Manajemen Mutu
2. Manajemen Mutu
Manajemen mutu terdiri dari dua kata “manajemen” dan mutu. Pengertian manajemen secara umum adalah seni dalam mengelola dan mengatur. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengeontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.
Sedangkan mutu menunjukkan sifat yang menggambarkan baik dan tidak baik suatu barang atau jasa yang diproduksi suatu lembaga atau industri. Mutu suatu hal yang dapat dinilai pelanggan (konsumen) tentang hasil produk barang atau jasa yang beredar di masyarakat dengan ketentuan memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam mutu pelanggan menilai proses produksi (hasil) yang dikeluarkan.
Mutu pendidikan merupakan kesusuaian antara kebutuhan pihak- pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan layanan yang diberikan oleh pengelola pendidikan. Kerangka filosofi pendidikan dalam pengembangan sekolah bermutu adalah kesesuaian antara input, proses, dan hasil sekolah dengan kebutuhan pemangku kepentingan. Setiap satuan pendidikan seharusnya menghasilkan lulusan/jasa pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan stakeholders atau peserta didik.
Pihak-pihak yang berkepentingan dari stakeholder pendidikan terdiri dari internal dan eksternal. Stakeholder internal meliputi peserta didik, guru, kepala dan tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan stakeholder eksternal seperti calon peserta didik, orangtua, pemerintah (pusat dan daerah) masyarakat umum dan masyarakat khusus (seperti dunia usaha dan dunia industri). Proses pendidikan bermutu adalah proses pendidikan yang berkesesuaian dengan kebutuhan stakeholders pendidikan. Spesifikasi dari pihak-pihak yang dilayani sesuai dengan standar nasional pendidikan yang ada. Oleh karenanya pendidikan mensyaratkan antara layanan pendidikan dan hasil pendidikan sesuai standar dan pihak yang berkepentingan lainnya.
Oleh karenanya penerapan manajemen mutu sangat penting diterapkan dalam mengelola institusi atau lembaga pendidikan supaya kualitas pelayanan terhadap pelanggan dapat optimal terlaksana.
Inom
Menurut Shaleh (2006:84) penerapan manajemen mutu pendidikan meliputi empat unsur, yaitu school review, quality assurance, quality control dan banch marking.
School review merupakan suatu proses yang di dalalmnya seluruh pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak yang relevan, untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas kebijaksanaan sekolah, program pelaksanaannya, serta mutu lulusan. Quality assurance, yaitu sebagai jaminan bahwa proses yang berlangsung telah dilaksanakan sesuai standar dan prosedur yang ditetapkan. Dengan demikian diharapkan dengan proses itu menghasilkan output yang memenuhi standar pula. Quality control, yaitu suatu sistem untuk mendeteksi penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Standar kualitas ini dapat dipergunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui maju mundurnya sekolah. Bench marking, yaitu merupakan kegiatan untuk menetapkan suatu standar, baik proses maupun hasil yang akan dicapai pada periode tertentu.
Hoy, et.all. (2000:10) merumuskan kualitas pendidikan adalah evaluasi dari proses mendidik yang meningkatkan kebutuhan untuk mencapai dan mengembangkan bakat siswa dalam suatu proses, dan pada saat yang sama memenuhi standar akuntabilitas yang ditetapkan oleh klien yang membiayai proses atau output dari proses pendidikan.
Menurut Hoy, et.all., (2008:9) sekolah bermutu adalah sekolah yang efektif, yang terdiri dari tatanan input, proses, dan output. Dengan demikian, madrasah bermutu adalah madrasah yang menerapkan rumusan sekolah efektif. Secara output, hasil yang peroleh dari madrasah efektif adalah: dari aspek siswa, lulusan yang dihasilkan adalah siswa yang memiliki prestasi akademik yang unggul, punya kreativitas, percaya diri, aspiratif, tidak ragu untuk mengemukakan pendapat, memiliki ekspektasi yang tinggi, selalu hadir dalam kegiatan, dan memiliki tingkat kelulusan yang tinggi, dan sebaliknya, angka putus sekolah tidak ada sama sekali atau nol persen pendidikan harus mempromosikan pertumbuhan ekonomi, pembentukan pemimpin, pemberian kesempatan, penyediaan keahlian yang relevan, dan demokratisasi.