dari temen-temen itu untuk diberikan buat teman yang mendapatkan musibah “

Ungkapan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Agus:

”Kalau jaminan atau asuransi kesehatan untuk saat ini belum ada, tapi dengar-dengar juga mau diadakan, tapi juga nggak tau kapan.”

Ditegaskan lagi oleh ungkapan dari Bapak Yuni Kristianto:

“Belum pernah ada sampai sekang, kalau terjadi kecelakaan ya pakai dana pribadi mbak, tapi kadang juga dapat bantuan dari teman-teman yang ada di sini atau bantuan dari pak Bambang secara pribadi, itu kalau kecelakaannya di lingkungan kerja lo, tapi kadang walaupun kecelakaannya di luar lingkungan kerja gitu juga dapat santunan dari Pak Bambang kok mbak.”

belum ada jaminan kesehatan bagi para juru parkir. Sehingga juru parkir belum mendapatkan Jaminan kesehatan yang layak dalam melaksanakan tugasnya. Koordinator lapangan tidak memberikan jaminan keselamatan kerja, dan pihak juru parkir pun tidak menuntut adanya jaminan keselamatan kerja. Ini disebabkan karena dari masing-masing pihak, baik koordinator lapangan maupun dari juru parkir sendiri bersikap acuh terhadap keselamatan diri mereka selama bekerja.

4. Pengaturan Jam Kerja

Aturan lain dalam hubungan kerja adalah pengaturan jam kerja, dimana jam kerja merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menentukan lamanya juru parkir itu bekerja, hal ini dibuat dengan tujuan agar juru parkir resmi dapat bekerja dengan tertib dan teratur. Seperti yang diuraikan oleh Bapak Mulyono selaku juru parkir resmi di Taman Pancasila Karanganyar:

“Lamanya kerja paling sekitar 5-6 jam kalau disini lo mbak, kalau di pasar ya hampir segitu lah, kan sama-sama menjadi juru parkirnya. Kan di sini dimulai dari jam 16.00 –

22.00 WIB. Walaupun kadang ada pelanggan yang sudah datang sebelum jam itu tapi kita kerjanya ya tetap dimulai dari jam itu.” 22.00 WIB. Walaupun kadang ada pelanggan yang sudah datang sebelum jam itu tapi kita kerjanya ya tetap dimulai dari jam itu.”

“Kerja di sini dimulai jam 17.00 – 22.00 WIB, di sini paling sedikit sendiri kok mbak yang parkir jadi jam kerjanya juga paling singkat, paling 5 jam sudah cukup.”

Seperti halnya sistem pajak setoran, dalam sistem pembagian jam kerja juga mengalami sedikit perbedaan jam kerja pada masing-masing titik lokasi parkir. Hal ini kembali lagi dipengaruhi oleh ramai atau tidaknya titik lokasi yang dijaga oleh masing-masing juru parkir. Semakin ramai lokasi parkir maka semakin lama pula jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja, selain itu, pada hari-hari tertentu seperti weekend atau musim liburan, seorang juru parkir harus menambah jam ekstra. Ini dapat dimanfaatkan oleh para juru parkir untuk menambah pendapatan mereka. Sama halnya yang diungkapkan oleh juru parkir yang berada di titik lokasi sebelah timur yaitu

Bapak Putut:

“Kalau sini saya ya liat situasi dan kondisinya mbak, kalau lagi sepi atau pengunjungnya sudah pada pulang sebelum jam 22.00 WIB gitu saya ya tutup langsung, kalau rata-rata disini buka jam 16.00 – 22.00 WIB, berarti sekitar 6 jam. Tapi kalau pas musim liburan gitu ya bisa agak malam lagi mbak, lumayan juga penghasilannya bisa buat nembel setoran.” “Kalau sini saya ya liat situasi dan kondisinya mbak, kalau lagi sepi atau pengunjungnya sudah pada pulang sebelum jam 22.00 WIB gitu saya ya tutup langsung, kalau rata-rata disini buka jam 16.00 – 22.00 WIB, berarti sekitar 6 jam. Tapi kalau pas musim liburan gitu ya bisa agak malam lagi mbak, lumayan juga penghasilannya bisa buat nembel setoran.”

“Kalau jam kerja saya tidak menentukan harus kerja sekian jam gitu tidak. Mereka punya jam kerja masing- masing, kalau mereka mau mendapatkan penghasilan banyak ya harus pandai-pandai mengatur jam kerja sendiri. Selain itu kan mulai adanya pedagang dan pengunjung itu kan kalau sore hari mbak, jadi mereka bekerjanya ya menunggu padagang dan pengunjung yang datang tadi.”

