Perekonomian Provinsi Jawa Tengah

BAB III pembiayaan anggaran SILPA sekitar Rp29,9 triliun. Walaupun pada triwulan I tahun 2015 pertumbuhan ekonomi adalah 4,7 persen yoy, diperkirakan tahun 2015 pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan masih berpeluang untuk mencapai 5,7 persen APBNP 2015. Hal ini sejalan dengan makin membaiknya perekonomian global dan dilaksanakannya reformasi struktural secara menyeluruh antara lain dalam bentuk penurunan subsidi BBM yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia antara lain dikembangkan melalui program Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Indonesia Sejahtera, upaya reformasi birokrasi dan peningkaatan kualitas pengeluaran pembangunan, serta keberpihakan pemerintah untuk menghapuskan korupsi. Tahun 2015 defisit transaksi berjalan diperkirakan terus membaik sejalan dengan turunnya harga minyak dunia dan reformasi subsidi BBM. Surplus neraca modal dan finansial bertambah seiring dengan membaiknya fundamental ekonomi sejalan dengan telah dimulainya reformasi struktural sehingga arus modal masuk makin besar, terutama PMA dan investasi portofolio. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat sehingga mencapai 18,8 persen. Pasar saham domestik yang sampai dengan 10 April 2015 indeksnya terus menguat hingga mencapai level 5.491,34, selanjutnya sampai dengan akhir tahun 2015 diperkirakan akan terus meningkat. Untuk tahun 2015, pendapatan negara ditargetkan meningkat menjadi Rp1.761,6 triliun dengan didukung utamanya oleh peningkatan penerimaan perpajakan. Peningkatan penerimaan perpajakan tersebut akan ditempuh melalui peningkatan tax effort. Dari sisi belanja, kebijakan untuk mengeliminasi subsidi premium dan subsidi tetap untuk solar berdampak pada penurunan alokasi belanja subsidi energi. Penghematan yang didapat dari subsidi energi digunakan utamanya untuk peningkatan anggaran belanja modal yang mencapai Rp275,8 triliun. Defisit anggaran dalam APBN-P 2015 direncanakan sebesar 1,9 persen, lebih rendah dari realisasinya di tahun 2014.

3.1.2. Perekonomian Provinsi Jawa Tengah

Kondisi perekonomian global saat ini masih belum stabil, yang diperkirakan akan tetap berpengaruh terhadap perekonomian Jawa Tengah. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pelambatan ekonomi global dan Rancangan Awal RKPD KABUPATEN BATANG Tahun 2018 BAB III perlu diwaspadai antara lain pelemahan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, kebijakan moneter AS terkait kenaikan suku bunga, kebijakan devaluasi yuan Tiongkok, turunnya harga minyak dunia, menurunnya harga komoditas ekspor, tingginya tuntutan produk ekspor yang berwawasan lingkungan serta ketergantungan bahan baku impor industri manufaktur dan produk konsumsi masyarakat. Kerjasama regional Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA yang dimulai 1 Januari 2016 juga perlu menjadi perhatian bagi perekonomian Jawa Tengah khususnya terhadap kegiatan investasi dan pengembangan UMKM. Dengan dimulainya MEA, pada satu sisi merupakan peluang karena pasar semakin terbuka namun pada sisi lain merupakan tantangan yang berimplikasi pada terbukanya arus barang dan jasa, modal, tenaga kerja dan teknologi antar negara ASEAN. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2017 diproyeksikan masih tetap optimis yang antara lain didukung oleh tingginya peminatan terhadap potensi dan peluang investasi yang bersifat padat karya, terealisasinya pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan perekonomian, berkembangnya UMKM yang berbasis produk unggulan daerah, meningkatnya intensifikasi sektor pertanian yang didukung rekayasa teknologi, pengembangan usaha disektor kemaritiman, semakin berkembangnya sektor pariwisata, terkendalinya inflasi dan dukungan regulasi yang efektif. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas, kebijakan perekonomian Jawa Tengah Tahun 2017 diarahkan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan energi berkelanjutan serta percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemandirian wilayah. Guna mendukung tercapainya sasaran kebijakan tersebut perlu didukung pemantapan reformasi birokrasi, peningkatan kualitas dan kompetensi SDM, pengembangan simpul- simpul pertumbuhan wilayah, kerjasama pembangunan regional serta pelibatan stakeholder terkait.

a. Pertumbuhan Ekonomi