Negara Iran
C. Negara Iran
Iran yang disebut juga dengan Negara Persia adalah sebagai sebuah wilayah dan Negara telah eksis berabad-abad lamanya dalam pemerintahan yang silih berganti. Islam masuk ke Iran, setelah
Bukhari Muslim Nasution
menyelesaikan peperangan yang terbesar dan terkuat yang dikenal dalam sejarah Islam pertempuran Nahawand, peperangan ini juga disebut dengan “Fathul Futuh” (kemenangan yang paling besar di antara seluruh kemenangan). Hal ini terjadi pada tahun 22 H. Raja Persia Yazdigird sesudah peristiwa itu tidak mampu lagi menghadapi kaum muslimin, dan kedudukannya terus menerus bertambah buruk, akhirnya dia dibunuh orang Khurasan tahun 31 H, yaitu di masa pemerintahan Usman. Dengan matinya Yazdigird ini tamatlah riwayat kerajaan keluarga sasan, sesudah berkuasa di Persia kira-kira empat abad lamanya. (Syalabi, 2003:211). Sejak penaklukan yang pertama sampai berdirinya pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah penduduk Iran menganut mazhab Sunni lebih sembilan abad lamanya.
Kemudian sejak tahun 906 H, Ismail Shafawi dengan gelar syah artinya raja, mengumumkan berdirinya Negara Shafawi yang berpusat di kota Tibriz, dan langkah berikutnya mengumumkan mazhab Syi’ah imamiyah sebagai mazhab resmi negara Shafawiyah. Dalam rangka memperkokoh mazhab Syi’ah pada pemerintahan Shafawiyah mereka melakukan pembunuhan dan pembantaian terhadap umat Islam yang tidak menganut mazhab Syi’ah di daerah-daerah kekuasaannya. Hal ini mengakibatkan kemarahan Sulthan Salim I dari kerajaan usmaniyah dan terjadilah perang antara kerajaan Usmaniyah dengan kerajaan Shafawiyah. Perbedaan mazhab ini mengakibatkan panasnya api peperangan antara pasukan Sunni dibawah komando Ustmaniyah dan pihak Syi’ah dibawah komando orang-orang Shafawi. Kedua pihak bergantian antara menang dan kalah. Peperangan antara Sunni dan Syi’ah, terus berlanjut lebih dari dua abad, yang menyebabkan berakhirnya kekuatan kedua belah pihak, lalu tentara kolonial barat kristen berhasil menduduki Negara-negara Islam, sehingga bisa dikatakan bahwa perbedaan-perbedaan mazhab antara Sunni dan Syi’ah memberi andil dalam menciptakan masalah-masalah yang sekarang dikenal dengan masalah Timur Tengah. (Abud, 2014:283).
Babak baru berikutnya setelah berlalu sekian abad, Syi’ah muncul lagi di Negara Iran dimana Ayatullah Rulullah Khomeini menggapai kemenangan revolusi Islam Iran yang di komandoinya dari Paris pada tahun 1979. Ayatullah Khomeini dapat berhasil menumbangkan pemerintahan Reza Phahlevi melalui perjuangan panjang dan berbagai
Mazhab Syi’ah an Pembentukan Sebuah Daulah
pengorbanan luar biasa yang dipersembahkan kekuatan nasional bangsa Iran secara keseluruhan. Pemerintahan baru di bawah pimpinan Ayatullah Ruhullah Khomeini adalah kepemimpinan Islam dengan sistem wilayatul faqih yang berwarna mazhab Syi’ah Isna Atsariyah/Imamiyah, dimana di dalam undang-undang baru Iran mensyaratkan presiden Iran adalah orang Syi’ah Isna Atsariyah.
Itulah beberapa daulah dan Negara yang pemerintahannya dikuasai kaum Syi’ah, mereka mempunyai kemauan yang sangat keras mendirikan sebuah Negara dalam rangka mengimplementasikan ajaran Syi’ah. Untuk ke depan, kaum Syi’ah akan berkembang terus, apalagi Negara Iran sekarang ini memberi angin segar kepada kaumnya untuk berdakwah mengembangkan ajaran Syi’ah. Kita melihat perkembangan mereka di Negara-negara timur tengah, India, Pakistan bahkan sudah sampai di Indonesia, Malaysia, Australia dan Negara-negara lainnya. Yang menjadi perhatian kita sekarang ini adalah perkembangan Syi’ah seperti juga pada masa yang lalu, mengakibatkan terjadinya kontradiksi dengan faham Sunni, kontradiksi ini menjadi lahan yang sangat empuk bagi imperialis barat untuk mengadu domba umat Islam. Pertanyaan kita sekarang bisakah kaum Syi’ah dan Sunni hidup berdampingan secara damai, terutama para ulamanya melawan kaum kafir dan membesarkan Islam ?