Hal di atas semakin diperkuat oleh pendapat yang disampaikan oleh Bapak Muladi selaku humas Seksi Terminal dan Parkir DISHUBKOMINFO Kabupaten Karanganyar:

“Wah kalau jam kerja mereka saya nggak tahu ya mbak, tapi yang saya tahu kan di Taman Pancasila itu ada peraturan yang melarang adanya aktivitas pasar atau perdagangan di siang hari, jadi diperbolehkan berdagang dan aktivitas perparkiran itu di atas jam 15.00 WIB. Kalau mereka mulai bekerjanya jam berapa ya itu sudah jadi urusan mereka dengan koordinatornya.”

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hubungan kerja patron-klien antara koordinator lapangan dengan juru parkir tidak terikat oleh jam kerja tertentu, selain itu pembatasan aktivitas perparkiran di Taman Pancasila Karanganyar oleh Pemerintah Daerah juga menjadi faktor pendorong tidak adanya kesepakatan jam kerja yang harus Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hubungan kerja patron-klien antara koordinator lapangan dengan juru parkir tidak terikat oleh jam kerja tertentu, selain itu pembatasan aktivitas perparkiran di Taman Pancasila Karanganyar oleh Pemerintah Daerah juga menjadi faktor pendorong tidak adanya kesepakatan jam kerja yang harus

Dari uraian mengenai unsur-unsur hubungan kerja diatas yang terjadi pada hubungan patron-klien antara koordinator lapangan dengan juru parkir resmi. Dapat dilihat bahwa hubungan tersebut lebih bersifat resmi dengan adanya perjanjian kerja walaupun hanya tersirat secara lisan, serta aturan-aturan yang mengatur selama mereka bekerja.

Sehingga dengan adanya perjanjian kerja lisan tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa kewajiban dari koordinator lapangan (patron) adalah memimpin, memberikan perintah atau komando dan mengatur serta mengontrol kinerja juru parkir, dengan memberikan pekerjaan sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Hak yang harus diterima oleh patron adalah adanya keuntungan atau laba secara materi, kepuasan kerja, dan perluasan kekuasaan dengan kekuatan yang dimiliki.

Sedangkan kewajiban dari klien adalah menaati peraturan yang sudah ada, dan mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan patron serta bertanggung jawab atas pekerjaan dan pajak setoran parkir. Hak yang harus diterima oleh klien adalah mendapatkan upah berupa materi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Arus Patron ke Klien

Dari uraian mengenai hubungan timbal balik dalam hubungan kerja, arus hubungan patron-klien dapat dilihat dalam:

1) Jaminan substensi dasar

Seperti yang telah dijelaskan dalam sistem rekruitmen di atas, koordinator lapangan sebagai patron memberikan lapangan kerja tetap kepada juru parkir resmi (klien), tanpa menetapkan kriteria atau syarat khusus dalam perekrutan anak buahnya, dan selama hubungan kerja berlangsung pihak patron juga memberikan tunjangan-tunjangan secara teknis kepada klien walaupun tidak tersurat secara tertulis di dalam perjanjian kerja, seperti pemberian alat penunjang kinerja juru parkir, dalam bentuk jas hujan, peluit, dan stop lamp. Sama dengan yang disampaikan oleh Bapak Mulyono:

“Pak bambang itu orangnya sebenarnya baik kok mbak kalau sama anak buahnya, sampai-sampai saat musim hujan gitu para juru parkir yang ada di sini dikasih jas hujan biar kalau parkir nggak kehujanan, itu juga pakai uang pribadinya Pak Bambang mbak.”

Kemudian pendapat lain juga disampaikan oleh sesama juru parkir yaitu Bapak Putut:

“ kalu menurut saya peralatan-peralatan seperti jas hujan, peluit atau stop lamp, itu memang sudah menjadi tanggung jawab pihak Dinas mbak, lha setiap hari kita setor pajak, kalau kita nggak dikasih fasilitas penunjang pekerjaan kan “ kalu menurut saya peralatan-peralatan seperti jas hujan, peluit atau stop lamp, itu memang sudah menjadi tanggung jawab pihak Dinas mbak, lha setiap hari kita setor pajak, kalau kita nggak dikasih fasilitas penunjang pekerjaan kan

Semakin diperkuat oleh pendapat yang disampaikan koordinator lapangan yaitu Bapak Bambang:

“ kalau jaminan untuk kerja, seperti asuransi keselamatan kerja itu belum pernah saya berikan, tapi saya punya inisiatif lain mbak, saya berusaha bagaimana caranya biar kita bisa sama-sama berjalan. Ya itu tadi dengan memberikan bantuan berupa alat-alat penunjang pekerjaan mereka, dengan demikian mereka juga bisa kerja dengan nyaman. Kalau mereka bekerjanya nyaman dan aman kan juga bisa meningkatkan semangat kerja.”

Selain pemberian pekerjaan tetap dan tunjangan peralatan kerja dalam arus pertukaran patron kepada kliennya, seorang patron juga bertindak sebagai akses kontrol dari kinerja para klienya.

Bapak Yuni:

“Kalau pihak dinas itu malah jarang memberikan pembinaan mbak, paling hanya satu tahun sekali, malah yang sering Pak Bambang itu yang terjun langsung memberikan pengarahan pada anak buahnya seperti saya ini. Ya apa mungkin karena dia koordinator lapanganya, jadi yang ngasih pembinaan ke kita itu Pak Bambangnya.”

“Kalau ditanya perannya lebih banyak mana ya perannya lebih banyak di dominasi oleh koordinator lapangan. Jadi yang sering memberikan pembinaan ya Pak bambang tadi.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Agus:

“Kalau dari Pak bambang, paling pembinaan apa cara parkir yang baik itu gini, trus kita harus ramah sama pengunjung, kita harus tanggung jawab penuh sama pekerjaan kita, gitu aja, kalau dalam bentuk tunjangan teknis, paling ya diberikan mantol/ jas hujan, biar kalau musim hujan masih bisa tetap kerja gitu kalau dalam hubungan kerja.”

Dari pernyataan yang telah disampaikan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jasa utama patron kepada kliennya adalah pemberian jaminan substensi dasar yaitu berupa pemberian pekerjaan tetap yang mencakup tunjangan teknis dan akses kontrol dari patron.

2) Jaminan krisis substensi

Jaminan krisis substensi adalah termasuk dalam dalam hubungan sosial, pada kondisi ini terlihat saat koordinator lapangan (patron) memberikan pinjaman berupa uang pada saat juru parkir resmi (klien) sedang mengalami bencana ekonomi.

Adanya jaminan krisis substensi yang diberikan oleh patron

terhadap

klien nya

menyebabkan patron merasa terjamin menyebabkan patron merasa terjamin

Hubungan yang terjalin antara koordinator lapangan dengan juru parkir resmi bukan hanya sebatas juragan dengan pekerja dalam konteks pekerjaan saja, akan tetapi hubungan ini mencakup hubungan secara sosial yang terbentuk seperti pengganti hubungan kekeluargaan.

Menurut Bapak Agus:

“Kita sama pak bambang sudah kaya keluarga sendiri mbak, kalau ada acara keluarga kita sering disuruh bantuin beliau, udah gak canggung lagi. Semuanya baik mbak, ya sampai sekarang terjalin biasa seperti keluarga, karena gimana selain dalam organisasi parkir, tiap ada kegiatan apa- apa gitu anak-anak parkir ini selalu di ikut sertakan, seumpama mau ada kegiatan apa trus nanti pak Bambang bilang sama anak-anak parkir, ada kerjaan ini mau ngerjain nggak bias buat tambahan penghasilan gitu.”

Menurut Bp. Mulyono :

“Kalau hubungan sosialnya terjalin dengan baik juga mbak, baik antara sesama juru parkir maupun juru parkir dengan Pak Bambang. Kalau sesama juru parkir itu, namanya orang senasib itu kan lebih kental persaudaraannya mbak,apalagi kita orang jawa yang selalu mengutamakan perkewuh to. Kalau dengan Pak Bambangnya sendiri ya seperti yang saya bilang tadi, pak bambang itu pengertian “Kalau hubungan sosialnya terjalin dengan baik juga mbak, baik antara sesama juru parkir maupun juru parkir dengan Pak Bambang. Kalau sesama juru parkir itu, namanya orang senasib itu kan lebih kental persaudaraannya mbak,apalagi kita orang jawa yang selalu mengutamakan perkewuh to. Kalau dengan Pak Bambangnya sendiri ya seperti yang saya bilang tadi, pak bambang itu pengertian

Menurut Bp. Suprihadi :

“Kalau hubungan sosial dengan sesama juru parkir ya saling membantu mbak, dengan pak bambang juga gitu, kalau di luar hubungan kerja ya semuanya seperti keluarga, walaupun dalam keluarga itu saya atau teman-teman tetap saja tunduk pada pak bambang, kalau diminta tolong secara pribadi sama pak bambang jelas saya tidak berani menolak mbak, bukan karena takut tapi ya saya merasa berhutang budi sama pak bambang, jadi ya pak bambang itu sudah seperti kakak saya sendiri.”

Menurut Bapak Bambang selaku koordinator lapangan

adalah:

“Bentuk interaksi di luar hubungan kerja, paling ya seperti yang saya bilang tadi pas saya ngontrol atau sekedar jajan di taman gitu ya saja ajak makan semua itu yang ada di sana, atau kebetulan ketemu di luar gitu kalau nggak mau saya ajak makan ya saya kasih sangu entah itu buat apa, buat beli rokok atau mungkin buat beli apa terserah mereka.”

Dari sini dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial yang terjalin antara koordinator lapangan dengan juru parkir tidak diragukan lagi. Mereka mempunyai hubungan sosial yang baik walaupun secara tidak langsung para juru parkir mengaku bahwa hubungan yang hampir mirip dengan hubungan kekeluargaan Dari sini dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial yang terjalin antara koordinator lapangan dengan juru parkir tidak diragukan lagi. Mereka mempunyai hubungan sosial yang baik walaupun secara tidak langsung para juru parkir mengaku bahwa hubungan yang hampir mirip dengan hubungan kekeluargaan

Koordinator lapangan memberikan jaminan-jaminan yang sudah menjadi hak bagi semua anak buahnya. Adapun jaminan tersebut, diantaranya:

a. Pemberian pinjaman uang kepada juru parkir saat meneka membutuhkan dana untuk membayar sekolah anak, hajatan, atau sedang mengalami musibah.

b. THR (Tunjangan Hari Raya).

c. Pemberian dana secara pribadi oleh koordinator lapangan.

Jaminan sosial yang diberikan oleh koordinator lapangan ini bersifat tidak tertulis, namun sudah menjadi kewajiban dari koordinator lapangan sebagai patron untuk memberikan jaminan tersebut kepada anak buahnya yang setia bekerja kepadanya. Seperti yang diungkapkan oleh koordinator lapangan, yaitu Bapak Bambang Sutrisno:

“Kalau jaminan yang saya berikan di luar hubungan kerja itu apa ya, saya pernah bilang ke mereka yang penting dan paling utama itu uang untuk sekolah anak-anak dan untuk makan kesehariannya, jadi seumpama ada yang nunggak setoran alasannya buat bayar uang sekolah anak gitu saya ya nggak bisa berbuat apa-apa, karena saya mikirnya saya juga punya anak jadi susahnya juga seperti mereka. Trus saya juga punya tabungan di BKK Karanganyar walaupun itu uang pribadi saya tapi kalau seumpama ada anak buah saya yang “Kalau jaminan yang saya berikan di luar hubungan kerja itu apa ya, saya pernah bilang ke mereka yang penting dan paling utama itu uang untuk sekolah anak-anak dan untuk makan kesehariannya, jadi seumpama ada yang nunggak setoran alasannya buat bayar uang sekolah anak gitu saya ya nggak bisa berbuat apa-apa, karena saya mikirnya saya juga punya anak jadi susahnya juga seperti mereka. Trus saya juga punya tabungan di BKK Karanganyar walaupun itu uang pribadi saya tapi kalau seumpama ada anak buah saya yang

Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan beberapa juru parkir resmi yaitu Bapak Aldo:

“Hubungannya juga baik mbak, dulu saya pernah sakit samapi operasi di Rumah Sakit gitu Pak Bambang juga jenguk kok mbak, trus saya juga di bantu bayar, walaupun nati saya harus mengembalikan, kan saya nembungnya utang, tapi di luar itu saya juga dikasih uang katanya buat sangu gitu berapa itu ya, kalau nggak salah Rp 350.000,- tapi kalau itu saya nggak kembalikan kan katanya buat sangu saya.”

Bapak Heru Puguh Santosa:

“Jelas kenal to mbak kalau secara pribadi, tetangganya juga, kadang kalau siang gitu saya juga sering di rumahnya Pak Bambang kok, dan hubungannya samapai saat ini juga terjalin dengan baik. Kalau bentuk interaksinya, paling kalau siang istrinya Pak Bambang butuh apa-apa gitu, trus anaknya masih sekolah, ya manggil saya nyuruh saya buat beli apa gitu mbak, paling nanti pas malam minggu saya dikasih uang sama Pak Bambang, katanya buat sangu malam mingguan, kan anak muda mbak. Apa kalau nggak pas saya maem di warung trus kebetulan ketemu sama Pak Bambang gitu ya dibayari dan plus rokoknya juga.”

Menurut Bapak Lilik Haryadi:

“Kalau sama pak Bambang ya sering dikasih uang tapi di luar kerjaan lo mbak, iya jadi pak Bambang gitu ngasih uang pribadinya walau sekedar buat membeli rokok. Tiap idul fitri gitu juga di kasih THR (Tunjangan Hari Raya), biasanya uang trus ada sembakonya juga.”

Dari pernyataan di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa jaminan sosial yang diberikan oleh koordinator kepada anak buahnya semakin menambah rasa ketergantungan juru parkir resmi terhadap hubungan patron klien yang terjalin antara mereka. Dengan demikian para juru parkir resmi (klien) ini akan merasa terikat dan tidak mampu keluar dari belenggu pengaruh dan kekuasaan sang patron.

3) Perlindungan

Seperti halnya dalam hubungan kerja sektor formal, hubungan kerja dalam sektor informal seperti hubungan patron klien juru parkir di Taman Pancasila Karanganyar ini juga ada jaminan perlindungan dari koordinator lapangan (patron) terhadap kliennya yaitu juru parkir resmi. Seperti yang di umgkapkan oleh Bapak Agus:

“Kalau jaminan keamanan pasti jelas diberikan oleh pak bambang, seumpama ada masalah keamanan di wilayahnya pasti Pak Bambang turun langsung ke lapangan, jadi ya nggak ada yang berani cari masalah sama dia, seumpama ada yang mau cari masalah gitu trus tau kalau itu wilayah anak buahnya Pak Bambang jelas nggak berani mbak” “Kalau jaminan keamanan pasti jelas diberikan oleh pak bambang, seumpama ada masalah keamanan di wilayahnya pasti Pak Bambang turun langsung ke lapangan, jadi ya nggak ada yang berani cari masalah sama dia, seumpama ada yang mau cari masalah gitu trus tau kalau itu wilayah anak buahnya Pak Bambang jelas nggak berani mbak”

“Kalau jaminan keamanan ya pasti, di Karanganyar sini nggak ada yang berani berurusan sama anak buahnya Pak Bambang, apalagi sama Pak Bambangnya sendiri. Pak bambang itu orangnya sebenarnya baik kok mbak kalau sama anak buahnya, tapi kalau sama orang lain yang berani mengganggu anak buahnya, baik saat kerja atau secara pribadi gitu ya nggak tau mbak.”

Dari pernayataan yang telah disampaikan oleh beberapa klien di atas dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa perlindungan yang diberikan koordinator lapangan terhadap anak buahnya yaitu juru parkir resmi dapat berupa perlindungan dari bahaya pribadi (preman, musuh pribadi), maupun dari bahaya umum (pihak dinas, pemungutan pajak, dan lain-lain).

4) Makelar dan Pengaruh

Jika patron melindungi kliennya dari perusakan yang berasal dari luar, ia juga menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk menarik hadiah, penghargaan, perlindungan, fasilitas dari luar bagi kepentingan kliennya. Seperti tersirat dari ucapan yang disampaikan oleh Bapak Bambang selaku koordinator lapangan:

“Saya itu punya banyak link mbak di atasan sana, jadi kalau seumpama contohnya anak buah saya mau ngurus SKCK gitu, dia bilang saya, trus saya tinggal telfon temen saya yang berwenang di sana, saya bilang “ nanti anak buah saya mau ke “Saya itu punya banyak link mbak di atasan sana, jadi kalau seumpama contohnya anak buah saya mau ngurus SKCK gitu, dia bilang saya, trus saya tinggal telfon temen saya yang berwenang di sana, saya bilang “ nanti anak buah saya mau ke

Hal serupa juga disampaikan oleh seorang juru parkir yaitu Bapak Heru Puguh Santosa:

“Ya saya terimakasih sekali mbak dengan Pak Bambang itu, selain dalam hubungan kerja, tapi dia juga memberikan jaminan secara sosial kepada saya, seperti dulu kan awalnya saya nggak punya kendaraan, saya kan bingung, kerepotan juga kalau mau kemana-mana masak ya pinjem ke tetangga, trus sekitar 2 bulan lalu saya itu ngeluh ke Pak Bambang, trus dia menyarankan untuk kredit motor, namanya kredit kan pasti urusannya ribet ya mbak, ya sudah saya kredit motor tapi yang tanggung jawab ke diler kalau ada kemacetan setoran kredit itu ya Pak Bambang, dia berani menjamin kalau saya sebagai anak buahnya bertanggung jawab, jadi pihak diler ya langsung menyetujui kredit motornya.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koordinator lapangan menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk bekerjasama dan memberikan jaminan kepada pihak luar, agar mereka juga mau memberikan fasilitas dan perlindungan kepada juru parkir.

c. Arus Klien ke Patron

Seperti yang telah disampaikan dalam beberapa uraian di atas, hubungan patron klien antara koordinator lapangan dengan juru parkir resmi di Taman Pancasila Karanganyar terlihat begitu jelas.

kerja yaitu memberikan setoran parkir secara periodik kepada koordinator lapangan.

Bapak Supihadi:

“ kalau tanggung jawab, ya banyak mbak, ya secara materi seperti setoran itu harus tanggung jawab penuh mbak, disiplin juga, tanggung jawab menjaga nama baik Pak Bambang selaku koordinator lapangan di sini.”

Jawaban yang hampir mirip juga diungkapkan oleh Bapak

Aldo:

“ yang pasti pertanggungjawaban kerja, ya seperti bayar setoran tepat waktu, dan seumpama kita nunggak gitu ya harus tanggung jawab buat membayar tunggakannya dikemudian hari. Kalau secara pribadi mungkin lebih tanggung jawab menjaga hubungan itu sendiri mbak, biar tidak terjadi masalah nantinya. Selain itu juga tanggung jawab menjaga nama baik Pak Bambang, karena kita kerja di sini kan di bawah pimpinan dia, kalau kita macem-macem diluar berarti juga menyangkut nama baiknya.”

Selain itu mereka juga mempunyai tanggung jawab di luar hubungan kerja, yaitu menjaga nama baik dari patron itu sendiri, dan yang terakhir adalah menjadi anggota setia dari fraksi lokal sang patron, hal ini terlihat jelas, ketika ada beberapa juru parkir resmi yang mengaku menjadi anggota aktif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Entah itu dari keinginan mereka secara pribadi atau ada yang mendapatkan dorongan dari patronnya yaitu

PDIP Kabupaten Karanganyar.

Hal ini diungkapkan oleh Bp. Lilik Haryadi :

“Kalo masalah politik, kita ya mesti ikut Pak Bambang mbak, kita juga pekewuh to. Dulu pas Pak Bambang Nyaleg jadi dewan kita ya mesti milih beliau mbak, ya kan hampir tiap hari itu ada kumpul-kumpul di sana, trus dibilangin nanti keluarga saya suruh memilih dia, gitu juga.”

Menurut Bapak Mulyono:

“selain sebagai juru parkir, kita juga sebagai anggota partai PDIP mbak, meski gak begitu aktif. Lha nanti kalau kita tinggal buat aktif di partai trus yang bekerja siapa? Kalau orang besar seperti Pak Bmabang itu, istilah katanya ditinggal tidur saja tiap hari pasti dapat uang, lha kalau kita?kadang sampai hujan-hujan saja pendapatan tiap hari nggak pasti kok. Tapi ya kalau pas ada kegiatan apa di partai gitu, kalau disuruh datang sama Pak Bambang ya saya datang, lha ya yang bawa kita kesana dia.”

Menurut Bp. Aldo:

“Kita memang kebanyakan ikut partai PDIP mbak, Pak Bambang kan juga orang PDIP, kadang juga ikut rapat kalo disuruh rapat sama Pak bambang, walau terus terang saja kadang kita juga nggak tau rapatnya itu masalah apa gitu, hehehe..”

Dari peryataan-peryataan diatas dapat kita ketahui, secara tidak langsung, partisipasi politik juru parkir resmi (klien) juga dipengaruhi oleh patron (Koordinator Lapangan) , sehingga klient Dari peryataan-peryataan diatas dapat kita ketahui, secara tidak langsung, partisipasi politik juru parkir resmi (klien) juga dipengaruhi oleh patron (Koordinator Lapangan) , sehingga klient

Hal ini dikarenakan koordinator lapangan (Bapak Bambang Sutrisno) Juru Parkir Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar juga merupakan Ketua dari partai PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) Kabupaten Karanganyar. sehingga dengan pengaruh dan kekuatan yang dimiliki maka patron dapat memperoleh masa dengan cepat tanpa harus terjun langsung atau berkampanye dilapangan.

Selain hubungan kerja yang terjalin antara koordinator lapangan dengan juru parkir resmi, dalam hubungan kerja patron klien juru parkir di Taman Pancasila Karanganyar ini juga terjalin hubungan sosial diantara sesama juru parkir resmi.

Hubungan sosial antara sesama juru parkir, terlihat dari adanya suatu paguyupan yang bernama “Cah Taman“. paguyupan ini untuk wadah aspirasi dari para juru parkir, atau bisa disebut suatu serikat pekerja.

Berikut seperti yang diutarakan oleh Bapak Mulyono:

”Kalo paguyupan ada mbak, namanya Cah Taman gitu aja, ya tempat ngumpulnya temen-temen buat crita uneg- uneg, selain itu juga pas waktu ada pertemuan pas kenaikan tarif setoran gitu, ini sebenarnya ada rencana dari temen- teman mau ngadakan arisan, tapi belum tahu meh dimulai kapan”

“ada mbak, ya kita bikin suatu wadah mbak, namanya Cah Taman, karena orang-orang sering nyebut kita bocah- bocah taman, jadi ya sekalian buat nama paguyuban kita aja, kalau pemimpinannya ya tetap di bawah penguasaan Pak Bambang.”

Paguyuban Cah taman ini, tidak dikatahui secara pasti tanggal dan status hukum didirikanya, karena Cuma berawal dari cerita-cerita sederhana dari para juru parkir. Lambat laun karena bisa memberikan manfaat maka dibentuk paguyuban Cah Taman.

Selain paguyuban di atas, hubungan sosial juga terlihat pada kerukunan dari mereka sendiri, semisal jika ada seorang atau salah satu keluarga dari juru parkir ada yang terkena musibah atau sakit, para juru parkir secara sukarela mengumpulkan dana untuk biaya kesehatan.

Ini diungakapkan Oleh Bapak Lilik Haryadi :

“Dulu juga pernah ada teman yang kena musibah gitu, rekan-rekan ngumpulin uang seiklasnya dan ditambah bantuan dari Pak Bambang itu untuk di berikan pada teman yang kena musibah.”

Kemudian hal yang serupa juga disampaikan oleh Bapak Bambang yang juga menjabat sebagai pimpinan komunitas tersebut: Kemudian hal yang serupa juga disampaikan oleh Bapak Bambang yang juga menjabat sebagai pimpinan komunitas tersebut:

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan hubungan sosial antar sesama juru parkir juga terjalin dengan baik. Ini dipengaruhi oleh tempat tinggal mereka yang saling berdekatan dan dapat dibuktikan dari interaksi yang tejalin diantara sesama juru parkir. Separti bantuan iyuran secara sukarela, dan arisan, serta adanya paguyuban yang berdiri setelah mereka bekerja menjadi juru parkir di Taman Pancasila Karanganyar.

Paguyuban yang telah didirikan secara bersama-sama ini memang tidak lepas dari pengaruh Bapak Bambang selaku koordinator lapangan yang sekaligus menjabat sebagai ketua paguyuban. Hal tersebut terjadi karena dimaksudkan untuk menjaga hubungan antara para klien dengan sang patron.

Sebagai pola pertukaran yang tersebar, barang dan jasa yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan suatu kebutuhan yang timbul dari kebutuan masing-masing pihak. Sehingga dalam menganalisis sebuah pertukaran harus mempertimbangkan kesejahteraan dari kedua belah pihak.

hanya didasarkan pada perjanjian informal. Tetapi, dalam praktiknya, tidak pernah ada garansi akan munculnya perubahan yang bersumber dari percampuran dengan kepentingan ekonomi dan politik. Melihat situasi tersebut, peluang terjadinya eksploitasi oleh patron terhadap kliennya menjadi sangat besar.

d. Konflik

Dalam suatu hubungan kerja sering terjadi adanya konflik di lapangan, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam masalah, seperti perselisihan pendapat atau ketidakpuasan terhadap kinerja juru parkir di lapangan. Dalam hal hubungan kerja besar kecilnya konflik tergantung pada besar kecilnya permasalahan yang timbul serta cara penyelesaian konflik tersebut. Dalam hubungan patron klient Juru parkir Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar konflik yang terjadi adalah antara juru parkir dengan koordinator lapangan dalam hal penetapan jumlah uang setoran. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bp. Bambang sutrisno sebagai berikut :

“Kalau dalam hubungan kerja gitu paling perselisihan kecil dalam mengambil keputusan kenaikan setoran parkir.”

Menurut Bp.Lilik Haryadi sebagai berikut :

“Pernah mbak tapi ya nggak parah, paling perselisihannya pas pada waktu rapat kenaikan setoran, kalau dikatakan perselisihan atau perbedaan pendapat, ya gimana ya mbak, namanya juga kerja di lapangan kan lebih banyak kendalanya.”

Bapak Aldo :

“Paling kalau sama Pak Bambang pernah Cuma juga nggak samapai gimana gitu, paling ya masalah setoran yang naiknya terlalu tinggi. “

Dari keterangan-keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa sering terjadi konflik antara Koordinator lapangan dengan juru parkir di Taman Pancasila Kabupaten Karanganyar dalam hal penetapan tarif setoran parkir dari juru parkir kepada koordinator lapangan. Hal ini juga disampaikan oleh Bp. Muladi SE selaku humas SPTP dinas DISHUBKOMINFO Kabupaten Karanganyar sebagai berikut :

“Biasanya penetapan target parkir, karena dinas berpedoman pada yang telah ditetapkan oleh dewan yang berdasarkan APBD, tapi pihak juru parkir merasa bahwa tarifnya terlalu tinggi.”

Pernyataan di atas semakin menguatkan bahwa sering terjadi konflik antara Koordinator lapangan dengan juru parkir tentang penetapan tarif setoran. Akan tetapi dalam hal ini, koordinator lapangan juga tidak sembarangan atau asal-asalan dalam penetapan setoranya.

Meskipun sering terjadi konflik antara Koordinator lapangan dengan juru parkir, akan tetapi konflik tersebut tidak menjadikan permusuhan atau konflik yang berkepanjangan. Koordinator lapangan sebagai Patron mempunyai kekuasaan untuk menekan klien walaupun tidak sampai merugikan kliennya.

“Cara menyelesaikanya ya itu tadi mbak saya liat kondisi lapangan dulu, baru saya naikkan kalau pihak juru parkir yang ada di lapangan nggak mau dengan harga yang saya tentukan gitu ya cari solusinya bareng-bareng yang bisa disepakati bersama dan tidak merugikan salah satu pihak.“

Menurut Bapak Agus :

“Mungkin kalau pas ngumpul trus setorannya naik gitu ya agak gimana ya, istilah jawanya ngersulo gitu, trus nanti Pak Bambang ya tanya ke kita yang melakukan pekerjaan di lapangan gimana, apa tanya minta kita berapa biar sama-sama tidak rugi gitu, ya akhirnya tetep ketemu kok mbak.”

Dari penyataan-pernyataan yang telah disampaikan dapat diketahui bahwa cara penyelaesaian konflik yang terjadi adalah juga secara demokrasi, akan tetapi pada akhirnya keputusan juga masih memberatkan kliennya yaitu para juru parkir. Seperti yang diungkapkan oleh Bp. Mulyono :

“Kalau sama koordinator juga pernah mbak, paling kalau pas kenaikan setoran gitu, pastinya kalau kita keberatan kan juga diadakan negosiasi dulu, baru nanti kita putuskan bersama walaupun masih lumayan memberatkan kita sih”

Menurut Bp. Lilik Haryadi:

“Kalau semakin naik-semakin naik terus setorannya trus kondisi cuaca seperti ini kan susah juga ya mbak, tapi ya tetep nggak bias mbak, kata pak Bambang kan juga ada kenaikan 100% dari dinas, kalau nggak bisa gitu nanti tendernya diganti orang lain gitu, jadi kan tetap pasrah to.”

Menurut Bapak Putut :

“Kalau nggak bekerjasama dengan baik, dan keberatan dengan jumlah setoran yang ditetapkan malah bisa- bisa kerjaan kita digantikan oleh orang lain mbak, karena pak bambang itu walapun baik tapi juga tegas. Kalo kita gak mau manut dia, ya kita disuruh berhenti dari pekerjaan.”

Hal ini menunjukan bahwa klien akan patuh terhadap syarat- syarat yang telah ditentukan oleh patron, dan klien tidak berdaya dalam menghadapi tekanan dari Patronnya. Walaupun keadaannya demikian, akan tetapi konflik antara juru parkir resmi dengan patron nya yaitu koordinator lapangan tidak mempengaruhi hubungan sosial diantara dua belah pihak.

Saat ini belum ada solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik tersebut. Walaupun setiap konflik yang ada selalu berusaha untuk diselesaikan dengan musyawarah akan tetapi hal tersebut hanya bersifat sementara, dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi lagi.

2. Pola Hubungan Patron Klien antara Juru Parkir Resmi dengan